Flashback

32 2 4
                                    

ARISTAN

- Happy Reading -
____________________

Dua tahun yang lalu

Malam itu Adnan, Sella, Aris dan Anin berencana untuk bersantai di sebuah taman yang berada tak jauh dari kediaman mereka. Keluarga kecil itu tampak bahagia di sana. Mereka membicarakan banyak hal dan bercanda ria.

Namun, ketika ponsel Adnan berdering tanda ada yang menghubunginya via telepon, semuanya mulai berubah. Pria paruh baya itu bangkit dari duduknya dan berjalan menjauh dari istri dan anak-anaknya.

Di saat yang bersamaan, Anin ingin membeli es krim yang dijual di seberang jalan taman. Aris ingin menemaninya namun ditolak oleh cewek itu dengan alasan tempat membelinya tidak terlalu jauh. Dengan sedikit ragu dan berat hati, Aris mengizinkan Anin untuk pergi.

Beberapa meter dari keberadaan Sella dan Aris, Adnan tampak berbicara serius dengan lawan bicaranya di telepon.

"Kamu jangan nekat, Sa!" ucap Adnan memperingati.

"Aku nggak bisa terus-terusan diginiin, Mas. Aku juga perlu kamu," jawab wanita itu dari balik sambungan teleponnya.

"Iya, Sa. Aku tahu. Tapi saat ini biarkan aku kumpul sama keluarga aku dulu. Nanti aku bakal nemuin kamu," balas Adnan.

"Aku nggak mau, Mas. Pokoknya, kalau kamu nggak pergi sekarang ninggalin istri kamu buat nemuin aku, aku bakal nabrak anak kamu yang lagi beli es krim di seberang jalan taman." Seketika, Adnan menatap ke seberang jalan tepat di mana keberadaan Anin.

"Kuperingatkan sekali lagi, jangan nekat, Marisa!" peringat Adnan tegas.

Baru memutuskan panggilan telepon dan ingin berlari menyusul Anin, sebuah dentuman keras terdengar juga dengan teriakan penuh kesakitan. Adnan terpaku menyaksikan kejadian tabrakan yang terjadi pada putrinya. Hal yang sama juga terjadi pada Sella dan Aris.

Mereka bertiga serentak berlari bersama para pengunjung taman malam itu untuk memastikan kondisi Anin yang notabenenya sebagai korban atas kecelakaan itu.

Sella limbung tak bisa menyeimbangkan bobot tubuhnya. Ia terduduk di jalanan seraya menatap kondisi Anin yang mengenaskan. Tak lama setelahnya, Sella tak sadarkan diri.

Aris tak lagi melihat keberadaan Adnan. Pria itu entah berada di mana sekarang bersamaan dengan mobil yang menabrak Anin yang juga turut pergi dari tempat kejadian.

Keadaan tak terkondisikan. Orang-orang berbondong-bondong meminta bantuan untuk segera menelponkan pihak ambulance. Untungnya, saat itu Frans lewat di sana dan berhenti untuk melihat apa yang telah terjadi.

Ia begitu terkejut saat melihat Aris menopang tubuh Sella yang tengah pingsan, dan beberapa meter dari posisi Aris, ada Anin yang terbaring lemah dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

Tanpa banyak kata, Frans mendekat pada Anin dan mengangkat cewek itu untuk membawanya masuk ke dalam mobil atas izin dari Aris. Frans juga meminta Aris untuk membawa Sella masuk ke mobilnya dan mereka segera menuju ke rumah sakit.

•••

"Ada pendarahan pada otaknya akibat benturan keras pada kepalanya," ucap Dokter Nara, dokter yang menangani Anin.

"Apakah harus dioperasi, Dok?" tanya Sella.

Dokter Nara mengangguk. "Pendarahannya lumayan parah, jadi jadi harus melakukan operasi untuk menghentikan perdarahan atau mengurangi pembengkakan di otaknya. Hanya saja ..." Dokter Nara menggantung ucapannya seakan ragu untuk melanjutkan.

"Kenapa, Dok?" tanya Aris khawatir.

"Anin akan dioperasi dalam keadaan masih mengalami koma. Kemungkinan besar ia akan sadar dalam waktu yang tidak ditentukan. Bisa satu minggu, satu bulan, satu tahun atau bahkan bertahun-tahun," terang Dokter Nara membuat Sella terdiam seribu bahasa.

"Tapi dia pasti akan sadar kan?" Sella mulai bertanya lagi.

"Dia pasti akan sadar. Kami akan berusaha sebisa mungkin menyelamatkan pasien kami," terang Dokter Nara meyakinkan.

"Terima kasih, Dok. Kalau gitu, kami permisi dulu," pamit Aris.

"Sama-sama. Silakan." Dokter muda itu mempersilakan.

Frans segera bangkit dari duduknya setelah Sella dan Aris keluar dari ruangan Dokter Nara. "Apa katanya?" tanya Frans.

"Anin harus dioperasi buat menghentikan pendarahan dan pembengkakan pada otaknya," jawab Aris.

"Papa kamu mana, Ris?" tanya Sella membuat perbincangan antara Aris dan Frans terhenti.

Aris menoleh dan menggeleng pelan. "Aku nggak tau, Ma. Papa pergi setelah kejadian itu tanpa bilang sama aku," jawab Aris.

"Gue udah telpon pihak kepolisian buat cari tau kronologi kecelakaannya Anin dan cari pelaku penabrakan itu," ucap Frans.

"Thanks, Ans."

•••

Sebuah berita terlihat pada layar televisi mengenai kejadian tabrak lari yang terjadi di sebuah taman, yang tak lain adalah kejadian kecelakaannya Anin. Tampak pada layar itu seorang pembawa acara mengatakan bahwa pelaku penabrakan itu telah ditemukan dan ditangkap.

Dengan segera, Sella pergi menuju ke kantor polisi tempat pelaku penabrakan itu ditangkap. Namun sesampainya di sana, ia tak hanya dikejutkan dengan pelaku itu, tapi juga dengan sosok pria yang sangat ia kenal tengah duduk berdua dengan pelaku itu. Ia adalah Adnan, suaminya, dan pelaku itu adalah sahabatnya sendiri, Marisa, yang juga merupakan selingkuhan Adnan.

Sella mengetahui hal itu dari pesan chat yang tak sengaja ia baca di ponsel Adnan. Ia kira, Marisa sahabatnya itu hanya mengirim pesan chat yang berhubungan dengan kerja saja. Tapi ternyata dugaannya salah. Pesan chat itu berisi kata-kata mesra yang terlihat memuakkan di mata Sella.

"Ngapain kamu di sini, Mas?" tanya Sella mengalihkan atensi Adnan dan Marisa.

Adnan tentu terkejut melihat keberadaan Sella di sini. Dengan ragu, ia bangkit dan menghampiri Sella. "Aku mau bebasin dia, Sel."

Plakkk!

Tamparan keras diberikan oleh Sella pada suaminya dan di depan sahabatnya.

"Kamu nggak sadar, Mas? Dia udah nabrak Anin! Dan kamu mau bebasin dia?"

"Dia sahabatmu, Sella!"

Sella menyunggingkan senyum remehnya dan menatap Marisa. "Dia udah bukan sahabatku sejak rebut kamu dari aku, Mas!"

Kini, Sella kembali menatap Adnan dengan tatapan tajamnya. "Kamu ayah yang nggak bertanggung jawab, Adnan. Putrimu terbaring koma di rumah sakit, dan disini—" Sella menggantung ucapannya lalu melirik Marisa sebentar.

"—kamu malah berniat membebaskan dia yang udah bikin putrimu sekarat di rumah sakit!"

•••

ARISTAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang