7. Tidak tahu diri

25.6K 1.4K 38
                                    

Haihai annyeong👋
Makasih buat 200+ pembacanya. Hahaha gak nyangka padahal awalnya cuman iseng-iseng doang wkwkwkw makasih semuanyaa💗

Happy Reading 💗

🐯🐯🐯

"Astaga, Dea. Kok bisa sih nyusruk disini," ujar Naya yang baru saja turun dari kamarnya. Ternyata yang berteriak minta tolong tadi adalah Dea. Entah kenapa tapi saat Naya turun ia sudah melihat kondisi Dea yang nyusruk di lantai. (Bahasa Indonesianya apa sih wkwkwk)

"Sakit, mbak," ringisnya membuat Naya melotot.

"Ehhh, disitu ada bayi, ayo-ayo sini saya bantu bangun." Naya mengulurkan tangannya namun sama sekali tidak di terima oleh Dea.

"Ayo, Dea," desak Naya. Naya mendesak Dea agar segera menerima uluran tangannya. Bukan apa-apa, tapi Naya khawatir takut-takut bayi yang ada di perut Dea kenapa-napa, bukan khawatir sama Deanya. Maapin ya de.

"Kak Revan, tolongin," ujarnya yang melihat Revan turun dari tangga membuat Naya melotot.

"Kak, perut aku sakit," keluhnya membuat Naya bingung antara menyuruh Revan untuk membantu Dea atau dibiarkan saja. Tapi kasihan jika dibiarkan saja. Tapi jika ditolong takutnya malah ngelunjak.

Revan menatap ke arah Naya seolah meminta persetujuan. Dengan berat hati, Naya mengizinkan Revan menggendong Dea sampai ke kamarnya.

"Astaga, ngerepotin banget sih bocil satu ini," batin Naya yang mengikuti Revan dari belakang menuju kamar.

"Aduh, kak perutku sakit," ringisnya sembari memegang tangan Revan.

"Enak banget tu tangan nemplok-nemplok," batin Naya mengeram kesal. Ingin sekali ia mencabik-cabik wajah Dea yang memelas seperti itu.

"Kamu kenapa bisa jatuh?"

"Tadi aku mau minum, terus kepleset mbak," jawabnya singkat membuat Naya hanya mengangguk saja.

"Udah kan?" Revan mulai membuka suara.

"Yaudah, kamu istirahat, saya ke kamar dulu," ujar Naya.

"Kak Revan, bisa temenin aku sampe tidur?" ucap Dea membuat Naya yang semula akan keluar kamar kembali masuk.

"Heh maksud lo apaan?" teriaknya. Ngelunjak banget jadi anak.

"Mbak, bayi aku yang pengen, cuman temenin sampe aku tidur aja mbak, boleh ya?" pinta Dea membuat Naya berdecak.

"Alasan doang itu mah," gumam Naya lalu melihat ke arah perut Dea yang agak membuncit. Entah kenapa sudah mulai membuncit Naya tidak tahu, mungkin usianya yang sudah mulai membesar.

"Kasian kamu, dede bayi, belum lahir udah difitnah sama mama kamu," batinnya menatap perut Dea dengan tatapan sendu. Lalu menarik Revan keluar dari kamar Dea meninggalkan sang empu yang sudah mengerucutkan bibirnya.

"Sayang, jangan ngambek dong." Sudah berkali-kali Revan membujuk Naya yang sedari tadi mendiaminya.

"Berisik!!!" ujarnya tajam lalu kembali memunggungi Revan.

"Sayang, emangnya aku ada salah, ya?" tanyanya membuat Naya berdecak.

"Nggak peka banget sih," ucap Naya dari dalam selimut.

Nikah Muda [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang