37. Kejutan

14.5K 761 6
                                    

Owwww hai
Ok happy reading

Kini Naya sedang berada di kamar mandi. Wanita itu sedang memegang sebuah benda pipih yang sedari tadi membuatnya ketar-ketir.

"Duhhh, hasilnya gimana ya?" Bahkan Naya saja belum membukanya, bagaimana ia tau hasilnya. Sedangkan suaminya? Revan masih berkelana di alam mimpi.

Naya menutup matanya dan membalikkan benda pipih yang ada di tangannya. Dengan perlahan, ia membuka matanya dan....

Walaa..

"Positif," gumamnya. Naya senang bukan main. Ia sampai jingkrak-jingkrak di dalam untung saja tidak terpeleset.

"Aaaaa disini ada baby," teriaknya tertahan. Wanita itu beralih mengelus perutnya yang belum membuncit, ia menatapnya dengan senyum haru. Tanpa sadar, air matanya menetes.

"Akhirnya, gue punya baby," gumamnya lirih. Ia harus segera memberitahu Revan.

Dengan semangat, ia berjalan keluar sembari terus menggenggam testpack di tangannya.

Naya tersenyum sumringah ketika melihat Revan yang sudah bersandar di ranjang namun nampaknya laki-laki itu masih berusaha mengumpulkan nyawanya.

"Sayang," panggilnya membuat Revan menoleh. Revan menatap istrinya dengan senyum.

Naya duduk di pinggiran ranjang dengan wajah yang sangat bahagia membuat Revan mengeryit.

"Kenapa? Masa pagi-pagi udah kesambet sih?" Naya berdecak namun senyum itu sama sekali tidak luntur dari bibirnya membuat Revan gemas.

"Kenapa, hmm? Kok seneng banget sih?" tanya Revan penasaran dan mulai mendekat ke arah Naya.

"Shalat dulu sana. Aku udah, kamunya sih kebo," ejek Naya membuat Revan berdecak namun tidak membantah apa yang istrinya katakan. Ia segera menuju ke kamar mandi untuk gosok gigi dan mengambil wudhu.

Naya terus memperhatikan suaminya, mulai dari berganti baju, memakai sarung dan peci, menggelar sajadah hingga melakukan shalat pun ia perhatikan.

Tangannya masih terus saja mengusap perutnya yang tidak lama lagi akan membuncit. Ia jadi tidak sabar melihat reaksi mertua dan orang tuanya, sekaligus reaksi Abang dan adiknya yang sangat tidak sabar menunggu keponakan dari Naya dan Revan.

Naya tersenyum ketika Revan sudah melepas peci dan meletakkan sajadahnya. Apalagi saat mendekat ke arahnya. Wanita itu menyalimi tangan suaminya dan menarik suaminya untuk segera duduk di kasur.

"Kenapa? Seneng banget, ya?" tanya Revan dan diangguki oleh Naya.

"Emang seneng kenapa?"

Naya mengulum senyumnya lalu menyodorkan benda pipih yang sedari tadi ia pegang ke hadapan Revan.

Awalnya Revan bingung, ini benda apa. Namun setelah diteliti ternyata ini adalah....

Revan membulatkan matanya tidak percaya. Dua garis merah yang ia lihat rasanya masih tidak nyata. Ia mengucek matanya barangkali ini mimpi namun Naya memukul pipinya dan menyadarkan Revan bahwa ini tidak mimpi.

Mata Revan sudah berkaca-kaca. Ia menatap istrinya yang turut menatapnya.

"Ini serius?" tanya Revan dengan suara bergetar. Tidak, Revan tidak boleh menangis. Oh ayolah tapi entahlah. Sekarang Revan akan menangis.

Nikah Muda [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang