Haii aku kembali
Kepikiran buat ekstra Part wkwkwk
Ya udahlah yaa happy reading lah"Bundaaaa Abang udah ada pacaarr," teriak seorang gadis yang sedang duduk di lantai. Siapa lagi kalau bukan Gia. Anak itu kini sudah berusia 17 tahun yang artinya sudah kelas 12, juga Gio. Laki-laki itu sangat datar dan dingin sampai membuat adik kadang bundanya juga geram. Tapi jika di rumah, sifatnya akan melembut dan menghangat.
"Mana ada, ngaco," elak Gio membuat Gia tersenyum mengejek.
"Biarin, nggak mau ngaku sih. Gia cepuin ke ayah nanti," ancamnya membuat Gio melotot lalu menghampiri adiknya yang juga menatapnya dengan tengil. Untung adik, kalo nggak udah Gio geprek sekalian kasih sambel terus dimakan deh.
Gio mengeluarkan uang berwarna ungu dari sakunya membuat Gia mengernyit.
"Apaan nih? Mau nyogok gue?" tanya Gia membuat Gio mengangguk. Yaiyalah, apalagi.
"Nggak ah, lo kalo nyogok segitu mulu. Gue kan bosen," lanjutnya membuat Gio geram.
"Udah ini kan bisa buat beli cilung sama bakso. Lumayan bisa dapet seporsi masing-masing," jelas Gio dan dibalas gelengan oleh Gia.
"Mana cukup? Kan gue juga pengen telur gulung, cimol, seblak, sosis bakar, ayam geprek, mie ayam," cerocosnya membuat Gio memukul geram kening kembarannya itu.
"Aishhh sakit an---
"Mau ngomong apa, hmm?" Suara bariton itu terdengar dari arah belakang membuat mereka berdua terdiam.
"Mampus lo," batin Gio dalam hati sembari terkekeh.
Gia menoleh ke arah belakang dan tersenyum canggung. Ishh kenapa harus ketauan ayah sih, kan kalau ketauan bunda masih nggak papa, bunda kan santuy nggak kayak ayah.
"Halo gais bunda kombek," teriak Naya yang baru turun dari kamarnya. Walaupun usianya hampir memasuki kepala 4, namun wanita itu tetap gaul dan tidak ketinggalan zaman.
"Sayang, jangan teriak-teriak," peringat Revan membuat Naya merengut kesal. Dikit-dikit ga boleh, maunya apa dah.
"Kenapa sih? Lagian rumah kok sepi banget kayak kuburan. Mending kita ngedance," ajak Naya membuat Gia berbinar dan justru membuat Revan serta Gio menghela napasnya kasar. Malas jika meladeni 2 perempuan itu.
"Ayo Abang sama ayah ikutan kita ngedance," ajak Gia.
"Lumayan lah nggak jadi dimarahin sama ayah. Bunda baik deh, lopyu bunda," batinnya.
"Ogah, gue mau keluar," tolak Gio membuat Gia tersenyum. Kesempatan.
"Ayah, bunda. Tau nggak." Gia menggantung ucapannya membuat Gio yang akan keluar langsung menoleh dengan tatapan tajam. Sedangkan Revan dan Naya menunggu apa yang akan dikatakan Gia.
"Kenapa, sayang?" tanya Naya penasaran justru membuat Gia semakin melebarkan senyumnya.
"Abang udah puny---
"Kaboorrrr." Belum selesai melanjutkan ucapannya, Gia langsung berlari ke kamarnya agar tidak tertangkap oleh Gio.
Braakk
"Gia pintunya jangan dibanting, itu baru dibenerin loh sama ayah," peringat Revan sembari berteriak. Gia itu kebiasaan, dibilangin jangan suka banting pintu tetep aja bebal nggak pernah dengerin kalo dibilangin. Alhasil, Revan selalu membenarkan pintu milik anaknya itu.
Baru saja kemarin Revan membernarkan pintu tersebut untuk yang entah berapa kalinya. Bisa dihitung seminggu 3 kali Gia mengeluh pintunya rusak membuat Revan harus ekstra sabar.
Bisa saja mereka menyewa tukang untuk memperbaikinya, namun memang Gia nya yang durhaka, alasannya gini.
"Ayah harus hemat uang dong, lagian ayah kan udah tua sekalian olahraga biar nggak gampang encok."
Kesel nggak sih?
___________________
"Bang cepetan gue udah---
Gia yang akan menghampiri Gio di kelasnya mendadak diam karena melihat abangnya itu berpelukan dengan ......
"Omaygaatt demi apa si, bang lo pacaran sama Rea?" pekik Gia membuat Gio dan Rea melepaskan pelukannya.
Untung saja koridor sekolah sudah sepi jadi tidak ada yang mendengar pekikan Gia.
Gio dan Rea gelagapan sendiri karena kepergok oleh Gia yang notabene mempunyai mulut yang ember.
Gia menatap tengil Abang dan sahabatnya itu. Memang, Rea adalah sahabat Gia jadi tentu saja Rea kenal dengan Gio.
"Kiw, PJ dong," ejeknya lalu mendekat ke arah mereka berdua yang nampak canggung. Ralat, bukan mereka berdua. Hanya Rea saja karena Gio, laki-laki itu memang selalu bersikap tenang sekalipun bagaimana situasinya.
"Eh, hai Gia," sapa Rea dengan canggung membuat Gia mengangguk lalu mendekat ke arah Gio yang menatapnya tajam.
Gia mengalungkan tangannya di lengan Gio membuat laki-laki itu jengah sendiri.
"To the point," ucap Gio yang tau apa maksud Gia.
"Gue boleh ke mall gaaa?" pintanya dengan puppy eyes.
"Nggak," tolak Gio dengan tegas. Jika Gia ke mall, pasti akan lupa segalanya. Bahkan sampai bisa lupa kalau dirinya punya rumah.
Terakhir kali Gia pergi ke mall bersama Fita dan Dina, namun anak itu tak kunjung pulang hingga membuat Naya serta Revan panik. Bukan Revan sih, Naya lebih tepatnya.
Bahkan Gio rela pukul 11 malam keluar mencari Gia yang tak kunjung pulang. Setelah dicari, ternyata Gia masih sibuk di cafe bersama teman-temannya. Tak hanya teman perempuan, namun teman laki-laki juga. Alhasil Gia dihukum oleh Revan selama sebulan tidak boleh memegang hp dan harus pulang pergi bersama Gio.
Ngeri ngeri sedep wkwkwkwk
Ok back
"Pliiss kapan sih gue mohon-mohon begini. Sumpah dah terakhir doang," pintanya. Sekali tidak ya tetap tidak. Gio tidak suka dibantah dan Gia tau itu.
"Lo mah nggak asik, gue aduin bunda ntar." Nah kan, ujung-ujungnya ya gini. Ngadu ke Naya.
"Yaudah, gue aduin ayah kalo anaknya yang satu ini bebal banget kalo dibilangin. Suka banget bikin onar di sekolah terus sering bolos dan nggak pernah ngerjain tugas," jelas Gio sembari menyebutkan kesalahan yang dibuat Gia satu-persatu membuat gadis itu melotot.
Rea yang mendengar itu terkikik pelan. Ia melirik ke arah Gia yang sedang melototkan matanya.
"Gia, ke rumah gue yuk," ajak Rea karena gadis itu kesepian jika di rumah sendiri. Rumah Gia dengan Rea juga tidak terlalu jauh, hanya beda beberapa blok saja.
Mata Gia berbinar. Namun baru saja akan mengangguk, Gio sudah mengeluarkan suaranya.
"Main ke rumah aja"
Sekalian modus ya bang.. hehehehe
Kalo aku bikin NM season 2 mau gak sih. Kayak sequelnya gitu (aku gatau nulisnya gimana wkwkwwk)
Seru gak sih kayaknya?
Ayo komen tsayyy
Ekstra part-nya masih tinggal 1 lagi.Makasih 12,8k readersnya dan yang pasti akan bertambah terus
Sayang deh😾💘
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [End]
Fiksi RemajaSUDAH END Tidak di revisi jadi maklumi typo atau yang lainnya Bagaimana ketika kita dijodohkan dengan seseorang yang belum kita kenal sebelumnya? Ya beginilah yang dialami oleh Naya. Gadis itu dijodohkan dengan orang tuanya dengan Revan yang memang...