Halooo
Berapa lama aku nggak update?
Gatau
Oke happy readingSetelah 1 bulan kepergian Argan, rumah menjadi sepi. Walaupun sedikit ada cekcok antara bumil dengan Ezra, namun tak bisa dipungkiri kalau mereka rindu sosok Argan.
Kini Naya dan Ezra sedang duduk di teras menunggu datangnya Revan yang sedang membeli martabak. Selama hamil Naya sangat menyukai martabak, terutama martabak telur. Hampir setiap hari Naya meminta martabak, sampai-sampai Revan heran dengan istrinya itu. Semoga saja pas lahir anaknya nggak bintitan.
"Gue kangen Abang, kak," lirih Ezra membuat Naya terdiam. Ketika begini, mereka selalu teringat abangnya itu. Biasanya, Argan akan bertengkar dengan Ezra ataupun Naya tetapi sekarang sepi.
"Gue juga."
Naya mengedarkan matanya dan melihat sosok seseorang yang tersenyum manis ke arahnya.
"Abang," teriak Naya membuat Ezra terlonjak.
Naya berlari menuju halaman rumah membuat Ezra membelalakkan matanya.
"Heh lo lagi bunting anjir," teriaknya lalu menyusul Naya. Naya berdiri di dekat ayunan lalu mengedarkan pandangannya.
"Bang, lo dimana?" tanyanya seperti orang linglung.
"Heh sadar. Ngapain Lo anjir," ujar Ezra berusaha menyadarkan Naya.
"Gue liat bang Argan," jelasnya membuat Ezra terdiam. Ezra menggeleng lalu mengajak kakaknya untuk masuk. Tidak baik ibu hamil sore-sore di luar.
"Ayo masuk, udah sore nggak baik buat bumil," ajak Ezra dan dibalas gelengan oleh Naya.
"Itu Abang," teriak Naya sembari menunjuk ke arah depan yang tidak ada apa-apa. Dia menunjuk gazebo yang selalu digunakan Argan untuk mengerjakan tugas ataupun berkumpul bersama teman-temannya. Mereka bertiga juga sering berkumpul di sana.
"Nggak ada, kak. Udah ayo masuk," ajak Ezra menarik paksa kakaknya itu. Naya memberontak namun tetap ditarik oleh Ezra agar kakaknya itu tidak berhalusinasi lagi.
Ezra mendudukkan Naya di sofa lalu memberinya minum.
"Kak, mau sampe kapan Lo gini. Itu cuman halusinasi kak. Lo pasti kangen kan sama Abang?"
Naya terdiam. Tadi hanya halusinasinya saja? Padahal tadi dia melihat Argan yang tersenyum ke arahnya. Senyum yang sudah sebulan terakhir ini ia rindukan.
"Assalamualaikum,"
Naya dan Ezra menoleh. Ternyata Revan.
"Waalaikumsalam."
Revan duduk di samping istrinya dan meletakkan martabaknya di meja.
Tiba-tiba, Naya langsung memeluk Revan membuat Revan terkejut. Ia melirik ke arah Ezra dan dibalas anggukan olehnya.
Revan masih bingung, ia mengelus punggung Naya yang sedikit bergetar. Naya menangis?
"Sayang, kenapa?" tanya Revan lembut dan justru Naya menangis semakin keras.
Ezra hanya diam sembari menonton tv dengan martabak di tangannya. Sangat santuy bukan?
"Kangen Abang," lirihnya membuat Revan terdiam.
"Tadi aku liat ada Abang di luar. Dia senyum ke aku," jelasnya.
"Aku kangen, pengen peluk Abang," ujarnya lirih membuat Revan ikut merasakan apa yang istrinya rasakan.
"Udah, ya. Abang udah tenang disana. Kamu jangan nangis terus, kasian Abang, kasian juga Dede bayinya. Masa bundanya nangis terus sih," jelas Revan membuat Naya mengangguk. Walaupun rasanya tidak rela, tapi ia harus bisa ikhlas menerima bahwa abangnya telah pergi.
____________________
Kini Naya sedang berdandan di meja rias karena hari ini adalah acara 7 bulanan kandungannya.
"Sayang, jangan cantik-cantik, ih," ujar Revan sembari memeluk leher istrinya.
"Kenapa?"
"Nanti kamu diliatin temen-temen aku." Naya terkekeh. Hanya itu?
"Gapapa kali, lagian juga jarang aku dandan cantik"
"Tapi---
"Kamu gasuka aku dandan cantik?" Nahloh marah kan?
"Eh, nggak. Suka banget, kamu malah cantiknya tambah berkali-kali lipat dari sebelumnya," bujuknya dan justru membuat Naya melotot.
"Jadi sebelumnya aku jelek?" teriaknya membuat Revan gelagapan. Salah ngomong ya dia?
"Nggak, sayang. Kamu udah cantik apalagi kamu sekarang lebih chubby," jelasnya.
"Aku gendut? Hah?"
"Astaghfirullah, salah lagi," batinnya mengucap sabar. Harus sabar menghadapi bumil satu ini yang kadang mood nya tidak menentu.
"Nggak sayang, kamu cantik, cantik banget. Udah yuk sekarang kita turun, udah pada nungguin soalnya.
Akhirnya, dengan wajah cemberut Naya pun turun untuk menghampiri keluarganya.
"Cantik banget sih bumil," celetuk bunda intan membuat Naya tersenyum. Ia mendekati ibu mertuanya.
"Halo cucu Oma, apa kabar?" Bunda intan mengelus perut buncit Naya membuat Naya terkekeh. Senang rasanya jika banyak yang menyayanginya dan calon anaknya.
Mereka pun melakukan rangkaian acara dengan khusyu, memanjatkan doa agar anak yang dikandung Naya sehat sampai lahiran nanti
Dikit dulu gengs soalnya udah buntu
Siap untuk ending?
Btw makasih buat 7k readersnya, aaa ga nyangka banyak yang baca ceritakuAku kasih spoiler cerita baruku ya
See u nanti👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikah Muda [End]
Teen FictionSUDAH END Tidak di revisi jadi maklumi typo atau yang lainnya Bagaimana ketika kita dijodohkan dengan seseorang yang belum kita kenal sebelumnya? Ya beginilah yang dialami oleh Naya. Gadis itu dijodohkan dengan orang tuanya dengan Revan yang memang...