Makasih banyak buat motivasi dari kalian kemarin, aku berasa langsung di "tarik sis, semongko!!" in ^_^
Aku seneng bget msih ada yg terhibur dan suka sama cerita ini.
~*~
Semua yang ada di ruangan ini begitu panik. Anatie sedang duduk sambil menundukkan kepalanya--sibuk menangis. Professor McGonagall berusaha menenangkannya, sementara Fleur juga ikut menenangkan Anatie sambil mengusap lembut bahu gadis itu.
Harry tidak jauh terkejutnya. Sebenarnya, dirinya sudah cukup terkejut begitu mendengar namanya dipanggil, tapi dirinya jauh lebih terkejut begitu mendengar nama Natty pun dipanggil. Apa maksud semua ini? apakah ada orang yang mencoba untuk mencelakai mereka dengan cara ini? Tapi siapa?
"Harry.. apa kau memasukkan namamu kedalam cawan api?" Dumbledore bertanya dengan tenang.
"Tidak, Sir."
"Apa kau meminta kakak kelasmu untuk melakukannya?"
"Tidak.."
"Apa kau benar-benar yakin?"
"Ya, Sir." jawab Harry gugup.
"Tentu saja dia berbohong!" sahut Madam Maxime, mendorong lampu yang menghalangi jalannya dan berjalan masuk kedalam ruangan ini.
"Itu mustahil! cawan api memiliki peraturan sihir yang sangat kuat, yang hanya bisa dikelabui oleh Confundus Charm, mantra yang tidak mungkin sudah bisa dikuasai oleh murid tahun keempat!" sahut Mad Eye Moody ikut berpendapat.
"Tampaknya kau sudah memperkirakan semua ini, Mad Eye." ucap Igor Karkaroff dengan sinis. Moody nampak tidak terima dan membalas, "Daridulu sudah tugasku untuk menyelidiki hal seperti ini, mungkin kau sudah melupakannya." kedua lelaki itu pun saling bertatapan dengan sinis.
"Itu tidak membantu, Alastor!" sambar Dumbledore sambil berjalan mondar-mandir kebingungan. Fleur Delacour, Viktor Krum, dan Cedric Diggory hanya bisa melihat perdebatan guru-guru mereka ini. Harry melirik kearah Anatie, melihat gadis itu yang masih terduduk sambil menyembunyikan wajah sembabnya dengan kedua tangan.
Akhirnya ia pun memutuskan untuk menghampiri Anatie dan berdiri di sebelahnya."Nat, kau baik-baik saja?" tanya Harry dengan sangat pelan. Natty tidak membalasnya, tapi gadis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban dari pertanyaan Harry. Anatie sangat tau kalau itu adalah suara Harry, tapi rasanya dia sama sekali belum siap untuk berbicara dengan siapapun.
"Barty, kuserahkan ini padamu." ujar Dumbledore, berharap yang terbaik kearah lelaki berkumis itu. Barty pun menjawab, "Apa boleh buat, cawan api memiliki kontrak sihir yang sangat mengikat dan kuat. Mr. Potter dan Miss Quinzel tidak punya pilihan. Mulai malam ini, mereka berdua merupakan salah satu peserta dari turnamen triwizard."
Anatie langsung mendongakkan kepalanya begitu mendengar hal tersebut. Matanya yang sembab sudah tidak berair lagi, Natty hanya bisa pasrah menerimanya karena dia tidak punya keberanian lebih untuk menolak hal itu.
*
"Ini tidak bisa dilanjutkan, Albus. Pertama tanda kegelapan, lalu hilangnya Bertha Jorkins, dan sekarang ini?" tanya McGonagall. Dirinya saat ini tengah berada di ruangan Dumbledore bersama kepala sekolah itu dan juga Snape.
Dumbledore menatap ke arah Pensieve dan memandang benda itu sambil terlihat berpikir, "Lalu apa solusimu, Minerva?" tanya Dumbledore.
"Hentikan semua ini!"
"Apa kau tidak dengar apa kata Barty? peraturannya sudah jelas."
"Persetan dengan Barty, dan juga aturannya. Lagipula sejak kapan kau setuju dengan kementerian? mereka bahkan tidak becus dalam menyelidiki kasus hilangnya Bertha jorkins di hutan Albania." tambah Minerva, berusaha meyakinkan Dumbledore.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Riddle's Servant • [Draco Malfoy]
FanficAbout Anatie Quinzel, a slytherin student which has many uncovered stories of her life. {Draco x OC}