63

248 34 25
                                    

"SASORI!" Inojin berteriak frustasi. Ia sedang diantara ingin memegang sobatnya itu atau membiarkannya tergeletak.

Cho Cho terduduk lemas sembari matanya memandang Sasori yang terbujur kaku tak jauh dari badannya. Inojin celingukan. Ia merogoh saku, mengeluarkan hp kemudian menekan nomor Deidara yang sudah ada di recent calls.

"Dei! SasoriㅡSasoriㅡdiaㅡ"

Disamping Inojin sibuk menelfon sobat yang satunya itu, Cho Cho memaksakan diri untuk berdiri dan mengamati Sasori lebih dekat. Wajah yang berlumuran darah, begitu pula dengan baju yang dikenakan. Apa pembunuhan? Atau bunuh diri? Bentar, apa ada barang bukti yang berserakan di sekitar sini?

Mata Cho Cho jelalatan mengamati semak semak yang lumayan hampir tak mengalami kebotakan. Kakinya melangkah ke sekitaran Sasori. Benda yang bertengger di otaknya kali ini adalah pisau. Mau itu bunuh diri atau dibunuh, pisau adalah benda yang paling cepat bisa dicurigai.

Lalu seketika ia mendapat ide. Cho Cho mengeluarkan hp dari dalam tas kemudian memotret Sasori, mulai dari rambut, darah yang berlumuran di sekitar wajah, baju, celana sampai tapak sepatu. Sengaja Cho Cho melakukannya karena foto foto ini suatu saat bisa menjadi barang bukti atau pemecahan kasus, begitu pikirnya, walaupun dengan konsekuensi hatinya akan sakit setiap kali melihat foto foto tersebut.

"Cho Cho!"

Cewek itu menoleh dan melihat Inojin yang tergesa berjalan kearahnya.

"Kita nggak boleh keliatan sama orang! Entar bisa jadi terdakwa!" repetnya. Cho Cho menggeleng.

"Asal lo nggak nyentuh apapun yang ada di badannya atau nyentuh benda di sekitarannya, aman", balas Cho Cho yang kembali mengedarkan mata demi mencari barang bukti.

"Gue nggak abis pikir Sasori bakal berakhir tragis kek gini", ujar Inojin sambil jongkok di sebelah Cho Cho, "jantung gue udah nggak karuan sekarang tau nggak. Depan gue mayat sobat sendiri".

"Deidara kesini?" tanya cewek itu mengalihkan topik. Inojin mengangguk.

"Kebetulan dia sama Ino lagi di sekitaran sini juga".

Cho Cho hanya diam menyimak. Disaat itu juga kedua matanya seperti menemukan sesuatu yang tersembunyi dibalik tumpukan kayu kayu bekas bangunan yang berserakan di sudut semak semak. Sesuatu berwarna krem yang warnanya pun hampir menyatu dengan tumpukan kayu. Dengan cepat Cho Cho menghampiri tumpukan tersebut. Matanya berkeliling mencari ranting agar sesuatu tersebut bisa dikeluarkan tanpa ia sentuh.

"Woi Cho Cho!" Inojin berdiri lalu menyusul Cho  Cho, "lo ngapain?!"

Bersamaan dengan kedatangan cowok pirang itu ia pun mendapat ranting panjang. Langsung aja Cho Cho mengarahkan ranting tersebut ke tumpukan kayu untuk menarik sesuatu tadi. Inojin bertambah bingung ketika sesuatu tersebut ternyata adalah sarung tangan, namun tak ada tanda tanda darah yang berlumuran disekitarnya.

"Gue bakal nyimpen ini", tukas Cho Cho sembari memperlihatkan sarung tangan itu ke Inojin. Inojin menghela napas, tak tahu harus bagaimana. Matanya kembali mengarah ke Sasori, lalu menangkap sosok Deidara dan Ino yang berlari lari menemuinya. Ino kaget bukan main, air matanya berhamburan tanpa henti. Sewaktu tangan Deidara ingin memegang badan Sasori, sontak Inojin berteriak memperingatkan.

"Lo udah lapor polisi?" tanya Ino ke Inojin yang disambut gelengan dari cowok pirang itu.

"Kita lapor polisi!" sambungnya kemudian mengeluarkan hp lalu mencari nomor polisi terdekat di internet. Setelah mendapatkannya, ia langsung menghubungi dan meminta para polisi untuk segera menuju tkp. Deidara menggigit bibir. Ia tak pernah menyangka jika nasib sahabatnya akan menjadi seperti ini. Apa Sasori ada musuh? Apa ada orang yang tak sengaja ia sakiti?

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang