25

389 60 7
                                    

Shikadai melajukan motornya dengan tergesa menuju rumah sehabis mengantar Temari pulang setelah sebelumnya singgah ke hima jurusan buat nganterin mie ayam yang dijanjiin cewek itu. Untung rumah Temari nggak jauh jauh amat dari kampus. Yah kira kira 2 km lah.

Hujan udah berhenti. Hari udah nunjukin jam 7.20 malam yang mana waktu maghrib pun udah abis. Tadi aja dia sama Temari terpaksa nungguin hujan reda selama 1 setengah jam. Hujan emang nggak kunjung reda tapi mereka nekat jalan ketika lebat mulai berganti gerimis. Karena mantel Shikadai jenisnya mantel baju dan Temari nggak mau pake karena Shikadai sendiri nggak make, jadilah mereka berdua milih buat basah basahan aja.

Dan tadi sewaktu nganterin Temari, cewek itu nunjukin tempat yang biasa dipakai ngumpul sama Deidara dan kawan kawannya. Suatu tempat di sudut pendopo di bawah pohon gede, di deket sungai dan lumayan gelap karena nggak kebagian penerangan. Yap, di belakang pendopo itu ada sungai kecil, geografis tepatnya sih sungai itu ada di samping kiri gerbang fakultas. Konon katanya sungai tersebut pernah memakan korban, walaupun kejadiannya udah lama banget sekitar taun 2000an awal.

Btw pendopo adalah bangunan terbuka yang dijadiin tempat latihan anak anak sendratasik. Tapi kadang dipakai juga buat nongkrong anak anak sefakultas.

Shikadai dan Temari sempat memeriksa studio dkv dan tempat ngumpul Deidara itu, tapi nggak ada satupun anak dkv maupun anak seni rupa lain yang keliatan. Di lain sisi pendopo, masih ada beberapa anak sendratasik yang latihan dan rata rata yang masih latihan sih anak tari.

"Gue udah nanya ke mereka, tapi nggak ada yang liat Deidara dari sore", lapor Temari ke Shikadai setelah dia nanyain ke anak anak tari tersebut.

Shikadai menepuk beberapa nyamuk yang beterbangan di mukanya, "jorok banget dah tempat ngumpulnya nyamukan gini. Sungainya banyak sampah juga".

Temari cuma melengos, "yah gitulah. Ntar deh gue tanyain ke anak hima jurusan, kali aja ada yang kenal deket sama Deidara".

Shikadai mengusap rambutnya, "thanks. Tapi sekarang perasaan gue nggak enak sih. Inojin bikin tugasnya dimana", lirihnya kecewa. Di samping itu dia juga kecewa ke dirinya sendiri karena nggak bisa full merhatiin Inojin bikos kuliahnya juga super sibuk.

Begitulah. Makanya Shikadai buru buru pulang. Dia mau meriksain semua isi kamar Inojin. Curiga berat dianya.

"WOIIIII!!" Shikadai menggedor gedor pintu sesampainya dia di rumah dan setelah dia memarkirkan motornya gitu aja di halaman. Terdengar kunci diputar berkali kali lalu terlihatlah Mitsuki di ambang pintu. Shikadai bergegas masuk dan langsung lari ke arah kamar Inojin.

"Oi Shikadai!" Mitsuki balik menutup pintu dan menyusul Shikadai, "kenapa?"

Shikadai menggoncang goncang gagang pintu kamar Inojin bermaksud membuka, tapi hasilnya nihil. Kamarnya kekunci.

"Sial. Neji punya kunci serap ndak ya?" Cowok itu lari lagi keluar membuka pintu dan pergi ke rumah Neji. Boruto yang abis dari dapur ngambilin minum cuma bisa kebingungan ngeliatin Shikadai yang pontang panting lari keluar rumah.

"Ada ape sih?" tanyanya ke Mitsuki. Si anak uler mengangkat bahu.

"Kayaknya Inojin ada masalah", Mitsuki menatap Boruto serius, "Inojin belum pulang kan?"

Boruto menggeleng sembari menyucut tumbler kuningnya, "nggak keliatan tuh dari sore. Kan gue udah di rumah dari jam 4an tadi".

Sejurus kemudian Shikadai balik ke rumah bareng Neji yang ikutan lari di belakangnya. Neji memeriksa semua laci yang ada di bawah tv dan mengumpulkan kunci kunci yang dia temuin di setiap laci.

"Ada ape sih? Kepo gue nih", tukas Boruto ketika Neji asik mencocokkan semua kunci ke lubang kunci kamar Inojin. Tapi nggak ada yang menjawab.

"Udahlah ntar kita juga tau", bisik Mitsuki. Boruto menghela napas.

"Nggak ada yang cocok", kata Neji. Dia berdiri menghadap Shikadai, "Inojin kenapa? Kok lo sampe panik gitu? Dia nggak kekurung di dalem kan?" tanyanya. Ternyata Neji juga belum tau permasalahan yang sedang terjadi. Tadi langsung ngikut Shikadai doang soalnya.

Shikadai garuk garuk kepala. Wah, sebenernya dia salah besar udah manggilin Neji buat nyari kunci serap, toh dia baru inget kalau Inojin sekarang punya kebiasaan ngunci pintu dan bawain kuncinya kemana mana. Aduh, padahal dia pengen masalah ini cukup dia dan Inojin aja yang tau karena Shikadai nggak mau bikin cowok pirang itu duluan malu.

"Masa kekurung di dalem! Orangnya belom pulang dari tadi lagian!" imbrung Boruto, "woi sat, ada ape sih? Jelasin dong".

Shikadai menggigit bibir. Ah iya!

"AnuㅡTadi Inojin ngambil semua double folio gue buat bikin tugas! Iyaㅡdouble folio nya kurang, pas dia minta ke gue, eh diambil semua. Hehe, heheee", kekehnya. Dahi Neji, Boruto dan Mitsuki seketika berkerut.

"Itu doang? Anjing kirain apaan!" Boruto auto misuh misuh dan menjambak rambut Shikadai. Kirain Inojin kenapa gitu, mati atau apa, eh ternyata cuma masalah double folio. Ya kesel dong.

"Kalo kamu mau double folio ambil punya aku aja", tawar Mitsuki, "double folio aku banyak selaci".

Neji meletakkan kembali kunci kunci yang ada di tangannya ke dalam sebuah kotak dan menyimpannya di salah satu laci supaya nggak berceceran lagi dan mudah buat nemuinnya kalau kalau ada yang butuh.

"Yaudah gue balik ya, kasian Hinata sendiri", Neji pamit pulang. Mitsuki yang mengantar Neji sampai ambang pintu pun balik mengunci pintu.

"Gue ke kamar dulu deh mau mandi. Capek", Shikadai berjalan gontai menuju ruang makan lalu naik ke lantai 2. Tinggallah Boruto dan Mitsuki di lantai bawah.

"Aku mau ngerjain tugas. Kamu?" tanya Mitsuki. Kakinya melangkah menuju kamar.

"Ikut dong. Tapi gue nggak nugas. Ngegame cuy", katanya riang lalu ikut masuk ke kamar Mitsuki.












Shikadai sibuk menggonta ganti channel tv karena sedari tadi belum nemuin tontonan yang pas buat nemenin dia di malam pergantian hari. Yap, dia sengaja nggak tidur demi nunggu Inojin pulang. Dan hari ini cowok pirang itu pecah rekor pulang terlama diantara jam jam pulang yang pernah dia cobain dan itu masih di bawah jam 12 malam. Kalau sekarang? Hah, udah jam 1 pagi si kuyang belum juga nongol. Ditelfonin pertama nggak diangkat, kedua malah hpnya nggak aktif. Sengaja dimatiin kayaknya.

Shikadai menyerbu kolom chat Temari dengan segala keresahannya walaupun tuh cewek sama sekali nggak bales. Jangankan bales, ngeread doang kagak. Walaupun gitu, Shikadai tetep ngechat, nggak peduli mau dibales atau nggak terserah.

Asik ya udah tukeran nomor.

Disaat mata Shikadai mengarah ke jarum jam dinding ruang tv yang berputar, terdengar deru motor mendekati pagar. Cowok itu terkesiap dan langsung melompat jalan ke pintu depan. Tapi pertama tama, dia ngintip dulu dari jendela.

Ada sesosok manusia yang lagi bukain pagar lalu markirin motornya di halaman. Kemudian manusia itu balik nutupin pagar dan nggak lupa ngegembok sekalian. Abis itu barulah dia naik ke teras.

Shikadai auto nutupin tirai dan bersandar di dinding sebelah pintu sampai beberapa ketukan pun terdengar. Langsung aja tangannya bergerak memutar kunci.

"Shikadai", Inojin sedikit terlompat kaget sewaktu ngeliat Shikadai di ambang pintu. Shikadai berusaha buat nahan emosi sebisa mungkin. Pokoknya, jangan sampai emosi fix.

"Samlekum", kaki Inojin melangkah masuk ke dalam rumah dan berlanjut ke arah kamar. Shikadai mengekor setelah sebelumnya mengunci pintu.

"Nape berdiri di belakang gue?" tanya Inojin heran. Setelah pintu kamarnya terbuka, cowok pirang itu masuk dan mencampakkan tasnya asal lalu membuka kaos kaki. Shikadai ikutan masuk. Tanpa embel embel dia langsung menutup pintu dan nggak sengaja kebanting.

Boruto yang ketiduran di kamar Mitsuki jadi kebangun kan. Akh.

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang