20

423 60 10
                                    

Sebulan pun berlalu. Dari senin beranjak senin, beranjak senin, beranjak senin lagi dan sejauh ini Boruto, Mitsuki, Sarada, Inojin, Shikadai dan Cho Cho baik baik aja ngejalanin perkuliahan. Boruto, Mitsuki, Inojin dan Shikadai juga udah punya motor sendiri sendiri. Gara gara Neji keceplosan bilang kalau Mitsuki udah ngancang ngancang beli motor sewaktu yang lain masih nanya harga motor berapaan. Ya mereka bertiga auto nggak terima dong kalau nggak punya motor sendiri. Jadilah Boruto, Inojin dan Shikadai malakin bonyok masing masing, dengan Mitsuki sebagai tumbal buat ngomong ke beliau beliau.

Di samping itu, Inojin masih ngerahasiain kalau dia sekarang jadi perokok aktif. Setan emang ngalahin segalanya udah. Inojin yang dulunya suci sekarang ternodai. Cuma dia janji ke diri sendiri kalau di rumah dia nggak bakal ngerokok, cukup di kampus aja bareng si bejat Deidara dan Sasori, karena dia nggak mau yang lain pada ngikut nyicip rokok.

Hari ini hujan turun selebat lebatnya, seakan menahan Mitsuki buat pulang ke rumah. Cowok itu terdiam di pintu utama gedung perkuliahan sembari mainin air hujan yang turun dari atap gedung. Lebat banget ini. Mana dia nggak bawa mantel, jalanan juga licin, kalau ngebut bisa bahaya.

Mitsuki menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Udah hampir jam setengah 6 sore. Langit pun juga makin menggelap. Hari senin emang nyebelin. Kuliah bertubi tubi sambung menyambung dari jam 9 pagi dan selesai jam 5 sore. Capek? Asli. Pengen rebahan. Tapi apa daya.

"Lebat banget ya", sebuah suara lembut bersenandung tepat di sebelah Mitsuki. Cowok itu menoleh. Seorang cewek bermata hijau berambut merah muda tersenyum. Alis Mitsuki bertautan. Ini cewek penampilannya kayak nggak asing banget sumpah. Rasa rasa pernah liat, tapi dimana?

"Padahal gue pengen pulang sendiri, tapi gara gara hujan terpaksa pulang bareng dia", curhatnya.

"Siapa?" Mitsuki buka suara. Kalau nggak ditanggepin kan nggak enak juga ngeliat cewek ini ngomong sendiri.

"Pacar. Sebenernya gue lagi berantem sama dia, soalnya dia banyak gaya sih. Eh kok gue jadi curhat. Kenalin, Sakura Haruno. Panggil Sakura aja", cewek tadi mengulurkan tangan. Mitsuki menjabat tangan Sakura dengan pikiran penuh tanda tanya. Subhanallah, barulah dia inget kalau dia pernah liat cewek ini di foto masa kecil nanadaime yang terpajang di ruang tv rumah beliau. Dan namanya juga sama persis dengan tante Sakura nyokapnya Sarada.

"Mitsuki".

Sakura balik natapin hujan yang masih menari nari, "ternyata punya pacar itu nggak enak ya? Nggak bisa bebas ngapa ngapain. Dikekang mulu nggak boleh ini itu, harus nurutin apa yang dia mau", dia lanjut curhat. Mitsuki nggak nanggepin karena dia nggak tau rasanya punya pacar.

"Lo punya pacar?"

Mitsuki melirik Sakura, "nggak. Nggak pernah pacaran", jawabnya. Cewek itu menunduk.

"Enak banget. Seandainya bisa tukeran posisi".

"Kenapa nggak putus aja?" tanya Mitsuki. Sakura menghela napas.

"Maunya sih gitu. Tapi pas mau putus dia ngancem bunuh diri. Gimana coba?"

Si anak uler diem. Wah udah nggak bener ini mah.

"Kenapa bisa pacaran?"

Bola mata Sakura memutar keatas seolah sedang berpikir, "kenapa ya? Iya ya, kok gue bisa pacaran sama dia ya?"

Alis Mitsuki bertautan.

Lalu Sakura ngelanjutin, "dulu awal awal ketemu dia baik. Tapi lama lama keliatan banget sifat aslinya. Nyebelin".

Cowok itu cuma natapin Sakura. Lagi lagi dia nggak tau mesti nanggepin kayak gimana dan ujung ujungnya ngebiarin Sakura curhat sendirian. Kemudian tanpa sengaja matanya menangkap lebam berwarna merah kehitam hitaman di sekitar tulang rusuk cewek itu. Mohon maap Mitsuki bukannya mesum, cuma si Sakura make kaosnya kedodoran.

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang