26

384 59 7
                                    

Prang!

Inojin yang lagi bukain kaos kaki membelakangi Shikadai auto tersentak kaget. Dia menoleh kesal, "kurang kenceng bangsat. Kencengin lagi!" teriaknya sarkas. Tapi Shikadai nggak peduli. Dia langsung berjalan cepat kearah lemari Inojin lalu memeriksa setiap laci dan tumpukan baju bajunya dengan teliti. Jelas cowok pirang itu kaget bukan main untuk yang kedua kali.

"WㅡWOI! NGAPAIN LO HAH?!" dengan sigap Inojin menarik kaos Shikadai dari belakang. Mukanya mendadak panik.

"Diem", Shikadai menghentakkan tangan Inojin sampai terlepas lalu balik ngebongkarin lemari. Kali ini emosinya lumayan tersulut 10%. Semua baju Inojin dia hamburkan ke lantai.

"JINGAAAN GUE UDAH CAPEK CAPEK NYUSUNIN BARANG GUE ANJINGGG!" teriak Inojin lagi. Dia masih berusaha menjauhkan Shikadai dari lemari. Tapi Shikadai terlalu jenius buat dikalahin. Ada aja titik lemah Inojin yang dia serang tanpa jutsu dan bikin cowok itu nggak bisa gerak.

"SETAAAN!"

Nggak ada yang mencurigakan di lemari, batin Shikadai dalam hati. Kemudian dia pindah ke area meja belajar. Seperti tadi, dia ngebukain semua laci dan mengumpulkan asal kertas kertas tugas Inojin yang berserakan menjadi satu.

"JAN SENTUH TUGAS GUE KEPARAAAT ITU UDAH GUE PISAH PISAH!"

Shikadai pura pura nggak denger. Matanya kini jelalatan nyariin barang yang mencurigakan di setiap sudut meja belajar.

"DASAR ANJIIINGGG!"

Bukkk.

Shikadai terjatuh akibat belakang lututnya ditendang keras oleh Inojin yang masih berusaha menghentikan aksi yang dilakuin cowok itu. Astaga. Sakit anjir.

"Lu kenapa ikutan ngamuk nggak jelas gini dah?" tanya Shikadai sambil mengusap usap bagian belakang lututnya. Inojin melotot.

"GUE YANG SEHARUSNYA NANYA! LO NGAPAIN BONGKAR KAMAR ORANG BANGSAAAT?!"

Shikadai tersenyum licik, "kalo lu lagi nggak ngerasa nyembunyiin sesuatu, yaudah jan marah marah. Diem".

Inojin tercekat. Akh sial.

Shikadai menggapai kursi belajar dan mencoba berdiri dengan menopang kursi tersebut. Aduh untung ini kaki masih bisa dibawa jalan.

"Bisa diem bentar kan?"

Inojin cuma menatap tajam ke arah Shikadai. Mulutnya bener bener dibikin bungkam.

Shikadai beralih meriksain lemari loker yang ada di deket jendela kamar. Satu persatu loker tersebut dia buka, yang rata rata isinya cuma kertas kertas, buku, laptop dan modul, pokoknya nggak terlalu banyak. Tapi ada satu loker yang dikunci, loker ke 9 yang berada di sudut kanan bawah. Shikadai mengatur napas, lalu menoleh ke Inojin.

"Kunci", cowok itu menengadahkan tangan. Inojin masih diem nggak berhenti melototin Shikadai.

"Gue minta kunci. Mana kuncinya?"

"NGGAK TAU! KAN LO SURUH DIEM!" akhirnya Inojin teriak lagi. Dia masih nggak mau beranjak buat ngambilin kunci. Shikadai memutar otak. Ini gimana caranya ya biar Inojin mau ngomong jujur. Diancam pun nggak bakalan mempan, toh bukan anak anak.

"Gue minta kunci", ulang Shikadai.

"PAAN SIH MAU LO?!!"

"Gue minta kunci".

"MENDING LO KELUAR ANJING!"

Shikadai berkacak pinggang. Inojin udah kayak orang kesetanan sumpah, baru juga minta kunci.

"Kalo lu beneran nggak nyembunyiin apa apa, gue minta kunci ya lu kasih lah", ujar Shikadai berusaha tenang. Muka Inojin mulai memerah saking keselnya. Pinter banget tuh cowok mojokin dia sedari tadi.

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang