18

414 63 7
                                    

Inojin memandang lembaran jadwal mata kuliah sembari berjalan dari jurusan menuju gedung studio dkv yang ada di sebelah gedung perkuliahan fakultas. Neji bilang dia bisa duduk disana nungguin Shikadai kalau kalau tuh cowok belum selesai berurusan. Dan nyatanya emang belum. Inojin kecepetan. Padahal rasanya baru 10 menit masuk kantor kajur (ketua jurusan), eh langsung beres seketika. Kajur dan sekjur (sekretaris jurusan) nya baik sih, ramah, gaul, tapi kayaknya beliau beliau nggak mau ribet. Baru masuk pintu, Inojin udah ditodong sama jaket almamater, jadwal mata kuliah, buku modul, buku dosen pembimbing akademik dan sedikit wejangan. Mana wejangannya rada absurd, cuma bilang kalau kuliah di jurusan seni tuh bebas, bebas mau make pakaian apa, bebas mau make studio sampai jam berapa, asal jangan kebawa pergaulan bebas. Nggak bisa dimaapin itu mah.

Cowok pirang itu duduk di kursi kayu panjang yang ada di depan studio. Dia menghela napas. Besok pagi jam 8.30, dia udah langsung kuliah desain identitas visual. Yah, moga aja pelajarannya nggak ribet.

"Hai anak baru!"

Inojin menoleh ke sumber suara. Napasnya tercekat di tenggorokan. Gila. Ternyata apa yang didoain Cho Cho kejadian. Astagfirullah.

"Tadi gue denger nama lo Inojin, bener nggak?"

Cewek berambut pirang dengan crop top tanpa lengan berwarna ungu yang di dalamnya dilapisi kaos garis garis berwarna putih, mendekat ke Inojin kemudian mengulurkan tangan, "Ino Yamanaka, panggil Ino aja. Ino cantik boleh banget", kekehnya.

Inojin serasa mau pingsan. Jadi gini rasanya si Boruto waktu ketemu bonyok versi mininya. Detak jantung cowok itu berubah cepat. Badannya seketika gemetar. Buat nyambut tangan cewek yang ada di depannya ini aja nggak bisa, tenaga serasa lenyap entah kemana.

"Lo sakit?" Ino refleks nempelin tangannya ke dahi Inojin dan cowok itu auto ngelompat saking kagetnya. Sialan, lembaran mata kuliahnya tadi malah terbang dibawa angin kan. Huee.

"AAAAH MAAP! GUE NGGAK MAKSUD NGAGETIN! MAAPPPP!" Sekarang malah Ino yang sibuk membungkuk di hadapan Inojin berkali kali. Lalu tanpa sengaja matanya menangkap sesosok cowok berambut kuning diikat ekor kuda lagi megangin lembaran kertas.

"DEIDARAAAA!" Ino ngelambain tangan nyuruh cowok yang bernama Deidara itu mendekat. Inojin cuma bisa bersandar di dinding studio. Dia lagi nyoba buat ngenormalin detak jantungnya seperti sedia kala.

"Jadwal mata kuliah tahun 2025/2026... Punya lo?" Deidara memberikan lembaran itu ke tangan Ino.

"Bukan! Punya dia", tunjuk Ino kearah Inojin. Deidara mendekat kemudian memandang cowok itu dari kepala sampai kaki seakan sedang menilai penampilan Inojin. Lalu dia mengangkat 1 alisnya.

"Dia anak baru, pertukaran pelajar", kata Ino ngasih informasi. Muka Deidara mendadak cerah.

"Oooh! Yang dibilang pak Genma itu? Boleh juga lo", Deidara langsung merangkul Inojin dan menepuk nepuk bahunya, "tapi keknya lo masih terlalu polos buat masuk seni".

Ino yang tau maksud dari perkataan Deidara barusan, auto natapin cowok itu geram sambil berkacak pinggang, "jangan bilang lo mau ngazab lagi anjing!"

Deidara balas melototin Ino, "paan sih berisik lo jingan", kemudian dia membawa Inojin duduk di kursi kayu yang sempat didudukin cowok pirang itu tadi.

"Dia namanya Deidara. Kita berdua sekelas, sahabatan juga", kata Ino yang ikut duduk di sebelah kiri Inojin disaat Deidara lagi pergi ke dalam studio. Ada urusan bentar katanya.

"Kadang kadang dia bejat sih, gimana ya, suka ngazab orang, suka ngehasut, sok sokan juga. Plusnya dia tuh royal. Kalo lo diajakin makan sama dia, berarti dia yang bakal bayarin lo. Dia juga suka belain gue kalo ada ganggu", lanjut Ino.

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang