24

431 61 5
                                    

Rada gesrek emang si Temari kalau bawa motor. Berasa terbang saking cepetnya nggak liat kiri kanan rasa rasa pengen nabrak apa aja yang dia lewatin. Parahnya kalau nggak ada polisi dia nekat terobos lampu merah. Sungguh diluar dugaan.

"LU BISA PELAN DIKIT NDAAAK!!" teriak Shikadai yang udah kesusahan nahan badannya biar nggak tergoncang goncang di belakang. Dari tadi duduknya melorot terus ke depan, ke kanan kalau nggak ke kiri. Mana kemeja outernya juga hampir copot dibawa angin lagi. Pusing banget dianya.

"HAAH? NGGAK KEDENGERAAAN".

"PELANIN DIKIT!!!"

"HAAAH?"

Hah hah mulu. Buang buang tenaga aja dah ngomong sama orang yang lagi bawa motor gila gilaan.

Btw, pustaka daerah jaraknya emang agak jauh. Mesti lewat jalan perkantoran dan jalan pusat dulu, trus ngelewatin kampung cina, ntar masuk agak daleman baru deh nyampe. Dosen kalau nyuruh muridnya emang suka aneh aneh sih. Ini baru buku. Temen sekelas Shikadai malah pernah disuruh ngambilin baju dirumah salah seorang dosen. Mana rumahnya jauh lagi mesti 2x ngisi bensin.

"PEGANGAAAAN!" teriak Temari sewaktu mereka mau belok di pengkolan. Dia menambah kecepatan hingga 80 km/jam dan memotong semua kendaraan biar dia bisa langsung berada di lajur kiri. Shikadai auto mencak mencak. Sumpah lah ya ini pertama dan terakhir boncengan sama cewek sialan ini!

Banyak klakson yang bergema gara gara kelakuan bobrok Temari. Tapi dia nggak peduli tuh.

"PEGANGAN ANJINGGG!" teriaknya lagi. Shikadai menggeram. Udahlah suka ngegas, suka nyuruh nyuruh, kasar pula. Huee pengen pulang.

"MAU PEGANG DIMANA JINGAN ELU CEWEK GOBLOK!!" balas Shikadai nggak kalah kasar.

"HAAAH? LO JATUH GUE NDAK TANGGUNG JAWAB!!"

Motor mulai mengambil lajur kiri. Dikit lagi baru masuk pengkolan. Ada sebuah mobil avanza yang sedari tadi ngikutin mereka dari belakang dimulai dari jalan pusat, nggak tau itu maksud dan tujuannya apa. Untunglah Temari nyadar. Tangannya makin memperdalam gas. Mau nggak mau Shikadai auto meluk pinggang cewek itu. Hilang sudah harga dirinya.

Secepat kilat Temari membelokkan motor di pengkolan dan berhasil menghilangkan jejak dari mobil avanza itu setelah sebelumnya mencoba mepet ke ban belakang. Edan emang. Begal kali ya. Tapi begal kok sore sore di jalan yang rame pakai mobil pula. Hah udahlah.

Barulah kecepatan motor berkurang disaat gedung pustaka daerah mulai menampakkan diri. Sebuah gedung putih yang kalau dihitung memiliki 4 lantai dan setiap lantai dihiasi ornamen coklat.

"Udah nyampe woi", Temari membuka penutup helm lalu menepuk tangan Shikadai yang melingkar di pinggangnya. Refleks Shikadai langsung menjauhkan tangannya dari cewek itu.

Temari memarkirkan motor perlahan di area parkir motor pustaka daerah. Shikadai menarik napas panjang kemudian membuka helm disusul Temari.

"Gila lu ya mau bikin gue mati lu?!" hardik Shikadai kesal. Temari terkekeh.

"Daripada telat mending kenceng kan", jawabnya santai. Dia mengunci motor lalu jalan bersisian masuk ke dalam pustaka daerah. Masih ada waktu 1 jam buat nyari buku yang disuruh pak Ebisu.

"Gue nggak bakal ngizinin lu bawa motor pas pulang. Eneg", tukas Shikadai disaat mereka sedang proses registrasi. Nggak lupa semua barang mereka dititipin di tempat penitipan karena nggak ada yang boleh di bawa masuk ke dalam area buku kecuali hp sama dompet.

"Ya gue nggak ada rencana bawa motor juga sih. Lo aja deh".

Shikadai menggeram. Dia membiarkan Temari jalan duluan menuju komputer pencarian dan memasukkan judul buku yang tertulis di secarik kertas tadi. Yap, kertasnya udah balik pindah tangan ke dia sewaktu mau berangkat dari jurusan.

[2] Lost in Cool-yeah! ㅡ BORUTO : NARUTO NEXT GENERATIONSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang