⛲RiMbun-5⛲

128K 15K 770
                                    

Halo, selamat membaca.
Tekan vote dan spam komen banyak-banya.

Kalau mau ini up terus, maka dari itu mari tekan vote dan spam komen sebanyak-banyaknya😾

~~~~~

River memandang malas papan tulis di depan sana, dia sama sekali tidak ada minat belajar hari ini, alasannya karena Mbun tentu saja.

Kalau saja Embun tidak melarangnya untuk tidak membolos, nampaknya River akan bolos hari ini.

"River." Java berbisik memanggil River, cowok itu duduk di kursi belakang.

Sementara River duduk sendirian karena Embun tidak mau River duduk sama siapapun. "Apa?" sahut River malas.

Java menyolek bahu River sedikit kuat.

Decakan River berikan, dia berbalik dengan alis yang menukik kesal.

"Apasih!?" sewotnya.

Java menunjuk kearah jendela yang tak lain tepat ada di kanan mereka.

Alis River naik sebelah, dia menoleh kearah jendela dan melihat apa yang dimaksud Java.

Matanya langsung melotot tak marah, urat-urat di lehernya langsung terlihat jelas. "Jangan ngamuk dulu lo." tegur Arez.

Pasalnya kalau River ngamuk, hubungan mereka pasti akan diketahui banyak orang.

Kedua tangan River mengepal kuat, matanya terasa panas dan siap menumpahkan air matanya.

Disana dia melihat Embun sedang tertawa bersama Delion, wakil ketua osis yang teladan, baik dan tampan.

Seluruh warga sekolah banyak yang menjodoh-jodohkan Delion dengan Embun, katanya mereka sangat cocok.

Tak ada yang sadar dikala mereka berkata seperti itu, satu luka tertoreh di hati River, karena dia lah kekasih Embun.

Sebenarnya ini salah River, karena dulu diawal pacaran saat kelas 10 dialah yang meminta Embun untuk merahasiakan hubungan mereka.

River tak mau orang tau bahwa dia berpacaran dengan si ketua osis 3 periode.

Tapi sata ini, sudah hampir 3 tahun hubungan mereka dan River selalu makan hati atas ucapannya sendiri.

Banyak yang menyukai Embun tanpa tau jika gadis itu sudah punya kekasih. Sama halnya Embun yang selalu makan hati jika River dikelilingi banyak gadis.

River berusaha menahan sakit di kerongkongannya karena menahan tangis, dia tak boleh menangis.

Raut wajah River bahkan sangat dingin disertai rahang yang ketat, dia terlihat sangat emosi dan marah.

Tapi sayangnya dia tak bisa menunjukan emosinya yang selalu tertahan.

...


Embun berjalan santai menuju ruang osis, memang sudah kebiasaannya kalau jam istirahat dia akan di ruang osis sendirian.

Revina lagi-lagi belum hadir ke sekolah, kata Revina arisan Mamanya bukan cuma di satu tempat doang, tapi ada 5 tempat berbeda.

Yah, Embun maklum aja. Keluarga Revina kan berkecukupan untuk main arisan sebanyak itu.

Baru juga Embun masuk dan mengunci pintu, dia terkaget saat melihat seseorang duduk di kursi ujung ruangan.

Dengan tangan yang bersidekap disertai tatapan tajam yang menghunus dalam.

"Kamu udah disini aja." celetuk Embun biasa, lalu dia duduk di kursi kepunyaannya dan melanjutkan tugasnya.

River hanya diam, kalau Embun jeli, seharusnya dia melihat bekas air mata di pipi River.

"Kamu, tadi jalan sama Delion kan?" pertanyaan dengan suara yang terasa sangat dingin itu membuat Embun mendongak.

Alisnya terangkat sebelah. "Iya sih, tadi disuruh Buk Cece ke fotocopy." jawab Embun seadanya karena memang begitulah keadaan yang terjadi.

"Bohong! Pasti kamu kan yang mau pergi sama Delionjing itu!" tuduhan yang tak berdasar.

Embun memicing tak suka. "Jangan suka fitnah orang." ketusnya.

River tertawa sarkas. "Gak fitnah, cuma emang kenyataannya."

"Sok tau."

"Gausah ngelak, iya kan kalau itu kamu yang mau!?"

Tarikan napas panjang Embun berikan, lelah menghadapi kekasih yang suka sekali suudzon.

"Jangan pernah nuduh tanpa bukti, jatuhnya fitnah." ujar Embun tenang.

River malah tertawa makin kuat.

"Bacot, bilang aja kalau lo yang mau pergi bareng si Delionjing! Mentang-mentang lo sama gue backstreet bukan berarti lo bisa sesuka hati!"

Embun diam sejenak, dia menatap lekat mata River saat ini, kemudian tertawa pelan.

"Winter, kalau marah-marah nanti cepat tua." godanya pada River.

River tersentak, bagaimana Embun tau kalau dia bukan River.

"Ck, jawab aja dulu-"

"Aku benci kamu yang gini, jadi tolong jangan pernah tuduh aku sembarangan."

Winter, yang tak lain alter ego milik River sontak terdiam.

Dia tak mau Embun membencinya, dengan cepat dia menggeleng dan bertukar dengan River kembali.

Disaat itu juga, River langsung menangis dan berlari kearah Embun, melompat ke pelukannya erat.

"Huaaaaaaa..hiks..sakit hati aku liat Mbun sama dia tadi..hiks..huhuuu.."

Nah ini dia River kesayangan Embun, si es bulol cengeng.

Berbeda dengan Winter, yang pemarah dan kasar.

Tapi bagi Embun, mau Winter atau River itu sama saja. Cuma sifatnya yang berbeda.

®^^®

Bersambung😾

Tekan vote dan spam komen sebanyak-banyaknya⛲

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang