⛲RiMbun-26⛲

49.7K 7K 377
                                    

Hola, tekan vote dan komen ya⛲

~~~~

"Mama! Mana Minjun!? Vina mau ketemu Minjun!" seruan itu terdengar dari dalam kamar inap Revina.

Minjun bahkan tak berani masuk, saat mendengar kabar kalau Revina siuman, Minjun lemas bahkan jantungnya hampir bermasalah.

Dia bersyukur Revina tak melupakannya, tak bisa dia bayangkan kalau Revina melupakan dirinya sementara orang tua Revina membencinya.

Tangan Minjun yang hendak membuka pintu serasa tak ada tenaga.

"DIAM! KAMU BISA CELAKA LAGI KALAU KETEMU SAMA ANAK PENYAKITAN ITU!" jerit Meisya, mama nya Revina.

Revina menggeleng kuat. "Revina kuat Ma, Revina gak bakal celaka lagi. Ini udah takdir karena banjir bandang gak ada yang bisa prediksi!"

"No! Kamu harus jauhin dia!"

"Enggak!"

"Revina!"

"VINA GAMAU IKUT ARISAN LAGI KALAU MAMA TETAP LARANG VINA!"

Meisya kicep, sialan sekali sih ancamannya. Mau tak mau Meisya mengangguk malas.

"Terserah, setelah sehat kamu harus ikut mama arisan di tempat Tante Anggun."

"Hehe, oke ma. NJUN SAYANG INI MASUK BEB."

Minjun gemetar, dengan perlahan dia membuka pintu kamar inap Revina perlahan. Tangannya berkeringat dingin, Minjun berjalan pelan mendekati orang tua Revina.

"Om, Tante." Minjun menyalim tangan Andre, Papa Revina.

Andre mengelus rambut Minjun pelan. "Ini kesempatan terakhir kamu loh Jun." celetuk Andre.

Minjun mengangguk paham, lalu dia ragu ingin menyalim Meisya, tapi untuk saja Meisya mau walau enggan.

Baru setelahnya Minjun berjalan mendekati Revina, bahunya bergetar karena Minjun menangis dalam diamnya.

"Aw, my baby Njun. Come here baby, hug me tight."

Minjun mendongak, tangisannya pecah kemudian memeluk Revina erat. "Huhuuuu..hiks..huaaaaaaa Njun takut Vina bakal lupa sama Njun..hiks..huaaaaa..hiks..maafin Njun..hiks.."

"Udah ah, jangan nangis lagi."

"Hiks..huhuu takuuut..hiks..takut kamu lupain aku..hiks..

"Enggak bakal ah."

Andre dan Meisya saling pandang, tak lama Meisya merengkuh lengan suaminya lalu tersenyum menggoda.

"Sayang~" bisiknya sensual.

Andre terdiam dengan wajah yang mulai memerah. "J-jangan disini." balasnya kemudian menarik Meisya keluar dari kamar inap.

Nampaknya mereka harus sewa reddorzs.

"Sayang banget sama kamu." gelayut Revina dipelukan Minjun.

Minjun mengecupi pucuk kepala Revina lembut. "Aku lebih-lebih-lebih sayang dan cinta sama kamu." balas Minjun.

Ah, manisnya mereka berdua.

Gak seperti kamar sebelah yakan, kasihan banget sama River.

Turut berduka untuk hati River yang patah.

"Mbun-"

"Berisik! Gausah ngomong sama gue, berisik tau gak berisik! Mending lo pergi dari sini. Gue gamau liat muka lo!"

River menggeleng ribut, dia berjongkok dilantai seraya menutup kedua telinganya.

"Yang salah Winter..yang salah Winter..hiks..YANG SALAH WINTER KENAPA AKU YANG KENA!? YANG SALAH WINTER!" pekiknya histeris.

Embun menatap datar River yang sudah gemetar hebat, air mata terus ketuh ke lantai karena tangisan River.

Tak perduli siapa yang salah, untuk saat ini Embun tak mau melihat River dulu.

Sampai pada akhirnya River terus menangis dan Embun tak perduli.

"Hiks..ugh..Mbun..s-sakit.." ulu hatinya nyeri, efek berteriak tadi dan juga 4 hari hidupnya tak teratur sama sekali.

Bahkan River tak minum obat selama Embun koma.

Embun diam, dia teringat akan penyakit River. "Ck, ambil obat lo cepat, jangan bahayakan diri lo sendiri!" bentaknya.

River kaget, dia mendongak dengan mata yang berurai air mata dan bibir merah mudanya yang bergetar pelan.

"O-oke..M-mbun suapin River..y-ya?"

Decakan kesal Embun berikan.

"Berisik, ambil aja obat lo sekarang!"

River mengangguk cepat berdiri dan berlari menuju tas sekolahnya, disana obatnya sudah ada tapi dia tak pernah mau meminumnya.

Dia tak mau jika bukan Embun yang menyuapkan obat itu ke mulutnya.

"I-ini..Mbun."

Embun meraih obat itu kasar, lalu mengeluarkan pil-pil yang harus River minum.

"Lo udah makan?"

"B-belum."

"Ck! LO MAU MEMPERCEPAT KEMATIAN LO SENDIRI!? SINI LO MAKAN DULU!"

River bergetar lagi, dia terlalu takut jika Embun membentak dan teriak seperti itu.

Tapi dia senang, itu masih lebih baik daripada Embun diam saja.

River mengambil nampan makanan milik Embun dan memberikannya.

"S-suapin.." cicitnya.

Embun mendesah kasar kemudian meraih nampan itu. "Sini, deketan."

River mengangguk, senyum lugu tercipta diwajahnya seketika.

"Hihi, makacih Embun. N-nanti boleh peyuk-peyuk 1 jam gak?"

"Ngelunjak lo!?"

"Eum..gak..boleh ya?"

Duh sial, Embun lemah sama tatapan sayu dan sedih milik River.

"Ck, serah."

River kembali tersenyum. Hehe, senangnya diri ini.

®^^®

Bersambung😾

Masih mau up lagi?

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang