⛲RiMbun-34⛲

44.1K 6.7K 591
                                    

Hola, tekan vote dan komen yang banyak ya, btw besok atau lusa udah end nih hahahhaa.

~~~~~~

7 Tahun sudah terlewati dengan banyaknya cobaan, River yang dulunya hanyalah remaja biasa kini sudah mendapat pekerjaan tetap nya.

River berhasil lulus di Universitas Stanford, S2 dalam kurun waktu 6 tahun. River pintar, bahkan amat sangat pintar.

Kepintarannya itu membuat River berhasil membangun Perusahaan besar yang bergerak di bidang Pembangunan.

Luar biasa, tak tanggung kini River sudah memiliki 20 cabang perusahaan di banyak Negara.

Tapi River memilih memposisikan diri di Perusahaan Utama yang ada di Jakarta.

Nama River sudah tersorot publik selama 2 tahun belakangan ini, apalagi rumor yang mengatakan jika River ini gay.

Karena tak pernah tertangkap kamera River bersama seorang wanita, tapi itu masih Rumor saja, padahal tak ada yang tau jika River ini tengah menanti pujaan hatinya.

Yaitu, Embun. Gadis yang sampai saat ini tak tau dimana keberadaannya.

..

"RIVER ANJING! GUE MAU KENCAN SAMA KAK KLARA! KENAPA LO KASIH TUGAS BANYAK BANGET SIH!"

River mengabaikan teriakan penuh emosi dari Arez, dia masih asik menandatangi berkas-berkas yang tersusun di mejanya.

Arez, sahabat semasa sekolahnya adalah asisten River.

River sudah lelah menggunakan sekretaris yang taunya hanya menggodanya saja.

Jadi lebih baik dia memperkerjakan sahabatnya.

Arez sendiri mempunyai 10 restoran bintang 5 yang tersebar di penjuru ASIAN.

Jadi, selagi dia menjalankan dan memantau restoran dari jauh, Arez bekerja sebagai asisten.

Hubungan Arez dengan Klara sudah membaik, ingatan Arez kembali 1 tahun setelah kelulusan yang berarti selama 2 tahun Arez melupakan siapa itu Klara.

"RIV! ANJING NYA LO!"

"Bacot."

"BANGSAT! GUE BANTING NI FOTO SI EMBUN!"

River langsung panik, dia berjalan cepat mendekati meja Arez dan mengambil bingkai foto berisi foto Embun.

Dipeluknya erat. "Gila lo! Udah sana lo pergi!" usir River.

Arez menyeringai puas, dia bangun dari duduknya lalu hendak pergi dari ruangan terkutuk itu.

Tapi baru saja hendak membuka pintu, ponsel keduanya berdering tanda adanya panggilan masuk dari grup mereka.

Ternyata panggilan grub.

"Halo/paan?" ucap keduanya serentak.

Yang menelepon mereka Java. "Heh, lo berdua datang ke Rumah sakit sekarang, si Minjun kumat jantungnya weh!" seru Java panik.

Keduanya langsung menatap. "Oke, otw!" seru mereka.

Akhirnya, Arez batal kencan sama Klara. Klara pasti menerima alasannya kali ini, mereka dan Minjun sudah bersahabat lama.

Jadi, kurang rasanya jika mereka tak kesana dan melihat keadaan teman baik mereka itu.

"Rumah sakit mana?" tanya River.

Arez diam sebentar, kemudian bersuara. "Rumah sakit Kasih Keluarga, deket banget dari sini."

River mengangguk, mereka bergegas menuju Rumah Sakit tersebut.

....

"Kamu sih, kan udah aku larang, jangan kecapean sayangku, biar Remi aku aja yang jaga sayang." tegur Revina dengan bayi cantik digendongannya.

Minjun terkekeh pelan, dia menepuk punggung tangan Vina.

"Gak papa sayang, namanya juga anak kita. Masa harus kamu doang yang jaga, ini tanggung jawab kita bersama." jawaban itu membuat Java panas.

Masalahnya, dia dan Bebi baru akan menikah 5 bulan lagi.

Eh, Minjun sama Revina udah nikah duluan memang. Bahkan udah punya anak, wajar saja karena usia mereka juga sudah 25 tahun.

"Lo memang ya Jun, jangan terlalu dipaksa. Ingat jantung." cetus Java.

Minjun mengangguk saja.

Tak lama, pintu terbuka dan menampilkan Arez serta River.

"Woilah Minjun! Udah 3 kali lo masuk RS dalam bulan ini!" seru Arez panik.

Minjun hanya tertawa saja mendengarnya. "Gue gak papa keleus, cuma kecapean, soalnya gue lagi ada proyek bangun sekolah di desa." jawab Minjun santai.

River menjitak pelan dahi Minjun.

"Bodoh sia, suruh orang aja kenapa. Lo kan bos nya." cibiran itu Minjun abaikan.

Sudah biasa bund.

"Nyenye." Minjun hanya menjawab seperti itu.

Tok tok.

Ke 5 orang ditambah seorang bayi mungil sontak menoleh saat pintu diketuk.

Krieet.

"Permisi, saya ingin memeriksa Pasien atas nama Minjun Maheswa."

DEG!

River menegang, suara itu...suara yang sangat dia rindukan.

Tatapan matanya memancarkan rasa tidak percaya. Dokter perempuan ber jad putih dengan rambut yang diikat kuda itu tersenyum pada River.

"Hai, River nya Mbun." ujarnya lembut.

River lemas, dia tak sanggup dan akhirnya malah jatuh.

Brugh!

"RIVER!?"

Yah, River pingsan.

®^^®

Bersambung😾

Mau up lagi, tapi liat vote sama komennya dulu.

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang