⛲RiMbun-23⛲

53.5K 7.7K 573
                                    

Hola, tekan vote dan komen ya🗼

~~~~~

"EMBUN! JANGAN DISIRAM AKU NYA IIH!" Embun tergelak, dia menjauhinya Winter yang tadi dia siram pakai air sungai yang mengalir.

Rasa dingin menjalar ke tubuh Winter karena air yang Embun siram padanya, dia berlari mengejar Embun yang tampak lari sambil tertawa.

Pasangan yang lain asik memanggang ikan di tepi sungai, sementara Java dan kekasihnya asik berenang disungai.

"Iih, Kak! Aku gak bisa berenang hueeee." rengek Java sembari memeluk leher Bebi, pacarnya.

Bebi terkikik pelan, dia memegang pinggang Java dan menahan tubuh cowok berkulit putih itu.

"Aku pegangin, sayang."

"Takuuut."

"Sst, tenang ya."

Java mengerucutkan bibirnya sembari mengangguk patuh.

"Awsh..panas Kak.." lirih Arez saat ikan bakar yang dia makan terasa panas.

Dengan sigap Klara meraih botol berisi air dingin, lalu memberikannya pada Arez lembut. "Aku tiup dulu ya, jangan dipegang nanti tangan kamu melepuh." ujarnya lembut.

Arez mengangguk patuh, dia menunggu Klara siap meniup siuran ikan bakar, lalu menyuapkannya ke mulut Arez.

"Enak?"

"Enak Kak, Rez suka hehehe."

"Nanti kita belanja lagi ya, stock."

"Kak, Arez gak minta-"

"Ssst, sayangku, cintaku, labuku, nurut ya."

Arez mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk patuh.

Sementara Revina dan Minjun asik manggang ikan sambil ketawa-ketiwi.

"EMBUUN!" Winter menangkap tubuh  Embun saat berhasil mengejarnya.

Dengan gemas dia mencium pipi gembul Embun dan menggendong tubuhnya. "Nakal banget pacar aku ini." gumamnya gemas.

Perlahan Winter menurunkan Embun dan menggenggam tangannya erat, keduanya berjalan mendekati Minjun dan Revina.

"Winter, River kapan keluar?" pertanyaan itu menghancurkan senyum Winter saat ini.

Tatapan wajahnya menyendu seketika. "Kamu...gak suka ya kalau aku yang muncul?" lirihnya melemah.

Panik, dengan cepat Embun memeluk Winter erat. "Enggak gitu sayang, aku hanya bertanya." paniknya.

Winter masih sedih, raut wajahnya luyu disertai bibir yang melengkung kebawah. "Sayang, jangan sedih dong." bujuknya lagi.

Sejenak, Winter mendengar sesuatu yang aneh. Tapi dia tak menggubrisnya dan malah melepas pelukan Embun.

Seringai tercipta diwajah Winter, Embun masih menganggap Winter merajuk padanya.

"Win-"

"Lebih adil, jika kamu mati dan tak dimiliki siapapun lagi." Winter mendorong tubuh Embun kuat sampai dia terjebur ke tengah sungai yang riak airnya berubah.

Winter berjalan menjauhi Embun yang terheran.

Jarak antara posisi Embun dengan tempat teman-temannya tak terlalu jauh.

"Heh! Lo kok dorong Embun sih!?" seru Revina kesal seraya berjalan menuju posisi Embun dan lompat ke dalamnya.

Winter mendengus malas, dia bosan keluar dan bosan ada ditubuh ini.

Sejenak, dia kembali menoleh kearah Embun dan juga Revina. "Embun, makasih yah." ungkapnya lembut dan bertukar dengan River.

Winter, tak akan mau keluar lagi.

Bertepatan dengan River yang kembali ke kesadarannya.

Bersamaan dengan banjir bandang yang mendera sungai yang mereka datangi ini.

Minjun, River, Java dan Klara melotot panik. "CEPAT NAIK!" teriak Java saat banjir itu menelan Embun dan Revina.

Lalu menelan Bebi dan Arez. "VINA! REVINA! TIDAK REVINA!!"

"AREZ! SIALAN!"

Byur!

Klara melompat ke dalam banjir bandang demi menyelamatkan Arez yang sudah tersapu banjir bandang.

Sementara Minjun, Java dan River lemas.

Air sungai yang sudah berubah kecoklatan dan sangat deras itu, telah menyapu orang yang mereka sayang.

"Maafin gue Riv, kalau Embun mati, setidaknya dia gajadi milik siapapun."

"Lo..brengsek Winter."

Benar, Winter sangat brengsek.

®^^®

Bersambung😾

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang