⛲RiMbun-24⛲

51.4K 7.3K 357
                                    

Hola, tekan vote dan ramaikan komen⛲

~~~~

River diam, dia menelusuri area yang terkena banjir bandang tadi siang, bahkan ini sudah malam.

Dia memisahkan diri dari Tim Sar, dia mencari Embun sendirian, tatapan matanya kosong dan penuh penyesalan.

"Mbun..maaf.." River terus menggumamkan kata maaf berulang kali, River marah pada dirinya sendiri karena tak bisa mengontrol Alter sialan itu.

"Maafin gue Riv, gue kalut tadi."

"Diam lo."

Winter diam, dia tak lagi bersuara dan membiarkan River mencari disisa lumpur banjir tadi.

"Mbun.."

Sakit, dada River sakit dan juga ulu hatinya.

Minjun bahkan sudah dilarikan ke Rumah Sakit karena jantungnya kembali bermasalah, sementara Java bersama Tim Sar.

Entah dimana keberadaan Mbun dan yang lainnya, River tak tau.

Dia hampir menyerah, dia hampir putus asa karena tak tau keberadaan Embun dimana.

"Hiks..lo lemah banget.." kakinya lemas, River jatuh terduduk di lumpur dengan rasa sakit yang menusuk hatinya.

Menyesali kenapa River-

"RIVER! MEREKA UDAH DITEMUKAN!" Java berlari mengejar River yang terduduk lemah disana.

River hanya diam dengan tatapan mata yang kosong, sedetik kemudian dia pingsan karena rasa sesak dan pusing melanda dirinya.

Untung saja Java tadi bersama 2 orang Tim Sar, mereka langsung membawa River menuju ambulance yang sudah didatangkan ke lokasi kejadian.

....

Kondisi ke 4 nya bisa dibilang sangat kritis, terlebih Embun dan Revina yang dinyatakan koma karena banyaknya air dan lumpur yang tertelan.

Nasib baik mereka selamat, walau kepala Revina harus mengalami cidera parah karena terbentur bebatuan sungai.

Sementara kaki kiri Embun patah karena saat ditemukan, kakinya tertimpa batu sungai yang lumayan besar.

Orang tua Embun ingin marah, tapi bukan pada River melainkan pada Minjun.

Bukan orang tua Embun saja, tapi orang tua Revina juga. Bahkan Minjun dilarang menemui Revina lagi karena kejadian ini.

"River, nanti baju kamu Tante bawakan ya. Tolong jaga Embun." pinta Mentari lembut.

Dia mempercayakan putrinya pada River. River mengangguk pelan, sejujurnya dia merasa malu karena penyebab jatuhnya Embun ke sungai adalah dirinya.

Bukan, tapi dirinya yang lain.

"Maafin River om, tante. River gak becus jagain Embun.." bisik River penuh penyesalan.

Mentari dan Piter mengangguk, ini sudah takdir dan termasuk takdir alam.

Banjir bandang terjadi saat mereka ada disana, berarti sudah takdir mereka seperti itu.

Java ada di kamar Bebi, dia menunggu kapan kekasihnya bangun.

Bebi mengalami benturan di kepala sama halnya dengan Revina, dan kemungkinan besar adalah ingatan Bebi kacau setelah dia bangun nanti.

"Maaf..maaf..aku mohon jangan lupain aku..hiks..aku takut.." Java menarik ucapannya perihal tak mau bertemu Bebi lagi.

Dia tak mau itu terjadi, termasuk tak mau Bebi menjauhi atau melupakannya.

"Bangun kak..hiks..bangun..jangan lupain Java..hiks.."

"Maafin Java..hiks.."

Java terus merutuki dirinya sendiri, dia meminta maaf atas apa yang terjadi padahal bukan 100 persen salahnya.

Arez dan Klara ada di 1 kamar yang sama, bodyguard menunggu mereka diluar.

Luka yang Arez serta Klara dapatkan sama, yaitu benturan di kepala.

Sebab sungai yang mereka datangi itu, banyak bebatuan besar yang tajam. Kemungkinan besar terbentur sangat besar.

Minjun adalah orang yang termalang, dia hanya mampu memandangi Revina dari luar kamarnya.

Orang tua Revina melarangnya masuk, dan memutuskan hubungan Revina dengannya.

"Hiks..sakit Vin..hiks..dadaku sakit..kamu bangun..hiks..kamu harus segera bangun.." isakan terus terdengar.

Ini kesalahan Minjun, karena dialah yang memberikan ide untuk pergi ke sungai itu.

Ini memang salahnya.

®^^®

Bersambung😾

Kalau komen tembus 50, nanti up lagi.

Tapi gak spam ya.

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang