⛲RiMbun-16⛲

72.7K 9.1K 489
                                    

Hola, tekan vote dan ramaikan kolom komentar⛲

~~~~

Embun berjalan perlahan keluar dari kelasnya, hari ini dia harus membelikan banyak bahan makanan untuk stok River.

Pasalnya cowok itu akan tinggal di Apartemennya untuk seterusnya.

Baru juga berjalan beberapa langkah, Embun berhenti.

Ada yang menghadang langkahnya.

"Oh? Ada apa Delion?" pertanyaan itu langsung Embun berikan.

Delion mengusap pelan tengkuknya.

"Gue minta maaf ya, gue bakalan berusaha move on dari lo tapi kita tetep temenan, boleh?"

Embun diam sejenak, kemudian mengangguk. Berteman tak masalah toh Embun gak bakal suka sama Delion.

"Yaudah, gue pergi dulu ya. River udah nungguin gue." kebetulan juga River gak masuk sekolah.

Karena kondisinya masih belum baikan, jadi Embun meminta River untuk tetap istirahat di Apartemen.

Setelah sampai di parkiran, Embun berhenti lagi saat ada teriakan seseorang.

"Embun!" ah, teman River.

Java, Arez, dan Minjun berlari kearah Embun dengan banyaknya plastik di tangan mereka.

"Kami nitip ini sama kamu ya, kami gak bisa jenguk si bulol karena harus pergi." ungkap Java sembari mengatur pernapasannya.

Embun mengangguk, toh teman-teman River juga udah jenguk River kemarin, bukan berarti mereka harus terus bareng-bareng.

Setelah menerima 4 bungkus plastik besar makanan ringan yang diberikan teman-temannya.

Embun selesai menggantung plastik-plastik itu di motor scoopynya, lalu melajukan motornya keluar dari perkarangan sekolah.

Selama dijalan raya, Embun kembali memikirkan apa saja yang akan Embun beli untuk River.

"Coklat, susu, sereal, teh, beras." gumam Embun.

Embun memilih berhenti di toko grosir, karena lebih murah.

Uang yang Embun pakai ya uang River lah, ya kali pakai uang Embun.

River juga gamau dianggap cowok pengecut dengan belanjaan yang dibeli pakai uang pacarnya.

Lagipula River punya sebuah studio band yang sering disewa untuk umum.

Uang nya pribadi ada banyak, terlebih di atm. Jadi tinggal sendiri di Apartemen tak masalah.

Sebenarnya, dulu River ini orang miskin jika diingat. Dan saat kehidupan River sederhana akan kekurangan, Bundanya sangat menyayanginya seperti ibu pada umumnya.

Tapi semua berubah setelah Ayah River mulai merintis usaha sampai ekonomi mereka naik, bunda River langsung berubah.

Ayah River jarang pulang karena terlalu sibuk bekerja, bundanya yang menderita hypersex mulai mencari pelampiasan.

Disaat usia 16 tahun, River diberi obat tidur dalam dosis tinggi sehingga ibunya bisa melampiaskan napsunya.

Trauma menghampiri River, dia menutup diri dan takut untuk melaporkan ibunya sendiri. River percaya ibunya akan berubah.

Tapi nyatanya tidak, ibunya semakin menjadi dan River selalu diberi obat tidur tanpa dia sadari.

Dan diumur 17 tahun Winter terbentuk, sifat Winter yang keras dan kasar akan keluar disaat Ibu River hendak melakukan hal itu lagi.

Tapi yang terjadi, River dicambuk dan dianiaya agar dia mau berhubungan lagi.

Alhasil saat tubuh River ambruk setelah dicambuk dan tak sadarkan diri, ibunya akan melakukan hal bejat itu lagi.

.....

Embun sampai di depan kamar River, dia menekan pin kode apartemen dahulu baru setelahnya masuk.

"Assalamualaikum, Riveeeerr."

Langkah kaki berlari terdengar dari arah dapur, River yang saat itu mengenakan kaus hitam nge pass ditubuhnya dan celana ponggol selutut.

"Mbuuuuuun." serunya bahagia sembari merentangkan tangannya.

Embun menerima pelukan River dan mengendus lehernya. "Wangi banget pacar aku." puji Embun.

River terkekeh pelan. "Peyuk-peyuk 1 jam dong mbuun, kangeeeen mbun banyak-banyak." rengeknya manja.

Embun mengulas senyum lembut, dia gemas sekali pada cowok di depannya ini.

"Ayo peyuk-peyuk 1 jam ayoo." seru Embun semangat.

River tertawa melihat bagaimana semangatnya Embun, dengan sengaja dia menggendong Embun ala bridal.

Dan menciumi pipi Embun.

"Cayang banget cama Mbuuunnnn."

"Cayang River jugaaaaa."

Duh, duh. Dasar pasangan bucin.

"Btw sayang." celetuk Embun tiba-tiba.

River menghentikan langkahnya menuju kamar dan menatap Embun yang ada digendongannya.

"Kenapa cayang?" tanya nya.

Embun menatap River lekat, lalu menjawab. "Bunda kamu udah ditangkap tadi pagi." ujarnya.

River diam, wajahnya pucat pasi dan tentu saja terkejut.

Tapi dia langsung merubah raut wajahnya, senyum lembut dia berikan. "Yaudah, itu balasan setimpal untuk bunda. Karena udah khianatin ayah dan...kamu tau juga.."

Embun mengangguk, dia menggigit pipi chubby River.

"Sakiit, ih!"

"Hehe, menggemaskan."

River hanya mengerucutkan bibirnya, tapi tak ayal dia lega mendengar kabar itu.

River tak mau lagi dipaksa untuk minum obat tidur dan nampaknya itu mulai mengganggu kesehatannya.

Dada River sesak, tapi dia berusaha menyamarkan rasa sesak itu agar Embun tak khawatir.

Embun tak boleh khawatir padanya, sudah cukup selama ini Embun ada disebelahnya dan menemaninya.

River gamau Embun pergi karena sakit yang River derita. Masih belum serius, nanti River akan berobat.

Asal Embun tidak tau.

©^^©

Bersambung😾

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang