⛲RiMbun-45⛲

41.7K 5.6K 340
                                    

Tekan vote dan ramaikan komentar⛲


~~~~

Karena masuk angin, mereka gajadi kencan dan alhasil River harus rela ditinggal di rumah Embun sendirian.

Sebab Embun mendapat panggilan ke Rumah Sakit, bahkan ini sudah jam 10 malam dan Embunnya belum pulang.

"Susul aja." celetuk Winter.

River menggeleng. "Enggak ah, diluar hujan. Nanti sakit lagi, lagian mobil ada di rumah satu lagi." gumam River.

River berguling-guling di karpet berbulu ruang tv, sangat lembut dan halus. "Ish, Embun lama banget sih pulangnya." gerutuan itu kembali terdengar.

River udah kangen, pengen banget ketemu sama Embun.

Lagi asik-asiknya berguling ria, ponselnya berdering menandakan adanya pesan masuk.

River langsung bangun dan merangkak mendekati meja kaca dimana dia meletakan ponselnya tadi.

Dengan semangat dia melihat isi pesan masuk, dia fikir itu dari Embun tapi ternyata bukan.

+62895601304561
Online•

Embun ada bersamaku.

Dia sedang makan malam bersamaku.

Apa kau tak iri?

Dia sedang mengelus pipiku dengan lembutnya.

Ahh, sepertinya dia memang sangat menyukaiku daripada kau.

Hahahaha.

Brengsek!✔️✔️

Dimana kalian!?✔️✔️

Berani sekali kau makan malam bersama calon istriku!✔️✔️

Sayangnya,

Embun adalah milikku.

Jadi kalau kau mau menemuinya untuk yang terakhir kali.

Datang ke Perumahan Adelweis nomer 2 blok G.

River langsung bangun dan berlari menuju kamar, dia meraih jaket dan juga kunci motor, ini tak bisa dibiarkan.

Jika memang benar Embun melakukan hal ini, River sangat kecewa padanya.

"Gue bunuh lo." desis River dingin.

Siapa yang akan dibunuh? Tentu saja mereka berdua, Embun dan pria selingkuhannya itu.

"Jangan gegabah, belum tentu itu Embun!"

"Berisik! Kalau gue gak bisa selamanya milikin dia! Maka siapapun gak bisa!"

"Lo gila River!"

"Tentu, lo kira kegilaan lo itu asalnya darimana? Ya jelas dari gue."

Winter shock tentu saja, dia tak menyangka jika River akan senekat ini.

....

Embun meregangkan tubuhnya setelah selesai memeriksa pasiennya, tadi ada seorang wanita yang menelepon Embun memintanya datang ke rumah.

Katanya penyakit suaminya kambuh dan saat ini dia tak bisa membawa suaminya karena kehamilannya.

"Maaf ya Dokter, kami merepotkan anda." ujar wanita itu pelan.

Embun tersenyum tipis, dia mengangguk. "Sudah tugasku sebagai Dokter Nyonya, jangan lupa senantiasa berikan obatnya ya, saya permisi." wanita itu mengangguk.

Embun melangkah keluar rumah, tadi dia naik mobil yang terpaksa dia kendarai.

Saat Embun hendak berlari kearah mobilnya, anak pertama wanita tadi berlari keluar menemui Embun.

"Mbak! Ini payungnya mbak," Embun menoleh dan meraih payung hitam itu seketika.

Dia mengulas senyum tipis. "Makasih Heri, mbak pulang dulu ya."

"Iya mbak, hati-hati."

Heri, remaja 18 tahun yang merupakan putra pertama dari keluarga itu.

Sangat manis untuk ukuran anak laki-laki.

Embun memakai payung itu lalu berjalan mendekati mobilnya, saat dia hendak masuk ke dalam mobil, sesuatu seperti sedang mengawasinya.

Embun mengedarkan pandangannya kepenjuru area, tak ada apapun yang aneh.

Tapi...perasaan Embun menyatakan jika saat ini ada seseorang yang mengawasi gerak-geriknya.

"Mbak-"

DOR!

Brugh!

Embun menoleh cepat, disana Heri sudah tergeletak di teras rumah dengan darah yang mengalir di pahanya.

"Heri!!"

DOR! DOR!

Embun terdiam, dia menunduk memandang perut dan dada yang sudah mengeluarkan cairan kemerahan yang sangat pekat.

Langkah kaki terdengar dibelakangnya, dengan suara tawa lirih yang membuat Embun shock.

"Kau berani menyelingkuhi ku?" bisiknya dingin.

Embun lemas, kakinya tak sanggup menopang berat tubuhnya sendiri.

Brugh!

Wanita ber jas putih itu jatuh ditengah hujan yang deras dengan darah yang membasahi semen sekaligus mengalir pelan karena air hujan.

"R-river..k-kamu..s-salah..p-paham." rintihnya pilu.

River terkekeh pelan. "Aku tak percaya." bisiknya dingin.

Rasanya terlalu sakit, apakah semua yang terjadi dalam hidupnya sudah merusak mental dan akal sehatnya?

Apa segitu bencinya dia pada perselingkuhan dan ditinggalkan sampai-sampai dia tega melakukan hal ini.

Apa...Embun tak berarti dihidupnya? Apa penjelasan Embun tak bisa merubah semuanya?

Kenapa dia tak mau..mendengarkan penjelasan Embun dulu.

Kini, jika waktunya sudah terlambat, maka tak ada lagi kesempatan terakhir.

®^^®

Bersambung😾

Kalau mau up lagi, silahkan vote sama komentar dulu.


My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang