⛲RiMbun-6⛲

117K 14K 591
                                    

Halo, selamat membaca.
Tekan vote dan spam komen banyak-banya.

Kalau mau ini up terus, maka dari itu mari tekan vote dan spam komen sebanyak-banyaknya😾

~~~~~

Embun bersidekap dada melihat bagaimana lengketnya si Medi sialan itu dengan kekasihnya.

Dan lebih parahnya si River tak ada perlawanan sama sekali, River baru selesai main basket sama teman sekelasnya.

Dan tentu saja di Medi itu datang dan memberikan handuk dan air putih.

Rivet bahkan menerimanya, membuat Embun sangat amat marah pada kekasihnya itu.

"Kamu hebat banget loh tadi mainnya." puji Medi yang jelasnya tak dibalas River sama sekali.

River hanya diam dengan tatapan mata yang datar dan dingin andalan miliknya. Tak lama Arez, Java dan Minjun datang.

Tatapan mata ke 3 nya sangat tajam dan amat sarat akan kebencian.

"Tai kucing, lo ngapain disini!? Cabut lo!" usir Arez kasar, dia mendorong tubuh Medi kasar dari sebelah River.

Sampai gadis itu jatuh ke lantai semen dibawahnya. "Tai kucing gak pantes duduk disini." sinis Java tiba-tiba.

Arez langsung duduk disebelah River sementara Java dan Minjun disebelah Arez.

Medi menghentakan kakinya kesal, dia langsung pergi dari sana dengan emosi yang membumbung tinggi.

Kesal, marah, malu, semua menyatu diwajah Medi yang terlalu banyak dipakaikan dempul.

"River, lo kok anjing banget?" sindir Minjun yang langsung membuat River menoleh.

Raut wajahnya datar sekali.

"Maksud lo?"

Minjun tertawa sarkas. "Lo biarin si Memedi sialan tai kucing itu deketin lo. Gatau ya kalau Embun pagi yang indah daritadi ngeliat lo dari lantai 2." jelasnya telak.

River menegang, dia sontak mendongak ke arah lantai 2 dan benar saja disana ada Embun yang tengah memandangnya dingin.

Jantungnya langsung berdetak semakin cepat, bahunya tegang dengan keringat dingin yang mulai mengalir di dahinya.

"Mampus lo." ejek Arez puas.

Terlebih saat River berlari cepat menuju lantai 2 dimana Embun sudah beranjak pergi dari sana.

River takut, River sangat takut.

Terlebih tatapan yang sangat River takuti itu terlihat dimata Embun.

Baru saja River hendak naik ke lantai 2, ponsel River berdering dan menjadi tanda jika ada pesan masuk.

Dengan gelisah River langsung membukanya, tubuhnya lemas seketika melihat isi pesan tersebut.

Jantungnya serasa berhenti berdetak, ditambah mata yang memanas seolah memaksanya untuk mengeluarkan cairan bening itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jantungnya serasa berhenti berdetak, ditambah mata yang memanas seolah memaksanya untuk mengeluarkan cairan bening itu.

"Hiks..River bodoh!" makinya kesal.

Dengan cepat River menyeka air matanya kasar, dia berjalan lesu menuju kelasnya.

Tak ada semangat hidup lagi nampaknya, raut wajahnya masih kelihatan datar dan dingin, namun tatapan matanya terlihat jelas.

Kesedihan yang dirasanya.

....

Jam pulang sekolah sudah lewat 2 jam yang lalu, tapi River masih ada di parkiran sekolah guna menunggu Embun selesai osis.

Matanya sembab, bibir bawahnya terdapat bekas darah kering, itu karena dia menahan tangisnya dengan cara menggigit bibirnya.

"Hiks..Mbun maafin River..hiks.." River kembali menangis, menangisi kebodohannya yang tak mengusir Medi tadi siang.

Tak lama, Embun terlihat keluar dari gedung sekolah bersama Delion, itu membuat River cemburu seketika.

Dia hendak memanggil Embun tapi terhenti saat Embun memandangnya tajam.

Nyali River ciut seketika.

"Aku pulang duluan ya Embun."

Embun mengangguk atas ucapan Delion tadi, setelah cowok itu pergi, barulah Embun memandang River yang berjongkok dengan kedua tangan yang memukul tanah berabu parkiran.

"Lo ngapain? Kan udah gue bilang-"

"Gamau..hiks..River gamau jauhin Mbun..hiks..River gak sanggup.." isaknya pilu dengan kepala yang masih menunduk.

Embun merotasi matanya seketika, dia mengabaikan tingkah River dan memilih pergi dari sana.

Tapi River langsung menahan kaki Embun dan memeluknya sangat erat.

"Hiks..jangan jauhin River..hiks..jangan.." tangisnya menyayat hati.

Embun diam, dia mengalihkan tatapan matanya agar tak melihat wajah menangis River yang menggemaskan.

"Awas deh lo, ganggu aja." sentak Embun seraya melepas paksa pelukan River di kakinya.

Sampai membuat cowok itu jatuh terduduk di tanah berabu.

"Aduh..hiks..Mbun jahat..hiks.."

"Lebih jahat lo, dideketin cewek gatel bukannya nolak malah diam aja. Mana diterima lagi minumannya, sialan lo kira gue gak sakit hati!?"

River bergetar hebat, tangisnya makin kuat dan histeris melihat kemarahan Embun padanya.

"Capek gue Riv..capek.." bisik Embun tercekat, dia hampir menangis tapi langsung dia tahan.

Tanpa menanti jawaban, Embun pergi dari sana, meninggalkan River yang merutuki diri nya.

"Hiks..Mbuuunn..hiks..maafin River..hiks..Mbun River minta maaf..hiks..huaaaaaa mbuuuuuun.."

Embun mengabaikan tangisan memilukan itu, dia dengan cepat menyetop angkot dan naik.

Meninggalkan River sendiri disana, masih menangisi kebodohannya.

®^^®

Bersambung😾

Tekan vote dan spam komen sebanyak-banyaknya⛲

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang