⛲RiMbun-42⛲

43.7K 6.2K 421
                                    

8 chapter lagi selesai, jadi kayaknya kalau hari ini di boom update lagi, bakalan selesai hari ini.

Maka dari itu, hari ini gak boom update ya, palingan cuma 2 atau 3 kali aja.

Tekan vote dan ramaikan komentar⛲

~~~~~~

Derasnya hujan di tengah malam ini, tak membuat Embun lega atas kejadian tadi siang.

Seharian dia menangis dan kali ini harus keluar dari kamar karena ada yang menekan bel rumahnya.

Rambut yang awut-awutan, wajah sembab dan kepala yang terasa pusing.

Bel rumah terus ditekan berulang kali, sampai akhirnya Embun membukanya dan melihat dengan jelas siapa orang yang bertamu di jam 2 malam ini.

"River!? Mau apa lo-"

Brugh.

River berlutut dilantai, keadaannya sudah basah kuyup dengan punggung tangan yang terluka.

"Lo ngapain sih!?" seru Embun yang merasa ada sesuatu, pasti terjadi sesuatu sama River.

River mendongak, tatapan mata nya yang kosog dan penuh penderitaan membuat Embun tak tega.

"Aku udah jelasin...kenapa kamu gak maafin aku?..apa aku perlu bunuh diri supaya kamu percaya?" lirihnya tercekat.

Embun kini merasa bersalah, dia menarik River agar berdiri dan menariknya masuk ke dalam rumah.

Tapi River menolak, dia menggelengkan kepalanya lalu berjongkok lagi.

"Masuk, nanti kamu masuk angin." bujuk Embun lembut.

River menggeleng. "Maafin..hiks..aku dulu.." isaknya tak tahan.

Embun menghela napas panjang, kemudian menarik tangan River lagi agar bangun dari sana.

"Iya aku maafin, maaf karena aku egois dan gak mau dengerin penjelasan kamu."

"Hiks..HUAAAAAAA EMBUN JAHAAAAAT..hiks..HUAAAAAAAAA!!"

River dengan cepatnya memeluk Embun dan menangis diceruk lehernya, membiarkan pakaian Embun basah karena dirinya.

"Hiks..River rasanya mau gilaaa..hiks..apalagi kalau sampe Embun bener-bener pergi lagi...hiks..mending River mati aja huaaaaaa..hiks.."

Embun juga menangis, dia menyender dibahu River dan mengecupi leher River yang basah dan dingin.

"Maaf.." bisiknya tulus.

River terus menangis, sampai akhirnya Embun sadar akan satu hal.

"Kamu bau bensin Riv." celetuknya heran.

River tak menjawab karena lagi keasikan nangis, Embun tak mau nething, jadi dia memilih diam lalu menenangkan River.

....

"Ini, minum dulu." Embun memberikan segelas susu dancow coklat panas pada River.

Pria tampan berpipi chubby itu saat ini sudah mandi air hangat dan sudah berganti pakaian. Embun tinggal sendiri di rumah minimalisnya ini.

Selimut besar menyelimuti tubuh River, dia kedinginan luar biasa.

"Dingiiin mbuuuun." rengeknya.

Embun mengulas senyum tipis, dia meletakan cangkir susu itu ke nakas, lalu naik ke kasur.

Embun masuk ke selimut yang River pakai lalu memeluknya erat.

"Ayo, peyuk-peyuk sampai pagi."

"Eumm ayooo."

Akhirnya dua sejoli itu tertidur di tengah derasnya hujan kali ini, dengan masalah yang sudah selesai.

Tanpa tau, bahwa sebuah rumah mewah sudah habis terbakar dengan 2 korban pria dan wanita yang sudah hangus.

Posisi keduanya adalah, sedang saling berhubungan badan.

Diketahui kebakaran terjadi karena korslet listrik.

Dan polisi memilih menutup kasus itu, karena tak ada bukti apapun yang mengarah kepada pembunuhan berencana.

Korban seorang pria paruh baya dan seorang wanita muda.

Keduanya sudah hangus terbakar dengan posisi si pria ada diatas tubuh wanita muda tadi.

Mereka dinyatakan meninggal dalam keadaan bermaksiat, sungguh ironis sekali.

®^^®

Bersambung😾

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang