⛲RiMbun-46⛲

41.7K 5.7K 592
                                    

Hola, tekan vote dan komen yak.

Lucu banget bacain komen kalian di chapter sebelumnya, emosi gimana gitu yakan hahaha.

~~~~~

PUK.

"Jangan ngelamun hey, mikirin apa?"

River mendongak, dia langsung memeluk Embun yang baru saja sampai di teras rumah.

Tadi saat Embun pulang, dia melihat River sedang duduk di teras rumah sambil melamun.

"Kenapa? Kok nangis?" River menggeleng, dia mengeratkan pelukannya dan menangis diperut Embun.

Embun yang tak paham apa yang terjadi sontak mengedikkan bahunya, dia mengelus punggung River pelan.

"Aku takut..hiks.."

"Takut kenapa?"

"Takut..hiks..kalau suatu hari nanti aku bakalan hilang kendali dan malah nyelakain kamu..hiks.."

Embun terdiam, dia tak menjawab dan hanya menenangkan River, perasaan aneh dia rasakan saat hendak pulang dari rumah pasiennya.

Serasa ada yang menatapnya entah dimana.

"Kok tangan kamu merah-merah gini?" tanya Embun saat melihat tangan River yang merah dan terluka.

River menggeleng tanpa menjawab, kan gak mungkin dia bilang sama Embun kalau tadi dia habis ngebunuh orang.

Yang ada nanti Embun jauhin dia.

"Gue sendiri mulai takut sama lo Riv."

Bukan tanpa alasan Winter mengatakan hal itu, dia bisa melihat isi pikiran River sedari dia melamun.

Dia berpikir akan membunuh Embun bersama cowok yang tadi bersama Embun. Untung saja Winter berhasil mencegah hal itu terjadi karena pelaku utama dia dapatkan.

Tadi saat River sampai di dekat rumah yang dituju, disana dia melihat Embun memegang payung hitam dengan seorang remaja di pintu rumah itu.

Emosi sudah memuncak, River hampir menembakan remaja tadi dan Embun, jika saja saat itu Winter tak keluar.

Mungkin Embun sudah mati seperti apa yang River pikirkan tadi.

Pelaku yang memancing mereka adalah pria bernama Reza.

Dan untuk keadaan pria itu, sudah tenang dan nampaknya saat ini sedang diintrogasi malaikat.

Winter menggantung mayat Reza di dalam rumah kosong yang tak jauh dari sana, biar dianggap kasus bunuh diri.

"Sst, udahan nangisnya. Ayo masuk, udah dingin banget ini diluar, ntar masuk angin lagi." bujuk wanita ber jas putih itu.

River mengangguk, dia mendongak guna menatap Embun sangat lekat, tak bisa dia terima kalau suatu saat Embun meninggal ditangannya sendiri.

Dirasa, River pasti akan langsung bunuh diri karena perasaan bersalah yang terlampau besar.

"Aku sayang kamu, maaf kalau aku cengeng, maaf kalau aku sekarang sering ngompol, maaf kalau kamu ngerasa jadi babu aku, maaf karena aku terlalu manja, maaf kalau aku terlalu cinta sama kamu, maaf..pokoknya aku minta maaf.."

Embun terdiam, kenapa sih pacarnya ini, kok aneh tingkahnya.

"Aku gak ngerasa jadi babu kamu, aku gak masalah sama cengeng, manja atau ngompolnya kamu, kalau pun kita nikah nantinya dan bersama sampai tua, kita pun akan semakin kekanakan dan mengompol, anggap saja ini sebagai simulasi."

River mengeraskan tangisannya, kenapa River bisa segila itu memikirkan untuk membunuh Embun.

Padahal, separuh kehidupannya itu Embun, dia termakan emosi dan Winter dengan cepat menggantikannya.

Jika saja itu tak Winter lakukan, mungkin saat ini River sedang menyerahkan diri ke Polisi atau lebih parahnya sudah menghabisi dirinya sendiri.

"Siapa yang buat kamu overthingking gini?" tanya Embun.

River menggeleng, dia hanya merasa selalu menyusahkan Embun.

Padahal..penantiannya demi Embun tak sebentar, 7 tahun dia menjaga hati dan pemikiran buruk serta halangan malah semakin menjadi.

"Lo tenang aja, kalau lo mulai menggila lagi, gue bakalan keluar."

"Makasih Win.."

Untuk sementara waktu, River harus menenangkan pikirannya dari pemikiran burik.

Pasalnya pernikahan mereka akan dipercepat, para hama sudah dia habisi semua.

Medi, Ayahnya, Reza, wanita jalang yang dijodohkan dengannya.

Lantas siapa lagi? Jika ada hama lainnya, maka bersiap saja akan dihabisi sampai tak bersisa.

Sebenarnya mereka berdua sama, Embun saja rela membunuh ibu River agar cowok itu tak lagi diperkosa wanita tua gila sex.

Intinya, mereka saling menjaga dari hama yang mungkin saja akan mengganggu.

®^^®

Bersambung😾

Aku terlalu sayang sama RiMbun sampe gak tega kasih konflik lagi, they deserve better.

Perpisahan 7 tahun udah cukup jadi bukti kalau mereka ini memang saling mencintai.

Melindungi pasangan dengan cara mereka masing-masing.

Yg pada minta River nyesel terus happy Ending, mana bisa lagi, udah pasti sad ending.

My Spoiled River [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang