"Suka sama seseorang, tapi nyaman sama orang lain." -Erga-
"Kalo udah suka itu susah." -Tamima-
__________________________________________________
"Gue tuh aneh sama lo. Di ghibahin bukannya marah, eh malah bilang makasih."
"Ya masa orang baik sama...
Harap klik Bintang ⭐ malam sebelum membaca ^^ Satu Bintang dari readers penyemangat author.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalo mau di baperin Scroll sampe bawah ↓ ↓ ↓ ↓ ↓
Selamat Membaca.
Seorang Gadis bercadar tengah mencari sesuatu di kegelapan lorong, tangannya meraba-raba pada lantai.
Tak kunjung temu, gadis bercadar yang tak lain adalah Mima yang sedang menjadi Tami itu sedikit menggerutu, ia yang seharusnya duduk bersila mendengarkan kajian tapi harus terjebak di lorong gelap mencari barang kecil, dan ini semua tidak akan terjadi jika sang sahabat tak terus menelponnya hanya untuk mengajaknya memakan seblak.
"Mana sihh?"
Tangan Mima terus meraba-raba lantai, ayolah itu barang baru pemberian Abinya, ukurannya kecil tapi entah kenapa masih longgar di jari manisnya.
"Ck... Abi kalo ngasih cincin longgar mulu ahk..., jadi kan gini ilang teruuss, udah tau jari anaknya unyu-unyu tapi kalo kasih cincin gede mulu, kan jadi terjun bebas dari jari gue."
Dumelan kecil terus saja keluar dari mulutnya, tangannya yang terus meraba-raba pada lantai terhenti, kala merasa ada sesuatu aneh yang ia raba.
"Ini kok kaya jari." Ucapnya pelan kala rabaan tangannya merasa meraba jari-jari kaki. "Jari kaki?"
Kegelapan di lorong itu benar-benar membuatnya tak dapat melihat sekitarnya, mata Mima mulai menusuri ke atas, matanya menyipit saat mendongak untuk menajamkan penglihatannya, ia merasa seperti ada--
Banyangan?
"Ini orang bukan sih?" tanya Mima pelan, matanya mencoba memperhatikan bayangan itu dengan teliti.
"Hantu."
Aaaaaawwwss...
"Sshh..."
Mima meringis, apa cubitanya terlalu keras? Padahalkan ia hanya mencubit kaki itu kecil, dan sedikit menarik jari-jari kaki itu sih, hehe. Dengan masih berjongkok gadis itu bersyukur karena ternyata sesuatu yang ia rasa bayangan itu ternyata orang bukan lah hantu.
"Ngapain lo cubit kaki gue sih?"
Mengatup bibir rapat di balik cadar, Mima terdiam kemudian berdiri. Kenapa suara orang yang baru saja ia cubit, dirinya seperti kenal? Dan itu suara laki-laki?