Enam

37.4K 4.4K 156
                                    

Lana adalah tipe mahasiswa kupu-kupu di kampus.

Ia tidak pernah memiliki agenda lain, selain kuliah dan kerja kelompok. Tidak terlalu nyaman ikut-ikut organisasi, Lana lebih menyukai menyendiri. Tetapi kali ini, ia harus beranjak dari sepi yang ia sukai.

Dua minggu sebelum libur berakhir, ia mendengar bahwa fakultasnya berencana untuk membuat sebuah event. Dan tujuan dari event ini untuk membantu beberapa sekolah dasar disekitaran kampus mereka untuk membuat perpustakaan layak dan lengkap. Juga membangun kamar mandi serta area cuci tangan bagi adik-adik yang berada di sekolah dasar.

Hal yang tentu saja membutuhkan dana juga kematangan yang besar. Belum lagi program KKN juga sudah di depan mata. Seharusnya, Lana masa bodoh saja dengan event itu. Tetapi kali ini ia tidak bisa. Ia harus datang ke kampus sesering mungkin mulai saat ini. Karena menurutnya, menunggu sampai liburan berakhir dalam dua minggu lagi, terlampau lama. Ada yang ingin ia temui. Dan karena masih dalam suasana libur, ia sulit mendapat izin keluar rumah bila hal itu tidak berhubungan dengan kampus.

Maka, ia pun rela repot-repot seperti ini, supaya sang ayah percaya bahwa ia datang ke kampus untuk sebuah tugas mulia. Dan bukan karena ingin mencari Moreno.

Moreno ....

Ya, Lana memang ingin bertemu dengan sosok itu.

Namun, sebelum hal itu bisa terlaksana, ia harus ikut rapat terlebih dahulu dengan fakultasnya.

Walau itu artinya, ia bersedia menjadi salah satu bagian dari divisi dana usaha yang katanya membutuhkan banyak orang.

"Oke, Lana sama Eva masuk ke Danus, ya?"

What?

Serius?

Apa Lana baru saja mengangguk setuju ketika ditunjuk memasuki divisi itu?

Glek.

"Jadi, divisi danus udah cukup orang belum sih? Kordinator danus mana ini? Kemal nggak datang, ya?"

Lana membayangkan seberapa repotnya nanti ia harus berjuang turun ke jalan demi mendapatkan dana untuk mendukung kesuksesan event mulia di fakultasnya.

"Euhm, nanti buat danusan kita mau ngapain aja, Kak?" ia bertanya gugup setelah mengangkat tangannya. "Sa—saya baru pertama kali ikut, Kak," ia utarakan semua pada Kak Yuda, seniornya.

"Ya, terserah kepala divisi kalian nanti. Kordinator danus itu Kak Kemal, ya? Lo belum masuk ke grup chat, ya, Lan?"

Lana mengangguk.

Ia masuk sebagai tambahan tenaga demi memperoleh alasan agar bisa sering-sering datang ke kampus di tengah jadwal liburan ini.

"Oke, nanti kontak lo yang sama gue bakal gue kasih ke Kemal. Kemarin sih, mereka udah pada ngebahas beberapa konsep buat cari dana. Seperti biasa aja, Lan. Mungkin jualan kue, jualan bunga, kerajinan tangan ya gitu-gitu aja," Yuda menjelaskan secara garis besar saja. "Waktu kita buat ngumpulin dana, sekitar dua bulan setelah minggu pertama aktif perkuliahan, ya?"

Sebenarnya, Danus di kampus Lana adalah bahasa keren dari belajar berjualan demi mencari cuan. Well, semboyan itu bukan dari Lana, tapi dari kakak-kakak tingkatnya terdahulu. Mangsa pasarnya juga merupakan mahasiswa. Atau bila sudah frustrasi pada dana yang belum mencapai target, mereka akan berjualan ke jalan-jalan. Setelah lelah mencari donator seusai menyebarkan proposal terkait kegiatan yang ingin mereka lakukan.

Katanya sih, konsepnya lebih menantang dari sekadar Kopma.

Namun lelahnya, pasti luar biasa.

"Temen satu jurusan lo juga ada tuh yang sukarela ngedaftar masuk ke danus dari awal. Katanya, dia emang biasa buat-buat kue di rumah. Nyokapnya juga bilang mau ngasih resep kue enak nanti buat support event kita."

Dream PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang