Tujuh Belas

38.4K 5.4K 445
                                    

Sekarang aja deh ya, update nya.
Soalnya nnti malam aku sibuk nonton Jirisan, mantengin teori2nya, streaming Happiness, blm lgi ngehype Musical nya Kyuhyun.

Duh, jadwal fangirl emang gitu sih, padat tak menentu hahaha

Yaudah, happy reading yaaaa
Selamat ketemu sama Reno kesayangan akuuhhh

Kalanaya Zavira, merupakan nama baru di hidup seorang Moreno.

Tak pernah ia dengar sebelumnya. Tidak juga, ia panjatkan dalam khayal semoga. Lana adalah sosok asing di mana mereka seharusnya tak perlu bersinggungan.

Namun garis takdir memang penuh kejutan.

Di suatu malam di penghujung usia belasan, mereka dipertemukan. Bukan sekadar ungkap ketidaksengajaan. Takdir Tuhan, memang ingin mereka mulai bersinggungan. Nasib masa muda dipertaruhkan. Selamat, kepada malam yang mereka sebut sebagai kesalahan, karena jurang ketidakberdayaan berhasil terbentuk dalam bingkai kepanikan.

Reno pikir, semua hanya akan selesai sampai di sana.

Reno mengira, segalanya akan kembali sesuai realita.

Tetapi ternyata, ia salah.

Kalanaya yang ia sebut sebagai nama asing, justru menetap lama. Entah sampai kapan, mungkin selamanya. Karena tak hanya menetap dalam ingatan, Lana terbukti membawa serta bayi kembar mereka tuk mengarungi kisah yang tak mudah ini bersama.

Bayi-bayinya.

Yang hampir saja meregang nyawa bersama ibu mereka.

Ya, Lana.

"Jadi gimana?"

Suara Sean tak mampu membuat Reno berpaling.

"Bawa ke apartemen gue aja deh, Ren."

Sambil mengerjap, Reno menyapukan tatapan pada teman-temannya yang ternyata memang ada untuknya. "Kalau nanti gue dibunuh bokap, lo semua harus datang tahlilannya gue sampai tujuh hari, ya?"

"Sinting nih bocah," celetuk Kenzo tertawa.

Namun sialannya, Reno merasa ucapan Kenzo itu benar. Ia memang sudah gila. Matanya begitu lelah. Kepalanya mau pecah. Tetapi yang paling menyebalkan, ia selalu merasa tak berdaya kala netranya memandang Lana.

Astaga, receh sekali 'kan?

Ck, menyebalkan!

Saat ini, perempuan itu masih tertidur.

Walau sudah tidak berada dalam pelukannya. Kini, Lana telah berpindah ke dalam mobil Marvel. Masih terpejam, tampak damai sekaligus letih. Wajahnya terlihat sembab. Sisa-sisa air mata, telah ia tepikan. Namun, wajah sehabis menangis tidak bisa terabaikan begitu saja.

"Ren, bawa aja Lana ke apartemen gue," Sean mengutarakan lagi niat baiknya. "Sekalian lo obrolin masalah kalian ini gimana. Yang serius, Ren. Please, jangan ada drama-drama gini. Gue tahu, lo orang bertanggung jawab, Ren."

"Bener, Ren," timpal Kenzo menyetujui. "Dia udah putus asa banget pasti Ren, sampai nekat mau bundir gitu. Ngeri, Ren."

Reno pun tahu.

Makanya, ia merasa bersalah.

Andai ia tidak datang tepat waktu, entah apa yang bisa terjadi pada perempuan itu.

Astaga, Reno tak sanggup membayangkan.

"Ren, masalah ini tuh udah serius banget lho. Lo nggak bisa nyelesaikan masalah ini berdua aja sama Lana. Udah saatnya orangtua tahu, Ren."

Dream PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang