Sembilan

36K 4.9K 346
                                    

Yukk, up tipis2 yaaaa kitaaa
Happy reading ...

Garis takdir kembali mengukir sebuah nasib dalam rangkaian peristiwa yang sering disebut manusia sebagai ketidaksengajaan. Kali ini, peran utamanya adalah sepasang mahasiswa. Baru mengecap angka 20 sebagai usia, namun prahara yang akan menimpa mereka tak seringan putus cinta.

Hidup keduanya akan berubah.

Tak lagi menyoal prinsip juga romansa, semesta menempah mereka tuk mengarungi dunia dewasa segera setelah akibat dari keteledoran keduanya membentuk kesejatian baru dalam rahim sang wanita.

Dan kini, biarkan mereka berlakon sejenak.

Sebagai dua orang mahasiswa yang tak saling mengenal. Yang tak sengaja dipertemukan takdir di suatu sore melalui sebuah kecelakaan kecil.

"Sekali lagi, gue minta maaf banget," Marvel meringis seraya menggaruk tengkuknya. "Gue beneran nggak sengaja nyerempet lo berdua."

"Selow, gue mah nggak ada luka. Tapi adek tingkat gue luka-luka. Lo lebih baik minta maaf ke dia aja," Kemal memberitahu. "Adek tingkat gue tuh."

"Tapi, motor lo juga lecet-lecet 'kan? Mau gue ganti rugi, kenapa lo nggak mau sih?"

"Gue ngelapisin bodi motor gue pakai sticker sih. Woles, nanti kalau stickernya gue buka dan nemu lecet-lecet, baru deh gue hubungi elo."

Sementara Marvel sibuk meminta maaf pada Kemal selaku pemilik motor, netra Reno justru mengarah pada perempuan yang tengah diobati oleh perawat di klinik yang tak jauh dari kampus mereka. Perempuan itu mengalami lecet-lecet di telapak tangan, siku, lengan hingga lututnya ikut lebam.

Dan sialannya, mata Reno kembali menjadikan bagian perut wanita itu sebagai pusat atensi. Walau siluetnya sama sekali tak tercetak berkat kemeja longgarnya, namun entah kenapa Reno merasa tercekat.

Ia ingin menghampiri perempuan itu.

Tetapi ragu membuatnya tetap membatu di tempat duduk ini.

Lagipula, Marvel pasti akan ribut mendesaknya bila ia terlihat mencurigakan.

Menahan diri itu luar biasa menyiksa. Reno menyugar rambutnya berkali-kali seraya mengumpat dalam hati.

Fuck!

"Ren!" Marvel menepuk bahu temannya itu. "Ya, udah, lo balik sono. Udah kelar ini kok. Makasih ya temen gue, karena udah segera ngabarin gue kalau ada korban lakalantas yang terjadi akibat kebut-kebutan kita tadi," ringisnya tak enak. "Dan lo kenapa so sweet gini sih, Ren? Repot-repot banget deh lo nungguin gue," selorohnya tertawa.

"Najis!"

Ya, sangat najis sekali!

Karena nyatanya, Reno tetap berada di tempat ini bukan untuk Marvel. Tetapi, karena kegilaannya yang ingin tahu bagaimana nasib perempuan itu.

Sial!

Reno pasti sudah gila!

"Udah, Lan?"

Kepala Reno mendongak seketika.

"Udah, Kak."

"Maaf banget ya, Lan. Gara-gara ditebengin gue, lo nya malah lecet-lecet gini."

"Nggak apa-apa kok, Kak. Cuma luka kecil."

Halah!

Telinga Reno terasa gatal seketika.

Ia bangkit segera, entah untuk apa. Namun anehnya, ia tetap melangkah. Mungkin, kegilaan Reno sudah tak tertolong lagi. "Kosan lo di mana?" tembaknya langsung pada perempuan yang pernah mengaku hamil karena dirinya. Ada yang ingin ia yakinkan. Makanya, ia nekat mencari tahu.

Dream PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang