Masih ada stock lanjut yaaYuk, kita liat Lana sama Reno nvapain kali ini hahaha
Happy reading ...
"Lana nggak ada di mana-mana," lapor Reno dengan napas terengah-engah.
Tak peduli teman-temannya saling menatap karena tak mengerti pada apa yang terjadi, Reno hanya merasa ingin berbagi kekalutan ini pada mereka semua.
"Gue udah cari di mana-mana. Tapi dia nggak ada," menyugar rambut dengan frustrasi, Reno membungkuk demi menetralkan detak jantungnya yang memburu. "Nomornya nggak aktif," kembali ia informasikan dengan panik.
"Minum dulu deh, Ren," Sean menyodorkan sebotol minuman isotonik miliknya. Sambil meringis, ia bahkan repot-repot membukakan tutup botol tersebut pada temannya itu. "Duduk, Ren. Terus cerita pelan-pelan sama kita," ia menepuk tempat duduk di sebelahnya. "Suer, kita nggak ngerti lo kenapa."
Napas Reno masih tak beraturan saat ia menerima minuman dari Sean. Kemudian menuruti permintaan temannya tersebut untuk duduk. Sebelum bercerita, ia teguk minumannya cepat-cepat.
Setelah melihat Reno jauh lebih tenang, Marvel pun mulai melakukan sesi pertanyaan. "Jadi, lo izin keluar di pertengahan kelas tadi demi nyari Lana?" Marvel bertanya dengan hati-hati. Karena memang tak biasanya, Reno membolos di saat dosen sudah berada di kelas. Biasanya, mereka tidak masuk sekalian dan hanya titip absen saja. "Lo buru-buru tadi, karena nyari Lana?"
Mengusap peluhnya, Reno mengangguk.
"Memangnya Lana ke mana?"
Pertanyaan Kenzo membuat Reno menatap tajam temannya itu. "Kalau gue tahu, gue nggak akan panik nyari dia begini," dengkusnya seraya melepas kemeja. Membiarkan tubuhnya hanya berbalut kaus dalaman saja, Reno berharap sepoi angin mampu membuat gerahnya hilang. "Gue takut terjadi apa-apa ke dia," ungkapnya meringis.
Dalam kondisi biasa, mereka pasti akan meledek Reno. Tetapi kali ini, mereka hanya mampu saling melempar tatapan. Sembari mengulum senyum penuh arti, Sean, Marvel dan juga Kenzo, sepakat untuk tak berkata apa-apa.
"Gilak, nomornya masih nggak aktif," dengkus Reno memijat keningnya.
"Memangnya, lo ada bikin salah apa ke dia?" Marvel kembali melontarkan pertanyaan. "Bukannya kemarin kalian baru cek kandungan, ya, Ren? Terus hasilnya gimana?"
"Ah, iya, Ren. Lo kok nggak ngabarin sih?" Sean ikut-ikutan.
Reno hanya berdecak saja.
Mengabaikan keingintahuan teman-temannya, ia mengibaskan tangan ke udara. Pikirannya masih kalut saat ini. Kemungkinan Lana berbuat hal gila, terus membayanginya.
"Oh, iya, gue lupa bilang. Si kambing Reno, anaknya kembar," Kenzo dengan senang hati mengabarkan berita itu. Sambil tertawa, ia memukul punggung Reno beberapa kali. "Clara minta gue buat ngawasin Reno mulai detik ini. Clara takut, nih anak punya pikiran bejad."
"Wah, serius, Ren?"
"Gilak! Kembar, Ren?"
"Shit! Beneran anak lo banget, ya, Ren? Sampai-sampai gen lo yang digondol sekaligus."
"Kalau cuma satu, takut nggak diakui. Makanya, dateng bareng-bareng mereka," Marvel bersiul dengan jenaka.
Sekali lagi, Reno enggan menyahuti.
Semilir angin yang ia harapkan mampu mengusir peluh di sekujur tubuh, nyatanya malah membuatnya makin bertambah gerah. Tangannya kembali terulur menyentuh ponsel yang tadi ia letakkan sembarangan di atas meja. Mencoba menghubungi nomor Lana yang tidak aktif sejak hampir satu jam lalu, lagi-lagi Reno harus mengerang karena ponsel Lana belum dapat dihubungi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Partner
ChickLitMenjadi pengagum yang tersembunyi, Kalanaya Zavira akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu satu malam bersama Moreno. Dari sebuah website rahasia yang dikelola oleh senior kampus, Lana memperoleh undangan yang ia idam-idamkan. Dan M...