Maaf yaa lama update.
Aku lgi kena tipes ini. Dari hari Rabu kemarin. Jdi badan aku demamnya lgi naik turun.
Doain cepet sembuh yaa.Chap ini udah selesai aku ketik sebelum sakit.
Yaudah, happy reading yaaa ...
Untuk semua waktu yang terlanjur berlalu. Percayalah, rindu tuk mengulang hari itu terkadang datang layaknya hantu yang mengganggu. Membuat pilu, karena pada nyatanya tak seorang pun mampu bertandang ke masa lalu.
"Lo jadinya pakai baju yang dibeliin Mami? Kok lo mau sih?"
Dalam perjalanan menuju rumah Lana, Reno memilih menghubungi perempuan itu. Ia duduk di belakang bersama Kenzo. Sementara di depan, ada Marvel yang tengah mengemudi ditemani Sean.
"Ganti ajalah, Lan. Gue nggak pakai soalnya."
"Memangnya lo pakai apa?"
"Pakai cinta lo yang membabi buta dong, Lan," sambar Kenzo yang mendengar jelas pertanyaan Lana sebab ia sengaja duduk menempel pada Reno sedari tadi. "Atau pakai kasih sayang lo yang menghangatkan kita," ia tertawa keras. Tak peduli bahwa setelah itu Reno langsung memukul pahanya kuat-kuat. "Anjir! Sakit bego!"
"Bacot lo, Ken! Minggir lo!" ujar Reno sewot. Mengabaikan teman-teman yang sontak menertawainya, Reno mendengkus pada mereka semua. Dan memilih memindahkan ponsel ke telinga kiri agar Kenzo tidak mencuri dengar pembicaraannya dengan Lana. "Gue pakai jas item. Tapi, kemeja dalaman gue putih." Meneliti penampilannya, Reno merasa percaya diri. Jasnya memang belum ia kenakan, namun jam tangan mahal hadiah dari kakak laki-lakinya beberapa bulan lalu, masih begitu mentereng dalam menggenapi penampilannya. "Baju dari Mami warna apa sih?"
"Putih, Ren."
"Kebaya?"
"Bukan. Dress panjang, tapi bahannya tile. Terus, ada aksen payet sama mutiara. Cuma, longgar banget dibagian perut. Dipakainya enak, Ren."
"Nggak ngerti gue, nggak ada bayangan sama baju lo," Reno menggaruk pelipisnya.
"Kan nanti malam nggak perlu lo bayangin lagi, Ren. Udah bisa dirasain dan—"
"Bangke lo, Vel!" Reno memaki teman-teman bangsatnya yang justru kembali tertawa melihat responnya. "Nyetir lo yang bener! Ikutin Maps! Awas aja sampe nyasar!"
"Siap ndoro," Marvel menjawab geli. "Hamba akan terus mengikuti jalan kebenaran. Supaya ndoro bisa sampai ke tujuan dengan selamat."
Mendengkus kuat-kuat, Reno menatap teman-temannya dengan ekspresi penuh kejengkelan. Tetapi ya, sudahlah, ia tahu betul tabiat teman-temannya itu makin dilarang, makin senang mereka merusuh. "Lo tetep pakai baju itu juga nggak masalah. Nanti, gue nggak usah pakai jas aja. Kemeja gue 'kan warnanya putih. Jadi, masih cocoklah," ia tatap tajam teman-temannya yang memperlihatkan wajah geli setengah mati. "Hm, ya, udah deh. Sampai ketemu nanti."
"Hati-hati, Ren. Kabarin gue kalau ada apa-apa di jalan."
"Iya. Gue tutup, ya?"
Tak dapat lagi menahan tawanya, Sean sampai harus memukul-mukul dashboard mobil saking gelinya mendengar Reno menutup telepon dengan manis seperti itu. "Sumpah, lo manis banget sih, Ren? Dengerin cara lo sama Lana ngomong dari tadi, vibesnya udah beneran kayak suami istri. Duh, geli-geli najis gue."
"Gue yang najis denger lo ngoceh!" sembur Reno yang telah memutuskan sambungannya dengan Lana. "Ck, lo semua rese banget sih?" keluhnya yang memilih membuang muka.
"Itu tanda kita sayang sama lo, Ren," Kenzo menyahut santai.
"Sayang kampret," gerutu Reno yang masih memasang wajah sewotnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Partner
ChickLitMenjadi pengagum yang tersembunyi, Kalanaya Zavira akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu satu malam bersama Moreno. Dari sebuah website rahasia yang dikelola oleh senior kampus, Lana memperoleh undangan yang ia idam-idamkan. Dan M...