Aku lagi magerrr bgt akhir2 iniii
Mau pergi magerrr, mau jajan magerrr, mau tidur magerrr, mau kerja mageerrr. Hahahaa
Efek di tempatku hujaan mulu sihh, terus, racun sosmed emang parah sih ya wkwkwkOkay deh kalo begituuu, kitaa bertemu Reno dan Lana syalala yaaa
Happy ending...
Eh, happy reading maksudnya hahahaRangkaian kepedihan itu masih berlanjut.
Aroma kekecewaan tercium pekat setelah masing-masing dari mereka mengutarakan pengakuan. Tak ada ucapan selamat atas kehamilan yang mereka umumkan. Justru murka dari keluarga yang terus menerus terdengar di telinga. Sesal yang menggantung tak bisa membuat mereka ke mana-mana. Terduduk sebagai tersangka, keduanya tidak lagi bisa berkelit dari dosa.
Aib yang keduanya bawa, hanya mampu membuat mereka menundukkan kepala. Tanpa berani bertatap muka, keduanya seolah sepakat bahwa neraka adalah tempat abadi tuk mereka. Penyesalan akan dosa malam itu, benar-benar tak lagi berguna. Kini, semuanya berjalan layaknya duri.
Tetapi di dalam rahim Lana, sudah ada dua calon manusia yang bersiap menunjukkan eksistensinya. Dua nyawa yang harus mereka pertanggungjawabkan ke dunia. Walau hadir tanpa diminta, anak-anak kembar itu adalah darah daging keduanya. Dengan segala drama menyedihkan di awal-awal kehamilan. Kini, Lana dan juga Reno sepakat untuk menanggungnya bersama-sama.
Walau bersama itu memang tidak mudah.
Belum apa-apa saja, mereka telah menggores banyak air mata.
Dengan mata sembab, Lana tak berani mengangkat wajah. Pun, masih tak ada yang bersuara. Padahal, sudah belasan menit mereka semua berkumpul di ruang tamu. Setelah Reno dan keluarganya datang jam tiga sore tadi. Aura tegang yang sejak siang menaungi rumah Lana, makin terasa mencekam. Tidak ada basa-basi. Semua bungkam, seolah pertemuan dua keluarga ini merupakan bagian dari pahitnya sebuah sidang eksekusi.
Wajah Reno babak belur saat Lana diminta keluar oleh kakak iparnya tadi. Ia duduk berseberangan dengan laki-laki itu. Beberapa kali, ia sempat mencuri pandang pada Reno yang tertunduk kaku. Memar-memar di wajah laki-laki itu, cukup membuat perasaan Lana makin tak keruan. Ia terus meremas tangannya. Ia dilanda gundah yang tiada habisnya.
Semua ini salahnya.
Segala kekacauan yang tercipta, merupakan bagian dari keegoisannya.
Andai ia tidak mengikuti malam itu.
Andai ia merasa cukup dengan mengagumi Reno dari jauh.
Andai ... ah, perandaian-perandaian itu hanya membuat Lana semakin gila saja.
"Sa—saya minta maaf, Om, Tante."
Suara Reno yang bergetar ragu, membuat Lana mengangkat wajahnya. Bertemu pandang dengan laki-laki itu, Lana tak bisa menahan matanya yang memanas. Reno tampak mengenaskan, terlihat memar disudut bibirnya. Rahangnya yang memerah juga rambutnya yang berantakan, cukup membuat Lana yakin, Reno pasti terkena pukulan ketika mengakui keadaan mereka saat ini.
Meremas dadanya tanpa sadar, Lana menggigit bibir, merasa sedih untuk laki-laki itu.
Mungkin, ia memang tidak menerima kekerasan fisik dari keluarganya, namun didiamkan selama berjam-jam, cukup menyiksa batinnya.
Apalagi, ketika sayup-sayup ia dengar ibunya menangis. Wajah ayahnya yang pias. Juga kemarahan kakak laki-lakinya, menggerogoti kepiluan Lana yang seketika saja merasa tak berdaya.
"Siapa yang hamilin kamu, Lana?! Bilang!" seru Iqbal berapi-api. "Hubungi dia sekarang, Lan! Suruh dia datang ke sini! Dia perlu dihajar sampai mati!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dream Partner
ChickLitMenjadi pengagum yang tersembunyi, Kalanaya Zavira akhirnya mendapatkan kesempatan untuk menghabiskan waktu satu malam bersama Moreno. Dari sebuah website rahasia yang dikelola oleh senior kampus, Lana memperoleh undangan yang ia idam-idamkan. Dan M...