Dua

45.7K 4.5K 181
                                    

Sambil nunggu aku mikirin alur selanjutnya kita coba ini dulu yaa hahaha

Tak ada yang kebetulan, semua jelas adalah takdir Tuhan. Berikut dengan selembar undangan di tangan yang membuatnya resmi gemetaran. Seraya menelan ludah, ia melarikan tatapan tak tentu arah. Berusaha tetap awas, saat topeng yang menjadi tamengnya ia lepas sejenak demi memastikan bahwa undangan tersebut benar-benar nyata.

Ms. Angela

Bukan nama Lana yang tertera di sana. Adalah sebuah nama samaran yang memang mereka gunakan selama games yang berlangsung seminggu ini. Dan malam ini adalah puncak. Di mana dirinya dinyatakan sebagai salah satu pemenang. Berperan sebagai Angela, Lana tak terlalu mahir memikirkan sebuah nama. Jadi, ia asal mengarangnya saja. Itu pun karena teringat pada permainan Talking Tom and Friend yang sering dimainkan keponakannya di rumah.

Dan sekarang, dirinya adalah Angela. Yang tengah menanti pasangan kencannya. Topeng keemasan dengan rumbaian bulu merak, telah kembali ia sematkan. Berdiri gugup di lobi hotel bintang tiga yang telah di booking oleh panitia kampusnya. Lana mulai kembali menelan ludah, seraya memastikan gaun malamnya yang sederhana tak tampak memalukan.

Undangan yang tadi berada di tangannya, telah ia serahkan pada panitia yang menunggu di lobi. Sembari memerhatikan dirinya, dua orang kating yang ia ingat berada di fakultas hukum, mengambil nomor di mejanya. Lalu mengangkat nomor tersebut, hingga angka tiga yang saat ini teracung di udara, sukses membuat Lana kembali didera gugup tanpa kesudahan.

"Wow, Angela, pasangan kencan lo udah datang," seru penjaga pintu ballroom seraya bersiul. "Nomor tiga, ya? enjoy your party, Angela," tambahnya seraya membuka line berwarna merah dengan siulan yang masih saja terdengar mengejek. "Balik badan, Angela."

Lana tak ingin.

Atau sebenarnya, tak siap.

Namun, karena sudah diperhatikan sedemikian rupa, mau tak mau ia melakukannya. Tentu saja, masih dengan kegugupan yang serupa sebelumnya. Hingga membuat lututnya lemas.

"Hai, Angela?"

Tuhan ... rasanya Lana ingin tenggelam ke tanah.

"Gue Niko. Terserah deh, mau lo anggap Nikolas Saputra atau Niko-Niko yang lain."

Lana menahan napasnya.

"Salaman? Atau mau kecupan di tangan?"

Lana langsung melebarkan mata.

Lalu tanpa aba-aba, pria dalam balutan jas hitam tanpa dasi dengan kemeja sewarna jasnya itu pun, segera meraih tangan Lana. Memberinya sejumput senyum kecil, sebelum mendaratkan satu kecupan ringan di punggung tangannya yang dingin akibat kegugupan.

Astaga, Lana tidak siap dengan semua ini!

Tapi untuk berbicara pun, lidahnya masih kelu.

Demi Tuhan, jantungnya sedang jumpalitan sekarang. Detaknya sungguh menggebu, sementara nyaris seluruh sendinya lemas tak bertenaga.

Ya ampun ... Reno ...

Iya, ini Reno!

Moreno Saga Al-Fariq!

"Tenang aja, tiga jam ke depan, gue milik lo sepenuhnya," kata pria itu jenaka. "Jadi, lo bisa berbuat apa aja ke gue." Pria itu mengedipkan mata di balik topengnya. "Rileks, Angela. Malam ini, gue punya elo. Lo bisa pakai gue sesuka lo."

Dan rasanya, Lana ingin pingsan. Tepatnya, ketika Niko alias Reno mengamit pinggang dan membawanya masuk ke dalam ballroom dengan lampu temaram.

Dream PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang