Sembilan Belas

36.6K 5.4K 446
                                    


Ternyata aku udh lama yaa gk update wkwkwk

Yaudah yuk, ketemu Reno yg gk sama dgn si R ituu

Happy reading yaa

Untuk semua luka yang terlanjur berdarah, ingatlah semesta selalu punya rencana. Entah itu membuat tertawa, atau justru mengajak menangis bersama. Namun prinsipnya, tiap masalah yang dilampirkannya mampu membuat manusia dewasa.

Demi Tuhan, mengapa menjadi dewasa justru sangat merepotkan?

Setidaknya, itulah yang dipikirkan Reno saat ini.

Semester yang lalu, ia merupakan mahasiswa biasa penghambur harta orangtua. Datang ke kampus diharapkan dapat mengais limpahan ilmu dari dosen yang maha berilmu. Menggerutu bila diberi tugas. Lalu mengumpat keras, saat tiba-tiba saja ada kuis dan ia tak pernah belajar.

Namun, semenjak semester baru di mulai, gelar Reno pun tak sebebas dulu. Tiba-tiba saja, semesta menyematkan status calon ayah di pundaknya. Tidak hanya untuk satu bayi, tetapi dua sekaligus.

Minggu kemarin, calon anaknya masih berusia 12 minggu dalam kandungan. Namun sekarang ini, 13 minggu sudah usia mereka. Enam bulan dari sekarang, Reno akan menimang mereka. Mendengarkan tangisan, lalu menjalankan hari-hari yang merepotkan.

Sepertinya sangat menyebalkan, ya?

Astaga, Reno hampir gila.

"Abang mau ke mana sih?"

Selain Lana yang seminggu ini menjajah harinya, ada Arin yang mendadak meminta perhatiannya. Menunggu Reno di parkiran setelah ia abaikan seluruh chat masuk dari gadis itu. Padahal sebelumnya, ia tidak pernah melakukan hal demikian. Arin selalu jadi prioritas.

"Ada urusan bentar, Rin."

"Urusan mulu," Arin menarik lengan Moreno yang ingin berlalu. "Urusan apa sih, Bang? Kenapa nggak ngasih tahu Arin?"

Menggaruk kepala, Moreno meringis menatap Arin lekat-lekat. Sudah beberapa hari ini, ia memang tidak bertemu dengan Arin. Ia selalu pergi kuliah lebih pagi dari biasanya. Pulang kuliah pun, tak pernah langsung ke rumah.

Well, setelah berjanji pada Lana dan bayi-bayinya bahwa ia tak akan keberatan direpotkan mereka perihal makanan, maka semenjak itu pulalah Reno merasa sudah menjadi calon bapak-bapak sesungguhnya. Seolah mendengar ucapannya, bayi-bayi kembarnya pun berulah tiap hari. Clara bilang, bisa saja Lana tengah memasuki fase mengidam.

Pagi hari, Reno akan sibuk mencarikan sarapan yang diinginkan Lana. Biasanya, bubur ayam. Tapi dua hari belakangan ini, Lana sedang menyukai nasi kuning dengan banyak kemangi. Lalu makan siangnya, Lana menyukai makanan berkuah. Sop buntut, bahkan gulai adalah kegemarannya. Nah, sementara untuk makan malam, biasanya Lana hanya minta dibelikan pecal lele atau ayam penyet di dekat tempat kostnya.

Setelah itu, tugas Reno pun usai.

Yang artinya, ia sudah bisa pulang ke rumah.

Berdalih melaksanakan tugas kelompok, Reno tak lupa membawa berbundel-bundel makalah yang ia dapatkan dari tukang fotokopi di dekat kampusnya.

Dan mau tahu bagian paling aneh seminggu ini?

Well, tidak ada adegan mual dan muntah setelah makanan-makanan yang diinginkan Lana berhasil ia dapatkan. Lana berhasil menghabiskan seluruh makanannya hingga bersih.

Ck, anak-anaknya memang manja.

Bahkan di dalam kandungan saja, mereka terlihat senang menyiksanya.

Dream PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang