Tuntutan seorang pemimpin itu jelas bukan hal mudah. Bagaimana cara mereka berpikir, bertindak dan mengambil keputusan menentukan kelangsungan sebuah organisasi yang mereka jalankan. Iya, kini seorang gadis tengah memijat pelipisnya. Merutuki kebodohannya karena ia yang sepertinya terlalu lalai sampai kecolongan. Raisya grazielle namanya, gadis itu benar-benar dilanda rasa pening luar biasa yang terasa menggerogoti kepalanya. Sudah seperti ada sesuatu yang hidup di kepalanya dan memakai organ penting di sana.
Uang. Mari mulai dengan sebuah lembaran atau koin berisi nominal yang dapat digunakan untuk apapun. Namun uang identik digunakan untuk membeli sesuatu baik berupa barang maupun jasa. Bahkan, sekarang ada juga yang menawarkan sebuah pelukan, ciuman, sampai kegiatan panas di atas ranjang dengan imbalan berupa uang. Entah berapa nominalnya, tapi itu memang benar-benar bisa dilakukan.
Uang itu terkadang sangat panas. Bukan uangnya yang berapi atau menjadi konduktor listrik, hanya saja uang terkadang menjadi sangat sensitif. Apapun bisa terjadi jika sudah menyangkut uang dan kini Raisya yang tengah mendudukkan diri di meja kerjanya. Mendesah frustrasi memikirkan bagaimana cara ia mengembalikan uang yang telah di bawa kabur oleh penipu tidak punya hati itu.
Iya, dirinya kena tipu. Baru pertama kali dan ia jadi sangat syok. Memang kejadian ini bisa dijadikan sebuah pelajaran, hanya saja sekarang ia bingung setengah mati karena uang yang di bawa kabur itu bukan uang pribadinya, melainkan milik perusahaan yang kini ia pimpin.
Bukan perusahaan besar, hanya sebuah perusahaan yang ia bangun dari nol dan sekarang Raisya tengah mati-matian membuat perusahaannya bisa berkembang. Lagi dan lagi ia memicing, memangku dagu sambil menatap random ke depan, tidak ada objek menarik saat ini di matanya karena pikirannya tengah sangat membutuhkan jalan keluar secepatnya.
Ia tidak tahu lagi harus bagaimana, perusahaan yang ia dirikan terancam gulung tikar karena kelalaiannya. Seharusnya, ia bisa lebih berhati-hati waktu itu, namun Raisya juga tidak bisa terus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang telah terjadi. Ia harus memutar otak untuk menutupi kerugian yang perusahaannya alami. Sudah banyak cara Raisya kerahkan, namun bahkan sampai detik ini ia tidak memiliki cara lain. Uang perusahaan yang dibawa kabur jumlahnya tidak sedikit, pun Raisya tidak memiliki uang sebanyak itu untuk mengganti.
Raisya menyesap teh chamomile miliknya, cuaca sedang cukup panas, namun ia membuat teh hangat karena ruangannya sendiri kini sudah terasa dingin. Biasanya, teh chamomile mampu membuat dirinya menemukan solusi, tapi sekarang kepalanya malah semakin pening setelah menyesap teh yang seharusnya menenangkan itu. Ia kalut, benar-benar di ambang kehancuran rasanya. Tidak bisa juga berpikir bagaimana solusi yang tepat saat ini, sebab beberapa solusi yang sempat hinggap di kepala sudah ia coba usahakan. Namun tetap saja nihil hasilnya.
Raisya menghembuskan napasnya, menatap kesamping, tepat sebuah jalanan besar dengan sebuah bangunan besar yang ada di seberangnya. Raisya biasanya selalu menatap lalu-lalang kendaraan yang melintas juga beberapa orang yang menyeberang.
Iya, di depan sana adalah jalan raya besar yang selalu ramai, lokasinya sangat strategis. Bangunan yang tengah ia jadikan sebuah perusahaan kecil ini terdiri dari 3 lantai. Lantai dasar digunakan sebagai toko official produk yang ia pasarkan, lantai 2 digunakan untuk para karyawan dan lantai 3 adalah lantai yang hanya memuat ruang kerjanya, ruangan sekretarisnya dan juga tempat untuk rapat.
Gedung ini juga bukan gedung miliknya, ia masih menyewa dan akan membayarnya setiap satu tahun. Raisya juga memiliki rumah produksi yang lokasinya tidak terlalu jauh dari perusahaan, hanya menempuh waktu sekitar 40 menit dari perusahaan.
Raisya menghembuskan napasnya lagi, melirik ke arah jarum jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul tiga sore. Artinya dua jam lagi ia akan pulang. Raisya selalu pulang pukul 5 sore. Tidak pernah mau lembur, paling jika sedang banyak pekerjaan ia akan menyelesaikannya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAN JIMIN
RomanceE N D Eight story by: Jim_Noona Pria itu datang saat aku memang sedang membutuhkan uluran tangannya. Kupikir dia hanya ingin sekedar membantuku, tapi ternyata dia juga ingin aku membantunya. "Menikah denganku, maka aku akan menyuntikkan dana sebanya...