MALAIS

370 65 35
                                    

Hallo Queen?! Tumben kan aku update malam ini haha.

Ini random aja. Aku lagi pengen double update.

Semoga kalian suka yaaaaa

Kalau kalia belum vote, ayo vote dulu. Aku orangnya gampang pundung lho haha

HAPPY READING!!!!!!!





Tidak banyak yang bisa Jimin lakukan meski kini presensi gadis yang selama ini sulit ia temui itu ada di hadapannya.

Raisya hanya diam sembari memakan sarapannya dengan tenang tanpa berbicara atau melirik ke arahnya. Benar-benar hanya fokus pada makanannya saja. bahkan Jimin harus mengambil makanannya sendiri. Padahal biasanya Raisya yang akan menyiapkan untuknya.

Jimin sedih sekali sebenarnya. Ia ingin mengubah keadaan seperti semula. Ia ingin memulai semuanya dari awal. Meminta maaf pada Raisya dan kembali membangun hubungan yang sesungguhnya tanpa harus dihantui oleh perceraian.

Raisya tidak membiarkan Jimin membuka suara. Gadis itu bahkan melarang Jimin bicara. Ia mengancam akan pergi jika Jimin mengajaknya berbicara atau menyentuhnya.

Pagi ini Jimin sudah meminta sikmo yang ada di rumah untuk membuatkan haejangguk untuk meredakan pengar Raisya. Ia juga sudah membawa Raisya ke rumah sakit dan untung saja Raisya tidak perlu di rawat dan hanya di resepkan obat.

Jimin juga melihat ada banyak bintik-bintik merah yang masih terpampang di permukaan kulit gadis itu akibat reaksi alergi. Beberapa kali ia juga melihat Raisya yang menggaruk permukaan kulitnya. Itu pasti gatal sekali. Kalau diizinkan, Jimin ingin membantu Raisya untuk menggaruk bagian yang gatal.

"Kau sudah meminum obatmu?" tanya Jimin yang kini memecah hening. Berharap Raisya tidak hanya diam dan tidak meminta Jimin untuk diam saja.

"Nanti setelah makan," jawabnya singkat. Jimin menganggukkan kepalanya mengerti. Ia lanjut berdiam diri sambil terus memaksa isi kepala agar bisa memikirkan topik pembicaraan selanjutnya. Jimin sendiri kesal karena kali ini ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan benar. Otaknya itu mendadak seperti tidak mau bekerja.

"Raisya?" panggil Jimin lagi. Namun bukan tatapan hangat yang biasa Raisya pancarkan pada dirinya, ia malah mendapatkan tatapan dingin dari gadis yang tengah mengunyah potongan ayah dalam mulutnya.

"Kita bicara setelah selesai makan, Sajang-nim."

Jimin tidak lagi bicara setelah Raisya berkata seperti itu. Tidak mau membuat mood gadis itu semakin buruk karena suaranya. Maka dari itu, Jimin kembali fokus dengan makanannya sambil sesekali menatap gadis di seberangnya.

Gadis hebat yang bahkan memenangkan penghargaan bergengsi bagi para pebisnis. Jika mengingat status Raisya masihlah istrinya, Jimin jadi sangat bangga sekali memiliki istri yang bisa mencapai apa yang bisa ia capai juga. Ia punya kepuasan sekaligus sesuatu yang membanggakan.

Pencapaian yang sudah Raisya capai itu jelas tidak mudah. Jimin belum pernah mendengar banyak. Namun yang ia tahu dari Raisya, gadis itu membangun perusahaannya sendiri. Dan setelah launching produk yang baru, perusahaan Raisya memang benar-benar melejit. Seperti roket. Cepat dan pesat sekali.

Makanan di atas meja sudah habis. Hanya tersisa piring-piring kosong yang tengah Raisya susun dan ia bawa ke wastafel. Jimin sudah menawarkan diri untuk mencuci piring, namun gadis itu telah lebih dulu menggunakan sarung cuci tangannya.

HAN JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang