PAST

320 52 2
                                    

Jimin mencintai Raisya. Sangat. Hanya saja Jimin kecewa pada tindakan Raisya kali ini.
Meski begitu, akhir yang seperti ini tetap saja bukan ending yang Jimin inginkan. Bukan ending yang seperti ini yang Jimin bayangkan di akhir semua perdebatan ini.

Jadi, setelah dirinya menerima telepon dari asisten rumah tangganya, Jimin langsung menyambar kunci mobil yang ada di atas mejanya dan langsung keluar dari pintu apartemennya.

Ia khawatir. Bagaimana jika Raisya berpikiran pendek dan malah pergi dari hidup Jimin selamanya? Jimin sudah tidak ingin kehilangan siapapun. Meski Raisya membuat dirinya kecewa, namun tidak pernah terbesit di benak Jimin untuk berpisah dengan Raisya.

Ia hanya perlu memberi makan ego dan mengistirahatkan hatinya sesaat agar pikirannya jauh lebih tenang. Namun tanpa Jimin sadari jika tindakannya akan memancing pikiran lain untuk Raisya.

Jimin tahu, Raisya bukan tipikal orang yang gegabah dalam menentukan keputusan. Hanya saja Jimin tidak bisa untuk tidak marah dan kecewa pada keputusan yang Raisya ambil kali ini.

Jimin kini menyambungkan telepon langsung pada Cerrys. Ia pikir, gadis itu adalah satu-satunya orang yang bisa Jimin percayai untuk sekarang. karena Raisya hanya memiliki satu teman yang mampu untuk merengkuhnya saat ini.

Namun panggilannya sama sekali tidak di hiraukan oleh Cerrys yang masih menyetir mobil. mereka baru saja menjemput Hyoreum dari rumah sakit agar anak itu bisa tidur di apartemen Raisya yang lebih nyaman ketimbang tidur di rumah sakit.

Panggilan yang Jimin lakukan tidak hanya satu kali, namun berkali-kali. Cerrys tidak menjawabnya karena Raisya yang meminta. Ia tahu bagaimana kecamuknya perasaan Raisya.
Selama ini, Cerrys jauh lebih tahu tentang Raisya karena usia pertemanan mereka yang sudah lama sekali. Belum lagi Cerrys adalah satu-satunya teman Raisya. Jadi, tidak aneh jika Cerrys banyak tahu tentang sifat Raisya yang mungkin tidak banyak orang yang merasakannya.

“Kupikir, sajang-nim akan pergi ke apartemenmu, Raisya. Kau tidak apa-apa?” tanya Cerrys.

“Aku tidak akan membukakan pintu terlebih dahulu. Semoga saja kita yang lebih cepat sampai. Aku sedang tidak ingin menemuinya.”
Cerrys menganggukkan kepalanya mengerti. ia lantas sedikit menaikkan kecepatan mobilnya agar mereka bisa lebih cepat sampai di banding Jimin.

Namun takdir nyatanya tidak berpihak pada keinginan Raisya. Saat dirinya sudah sampai di lorong apartemennya, ia melihat sosok Jimin yang tengah bersandar di dinding samping pintu apartemennya.

Jantung Raisya berdetak lebih cepat dan genggamannya pada tangan Hyoreum lebih menguat.

Sejujurnya Raisya tidak tega melihat penampilan Jimin yang lusuh seperti ini. hanya saja mengingar pertengkaran mereka dan sikap Jimin yang mengecewakan membuat Raisya membuang perasaan simpatinya.

Raisya kini berjalan sambil menarik kopernya dan juga menggenggam Hyoreum mendekat ke arah Jimin. ia bukan berniat untuk menghampiri Jimin, Raisya berniat untuk segera masuk ke dalam apartemennya.

Namun langkahnya kini terhenti karena torso Jimin berdiri di hadapannya dan menghalangi langkahnya.

Raisya menghembuskan napasnya lantas ia memberanikan diri untuk mendongakkan kepalanya guna menatap wajah Jimin.

“Aku ingin masuk.”

Satu kalimat yang Raisya lontarkan pada Jimin sama sekali tidak terasa hangat dan hati Jimin lagi-lagi terasa sakit. Apakah sekarang Raisya bahkan akan membencinya?

“Cerrys-ssi? Bisakah kau membawa anak itu bersamamu terlebih dahulu? Aku ingin bicara dengan istriku,” ucap Jimin. Ia sempat melirik ke arah anak perempuan yang berdiri di samping Raisya sesaat sebelum kembali memalingkan wajahnya.

HAN JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang