Hi!!! :)
Happy reading!!!!
Jimin benar-benar sudah tidak tahan lagi dengan sikap yang Seyon tunjukkan. Ia tidak pernah menyangka jika Seyon akan melakukan hal yang sama sekali tidak elegan untuk mendapatkan dirinya.
Ia pikir Seyon akan menggunakan cara yang jauh lebih bagus ketimbang drama seperti ini. Drama memuakkan yang amat Jimin benci. Hamil. Orang-orang bisa saja termakan ucapan bualan yang Seyon lontarkan.
Ia juga takut jika Raisya akan mempercayai hal yang sama sekali tidak ia lakukan. Karena bahkan Jimin tidak pernah terpikir jika Seyon akan menggunakan cara ini. Jadi, ia tidak punya planning yang pernah ia bincangkan dengan Raisya terkait hal ini.
Jimin sebenarnya bisa saja memenangkan perdebatan ini. Hanya saja, ia tidak yakin jika semuanya akan tetap baik-baik saja jika ia bersuara. Sebab dalam beberapa hal, ada masalah yang diluar jangkauan Jimin.
Ia tidak bisa memaksa layaknya ia sedag bekerja. Yang dipertaruhkan sekarang adalah kepercayaan keluarganya terhadap dirinya. Mana bisa ia bertindak gegabah dengan mempertaruhkan banyak hal?
Jadi, Jimin kini hanya bisa diam berdiri tak jauh dari Raisya yang tengah terduduk dengan jemari yang terus di genggam oleh sang ibu. Ia bersyukur karena ibunya memang menyayangi Raisya hingga apapun masalah yang sedang menimpa hari ini, perhatian ibunya tetap terpusat pada Raisya.
Raisya kini tersenyum, mencoba untuk menenangkan dirinya setelah kepalanya seolah habis dilempari batu besar hingga berdarah. Ia juga bingung. Hanya saja dirinya juga tidak bisa mencurigai Jimin hanya karena Seyon berkata seperti itu. Namun Raisya juga tidak ingin percaya pada siapapun sekarang ini.
Raisya tahu jika saja Jimin tahu dirinya bahkan meragukan dirinya, mungkin saja suaminya itu akan kecewa. Hanya saja Raisya juga tidak mau jika salah dalam menaruh kepercayaan. Manusia itu tidak pernah bisa di percayai sepenuhnya. Sebab manusia manapun bisa saja berkhianat.
Semua manusia punya kesempatan yang sama untuk saling mengkhianati.
Yang Raisya rasakan sekarang adalah hangat yang disalurkan oleh genggaman hangat ibu mertuanya pada jemarinya. Raisya kini menumpukkan tangannya pada punggung tangan sang ibu mertua.
Ia berusaha agar bisa tetap tersenyum. Bersikap sesantai mungkin kendati kepala dan hatinya sama sekali tengah tidak sinkron. Namun dengan Raisya menunjukkan kekacauannya pada pihak lawan, bukankah itu artinya ia telah mengaku kalah bahkan sebelum dirinya terjun pada masalahnya?
"Berapa usia kandunganmu, Im Seyon-ssi?" tanya Raisya yang kini beralih menatap Seyon yang berdiri tidak jauh dari Jimin.
Maniknya sempat bersitatap sejenak dengan manik Jimin. Pertanyaannya juga mengundang tanda tanya dan ketakutan. Jimin cemas. Cemas sekali. Ia takut jika Raisya malah percaya pada perkataan Seyon. Berbagai spekulasi kini berseliweran di kepala Jimin. Namun Jimin tetap terus mencoba mencari sisi positif dari pertanyaan yang Raisya lontarkan.
Jimin juga tengah mencari celah dari gerak-gerik Raisya agar bisa membaca kemana ranah yang akan gadis itu bawa. Jimin ingin percaya pada Raisya. Ia akan mencoba untuk mempercayakan hal ini pada istrinya. Dan dalam benak, Jimin terus berdoa supaya Raisya tidak termakan ucapan Seyon.
"Kenapa kau menanyakan hal itu? Apa yang kau rencakan, Raisya-ssi?" tanya Seyon yang nampak berhati-hati.
Raisya lagi dan lagi menyunggingkan senyumannya bahkan sampai maniknya menyipit.
"Kenapa kau nampak berhati-hati begitu? Aku harus tahu karena itu mungkin saja memang benar anak dari Han Sajang-nim."
"Raisya?!" kejut Jimin. Ia panik luar biasa mendengar penuturan yang Raisya lontarkan. Jimin sama sekali sudah tidak bisa berpikir dengan Jernih sebab Raisya kini malah mempertanyakan tentang hal itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/289189246-288-k823623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HAN JIMIN
RomanceE N D Eight story by: Jim_Noona Pria itu datang saat aku memang sedang membutuhkan uluran tangannya. Kupikir dia hanya ingin sekedar membantuku, tapi ternyata dia juga ingin aku membantunya. "Menikah denganku, maka aku akan menyuntikkan dana sebanya...