Hallo Queen!!!!!
Kalian jangan skip note aku di akhir chapter ya.
Happy reading!!!!!!
Pagi ini, tidak ada suara kicau burung yang membangunkan pagi. Burung-burung tidak lagi berkicau di jendela untuk membangunkan para manusia yang harusnya bersiap untuk pergi bekerja.
Namun, karena Raisya sudah biasa bangun pagi untuk menyiapkan keperluannya dan keperluan Jimin, kini banyak tersenyum dan tertawa. Biasanya, ia akan membuat sarapan sendiri, namun kali ini ada Ibu mertuanya yang membantunya untuk memasak bersama.
Hari ini, Raisya harus pergi bekerja karena ada meeting dengan kliennya, Jimin bilang juga ia harus ke kantor hari ini. Ayah dan Ibu mertua Raisya untungnya mengizinkan Raisya pergi selama setengah hari karena mereka ada janji untuk belanja bersama di pusat perbelanjaan yang ada di kota Gangnam.
Raisya menyanggupi karena rapatnya juga akan dimulai pagi dan akan selesai pukul sebelas siang. Ayah dan Ibu Jimin bilang mereka akan menjemput Raisya jam 12 siang sekalian makan siang.
Ketakutan Raisya tentang sosok Ibu mertua dan Ayah mertua yang jahat itu terpatahkan. Karena pada nyatanya, Ayah dan Ibu Jimin benar-benar memperlakukan ia layaknya seorang anak perempuan. Mereka bilang, karena mereka hanya mempunya Jimin, Raisya itu hadir bagai berkah. Jadi mereka sangat menyayangi Raisya seperti mereka menyayangi putri mereka sendiri.
"Eomma-nim, Appa-nim? Kami pergi dulu," ucap Raisya yang kini berpamitan pada mertuanya itu. Ibu Jimin menganggukkan kepalanya. Membiarkan putra dan menantunya pergi dari rumah untuk bekerja. Ia memaklumi itu karena dulu, saat Ayah Jimin masih menjabat sebagai CEO, ia juga sering seperti ini. Jadi, Ibu Jimin tidak terlalu mempermasalahkan.
Sementara itu, di dalam mobil, hanya ada keheningan yang tercipta. Setelah perbincangan semalam, Raisya menangis dalam diam. Tidak mau Jimin peluk, tidak mau Jimin genggam, dan hanya meminta Jimin untuk tetap diam saja. padahal, itu adalah hal yang paling menyakitkan untuk Jimin. ia ingin memeluk Raisya untuk menenangkan, namun gadis itu lagi dan lagi tidak memberikan dirinya kesempatan.
"Siang ini kau akan pergi dan eomma dan appa?" tanya Jimin yang kini melirik ke arah Raisya.
"Iya."
Singkat, padat, dan jelas. Itu adalah kata penutup karena Jimin bingung harus berkata apa lagi. Raisya ini sekarang lebih sering menggunakan kata-kata yang akan merujuk pada penyelesaian topik.
Meski Jimin adalah sosok seorang pemimpin perusahaan besar, namun tetap saja rasanya cukup membingungkan. Ia bukan bicara ppada karyawan di kantornya, bukan juga bicara saat meeting yang topiknya sudha jelas. Bicara dengan makhluk bernama perempuan itu benar-benar membuat Jimin terlihat sangat tidak berpendidikan. Otaknya seakan membeku karena tidak tahu harus berkata apa lagi.
Sampai akhirnya, Jimin memarkirkan mobilnya di depan perusahaan Raisya. Itu memang bukan tempat parkir, Jimin juga tidak berniat parkir secara ilegal. Ia hanya menepi saja karena ia biasa mengantarkan Raisya sampai sana.
"Terima kasih atas tumpangannya, Sajang-nim."
Jimin hanya diam saja. menatap Raisya yang kini mengambil tas selempangnya dari jok di belakang sebelum akhirnya gadis itu keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam gedung perusahaannya. Jimin belum beranjak dari sana. Ia masih menatap pintu masuk gedung perusahaan Raisya. Berpikir sejenak sebelum akhirnya ia pergi dari sana untuk ke perusahannya.
.
.
.
Siang ini setelah Meeting berlangsung, Raisya langsung merebahkan dirinya di sofa yang ada di ruangannya. Punggungnya pegal sekali dan kakinya kesemutan. Ini benar-benar diluar dugaan karena meeting berlangsung lebih lama. Bahkan melenceng cukup jauh dengan waktu yang sudha ditentukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAN JIMIN
RomanceE N D Eight story by: Jim_Noona Pria itu datang saat aku memang sedang membutuhkan uluran tangannya. Kupikir dia hanya ingin sekedar membantuku, tapi ternyata dia juga ingin aku membantunya. "Menikah denganku, maka aku akan menyuntikkan dana sebanya...