Queeen aku Updateeee!!!!! Ngga mau banyak bct jadi happy reading YAAAAAA
.
.
.
Sesuatu yang tidak di duga-duga membang kadang kala membuat hati gusar. Sama seperti perasaan yang tengah Raisya alami. Ia amat merasa gusar karena orang tuanya mengabari sudah berada di dalam pesawat dan tengah bersiap untuk take off.
Mulanya, ia bingung, kenapa ibunya ada di pesawat? Memang mau kemana? Pasalnya, orang tuanya tidak akan pergi ke luar negeri tanpa dirinya karena kemampuan bahasa asing yang tidak terlalu baik.
Namun napas Raisya seakan hampir tercekit karena ibunya dan ayahnya akan mengunjungi dirinya. Mereka bilang kalau mereka sudah mendengar kabar tentang Jimin dan mau mengobrol langsung. Raisya takut kalau saja ibu dan ayahnya malah keberatan dengan sesuatu yang tengah menimpa Jimin. Semua kemungkinan itu bisa saja terjadi kendati ia tahu bahwa ayah dan ibunya bukan orang seperti itu. lagipula mengandalkan dirinya saja sudah cukup.
Raisya kini duduk di samping Jimin dengan dua tangan yang ia satukan di depan tubuh. Keduanya tengah menunggu ayah dan ibu Raisya yang masih ada di dalam tengah mengurus beberapa hal lagi. Raisya tidak tahu apa yang tengah Jimin pikirkan, namun jika ia melihat gelagat pria itu, Jimin terlihat sangat santai. Seolah memang tidak akan terjadi sesuatu.
Lagi dan lagi si gadis menghembuskan napasnya lembut, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Ini hanya perihal orang tuanya yang akan datang ke apartemen dan mengobrol saja sebenarnya. Namun Raisya terus berpikir tentang kemungkinan buruk yang akan terjadi nanti.
Yang paling Raisya takuti adalah, ia takut jika orang tuanya bertanya yang akan menyinggung perasaan Jimin. Meski Jimin terlihat santai-santai saja saat Raisya mengatakan bahwa orang tuanya akan menanyakan perihal ini, Raisya tahu bahwa Jimin juga tengah berpikir.
Pria itu terlihat dewasa sekali. Meski hidup dari banyak tekanan setelah ia yang tidak menjabat sebagai seorang CEO bahkan diasingkan dari keluarga Han, sikap Jimin tetap tenang meski awalnya sempat kehilangan kontrol.
Mereka sedang ada di Bandara, bukan tidak mungkin juga jika Jimin merindukan perusahaannya yang juga bergerak di bidang penerbangan dan pariwisata. Jimin juga memiliki satu maskapai penerbangan. Raisya jadi takut Jimin malah berpikir yang macam-macam.
Tanpa sadar, Raisya terus menatap Jimin dari samping. Memperhatikan rahang tegas pria di sampingnya. Maniknya tajam, apalagi saat mengingat pertemuan pertama mereka. Namun kini manik itu tidak terlalu tajam kala menatapnya, sudah lebih hangat, dan sering menatapnya sebagai seseorang yang sudah akrab, sangat bersahabat. Bibir Jimin itu tebal, tapi sangat cocok di wajahnya. Hidungnya tidak terlalu mancung, tapi cantik juga. Terlihat sempurna di wajah pria itu.
Jimin tahu bahwa dirinya juga tengah di perhatikan. Tapi, Jimin diam saja. memilih untuk tidak mengganggu Raisya yang tengah menatapnya karena ia tahu jika ia menoleh, situasinya akan canggung. Jimin tidak mau skenario itu ada saat ini, jadi dirinya menghiraukan saja sambil otak dan hatinya menerka kira-kira apa yang tengah Raisya pikirkan tentang dirinya.
Perlahan, sudut bibir Raisya terngkat sebelum dirinya mengalihkan pandangan karena sudah puas memandang pria di sampingnya tanpa hambatan. Seperti jalan tax on location.
Sampai akhirnya, Raisya dan Jimin bangun secara bersamaan karena tahu-tahu orang tuanya sudah ada di depan mereka. Raisya dan Jimin sama-sama tidak sadar, jadi mereka berdua cepat-cepat bangkit dan menyapa orang tua Raisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HAN JIMIN
RomanceE N D Eight story by: Jim_Noona Pria itu datang saat aku memang sedang membutuhkan uluran tangannya. Kupikir dia hanya ingin sekedar membantuku, tapi ternyata dia juga ingin aku membantunya. "Menikah denganku, maka aku akan menyuntikkan dana sebanya...