ENFRANCHISE

398 65 6
                                    

Warning!!!!!

Not friendly for minors. Please read after open fasting!!!!


Don't read before open fasting in ramadhan.

THIS IS FICTION DONT BE SERIOUS

Thankyouuuu for your attention!!!!

With luv

Jim_Noona

.

.

.




















Raisya tidak tahu apakah yang dilakukannya kali ini benar atau tidak. Namun ia tidak bisa menampik jika dirinya menikmati ciuman yang Jimin berikan untuknya. Raisya benar-benar tak bisa melepas bahkan ia tak kuasa untuk membuka matanya barang sebentar saja.

Bibir Jimin membungkam penuh bibirnya. Raisya bisa merasakan gairah yang membuncah terpancar dari ciuman yang Jimin berikan. Otaknya bekerja dengan lamban di situasi yang seperti ini. Ia tengah berpikir apa tindakan yang tepat untuk hal ini.

Dan kini, satu dorongan pelan Raisya lakukan. Melepaskan bibir Jimin dari bibirnya. Raisya juga sudah mulai kehabisan pasokan oksigen ke otaknya hingga ia menjadi agak sedikit lama dalam berpikir. Ia juga tidak bisa melakukan hal itu tanpa perencanaan sebelumnya.

Napas keduanya terengah. Jimin masih mengamati situasi. Mengamati Raisya yang dua lengannya masih ada di depan dadanya dengan kepala menunduk tak ingin menatapnya. Jimin hampir hilang akal dan hilang kontrol. Ia benar-benar kehilangan kewarasannya selama beberapa saat.

"Sa-sajang-nim tadi terlalu mendadak. Sa-saya.." ucapan Raisya terhenti kala kini Jimin mengangkat dagunya agar wajahnya bisa berhadapan dengan wajah Jimin. Pria itu membungkam bibir Raisya hanya dengan tatapannya. Jimin mendominasi sekali saat ini. Raisya sampai tidak bisa berkutik dan memilih untuk diam. Nalurinya berkata bahwa ia harus diam sekarang juga.

Bola mata Jimin menggelap seolah Jimin sudah tidak lagi bisa menahan semuanya lagi. Meski begitu, Jimin tetap bertahan dengan posisinya. Tidak lagi bergerak atau menyerang. Ia akan membiarkan Raisya memahami situasinya.

Jika boleh Jimin jujur, ia benar-benar tergiur. Tubuh Raisya yang selama ini dilihatnya menggugah dirinya. Ia tahu jika diam-diam saat tidur, Raisya melepaskan bra yang gadis itu kenakan. Dan Raisya akan selalu bangun pagi untuk memakainya kembali sebelum Jimin terbangun. Tanpa Raisya tahu, jika tengah malam, Jimin kerap kali menahan dirinya. Meski cahaya kamar yang remang, tapi penglihatan Jimin masih berfungsi dengan jelas.

"Sajang-nim mau melakukannya?" tanya Raisya. Ia takut. Sangat. Baginya, virginity adalah hal yang harus ia jaga. Ia tidak bisa kehilangan virgin itu dengan sia-sia. Setidaknya Raisya ingin memberikan itu pada sosok yang benar-benar akan menjadi pendampingnya. Selamanya.

Namun jika dipikir, Jimin berhak mendapatkan itu. Jimin adalah suaminya. Pun mereka sudah sama-sama mengatakan cinta dan berusaha untuk menjalin hubungan suami istri yang sesungguhnya.

Jika Raisya terus menerus mencari sosok yang tepat dan yang ia yakini, siapapun tidak akan bisa mendapatkannya. Karena masa depan tidak ada yang bisa memprediksi. Jadi, Raisya hanya harus merelakan dan berlaku selayaknya seorang istri untuk suaminya.

HAN JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang