PELLUCID

391 59 2
                                    

Eyyoooo night Queen!!!! Nih sebagai asupan di malam hari. Mari kita baca keuwuan Jimin dan Raisya malam ini.

Enjoy!!!!!






Tidak banyak perubahan yang Raisya dan Jimin tunjukkan setelah hubungan mereka berangsur membaik. Jimin dan Raisya masih sama saja. Namun bedanya, Raisya jadi lebih perhatian pada Jimin. Gadis itu bahkan menumpang di dapur Cerrys untuk membuatkan Jimin makan siang jika suaminya itu tidak sempat untuk pergi makan siang di luar.

Contohnya adalah siang ini. Jimin tidak punya banyak waktu untuk bisa makan siang di luar karena ia hanya memiliki waktu setengah jam untuk istirahat. Namun begitu dirinya sampai di ruangan, sudah ada Raisya yang tengah menata makanan di atas meja kecil. Gadis itu tengah mengelap sendok dan juga sumpit untuknya.

Perlahan, Jimin melangkahkan kakinya pada presensi Raisya yang tengah duduk di atas karpet sambil menatap ke arahnya. Wanitanya itu tengah tersenyum hangat lantas menepuk tempat di sebelahnya. Mengisyaratkan agar Jimin bisa duduk di sampingnya.

Jimin menurut. Ia melepaskan sepatunya dan mendudukkan diri di sebelah Raisya. Menyempatkan untuk mencium puncak kepala Raisya sebelum akhirnya memeluk istrinya dengan hangat.

"Aku membuat dirimu repot lagi, ya?" ucap Jimin yang kini meletakkan kedua tangannya pada bahu Raisya.

Raisya tersenyum. Tangannya bergerak untuk mengelus wajah Jimin lembut. Ia sebenarnya merindukan Jimin yang hampir selalu memiliki banyak waktu untuknya. Namun seminggu ini, karena ada project baru, Jimin jadi sering lembur dan jarang memiliki waktu yang luang untuknya.

"Tidak Sajang-nim. Sajang-nim makanlah, pasti Sajang-nim lelah."

Jimin tersenyum. Membawa wajah Raisya mendekat dan menempelkan bibirnya pada permukaan bibir Raisya sejenak sebelum mencium kedua pipi gembil Raisya gemas.

Keduanya makan siang dengan tenang. Sambil sesekali Raisya mendengarkan keluhan Jimin tentang pekerjaan suaminya yang semakin menumpuk saja. Raisya juga sesekali berbagi ceritanya pagi ini. Ia senang sekali jika sudah berbicara pada Jimin. Ia juga senang saat Jimin menceritakan banyak hal pada dirinya. Seolah semua beban yang sedang ia pikul mendadak berterbangan begitu saja.

Tidak lagi hinggap di bahu atau kepalanya.

"Kau akan langsung pergi setelah ini?" tanya Jimin saat Raisya kini sudah mulai membereskan kembali peralatan makan yang sempat mereka gunakan.

Makanan Raisya selalu enak meski Jimin tahu jika ia dibantu oleh Cerrys juga. Namun Jimin selalu menghargai niat Raisya. Lagipula gadis itu juga belajar. Jimin sangat senang karena Raisya mau melakukan itu untuknya.

"Iya. Sajang-nim juga harus segera kembali bekerja. Hanya tersisa sepuluh menit lagi untuk Sajang-nim bersiap-siap."

Raisya kini kembali memusatkan seluruh atensinya pada Jimin yang tengah bersandar pada sofa. Pria itu masih mendudukkan diri di sebelahnya sambil menghadap ke arahnya.

Tangan kanannya ia gunakan untuk menumpu kepalanya.

"Masih tersisa sepuluh menit seperti yang kau katakan. Bisakah kau duduk lebih lama? Setidaknya sampai waktuku habis." Jimin meminta Raisya dengan manik yang terlihat memohon.

Raisya tersenyum hangat. Meraih kepala Jimin untuk ia sandarkan di bahunya. Ia meraup bahu lebar Jimin dengan kedua tangannya. Menepuk pelan bahu Jimin sambil mengelus belakang kepala Jimin lembut.

"Pasti lelah, ya?" tanya Raisya.

Jimin menganggukkan kepalanya tanpa menjawab. Membiarkan dirinya terlihat lelah dalam balutan pelukan hangat istrinya. Karena tanpa Jimin menjawab pun, Raisya pasti sudah mengerti.

HAN JIMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang