Usai makan malam di rumah Jean, keduanya memutuskan untuk menginap di sana. Keenan bilang, dia akan ambil cuti sehari untuk menginap.
Keduanya memutuskan untuk tidur di kasur yang terpisah. Jean di bawah sementara Keenan di atas.
Meskipun hal itu kebalik, tapi Jean yang bersikukuh karena Keenan tidak biasa tidur di lantai dengan kasur tipis. Di tambah, hari ini adalah hari Keenan patah hati, itu makanya Jean merasa iba dan tak membiarkan Keenan tidur di lantai.
”Nan, lo udah tidur?”
”Belum, kenapa?”
”Gue mau nanya dong, awal mula lo sama kak Jena dekat itu gimana?”
Keenan diam sejenak, sebenarnya dia malas untuk mengingat masa lalu tersebut. Tapi, Keenan juga tak sepenuhnya melupakan beberapa kenangan yang ia anggap penting dan tak boleh di singkirkan.
”Waktu pertama kali dia nolongin saya yang lagi di bully.”
Flashback on
Terlihat seorang pria berjalan tergesa-gesa, sambil memeluk beberapa buku di tangannya. Pria berkacamata itu menoleh ke belakang sesekali. Matanya nyaris mengeluarkan air mata tatkala ada tiga orang yang mengejarnya di belakang.
”Woi cupu! Jangan lari lo!” Dia terus memacu larinya, seraya merapalkan doa dan berharap ada malaikat yang menolongnya.
”Woi banci! Berhenti gak lo?!” pekik salah satu dari mereka.
Di tengah pelarian pria itu, secara tak sadar ia tersandung sebuah batu bata yang di letakkan sembarangan sehingga ia jatuh tersungkur ke depan.
Dia berusaha bangkit dan berlari dengan kaki yang pincang, meninggalkan beberapa bukunya yang jatuh. Namun sialnya, kecepatannya berhasil di kejar oleh tiga orang tersebut.
”Woi, bangsat!” Pria berambut pirang itu langsung menarik tasnya dari belakang dan menghempaskan tubuhnya ke belakang.
”Sialan ya lo, udah bikin kita bertiga lari-larian,” sembur pria berambut pirang, pria yang paling nyentrik pakaiannya di antara kedua temannya.
”Mana dompet lo?!”
”G-gue gak bawa dompet, Nav.”
”Halah, bilang aja lo takut di palak sama gue.”
”B-beneran, Nav.”
”Keras kepala banget sih loh kerempeng, lo kan anak orang kaya. Apa susahnya tinggal serahin dompet lo doang?!”
”G-gue beneran gak bawa.”
Pria bernama Arnav itu langsung menggeledah sendiri tas dan tubuh mangsanya.
Beberapa detik kemudian, dompetnya di temukan. Ternyata pria itu menyembunyikannya di balik kaos kakinya.
”Ini apa bangsat?!” Arnav mencengkram kedua kerahnya.
”Hajar sampe mampus,” perintah Arnav dan kedua temannya pun langsung menghajar pria itu.
Bugh!
Bugh!
Bugh!
Sementara Arnav, dia sibuk menghitung lembaran uang merah yang ia dapatkan dari dompet mangsanya.
”Guru-guru di sekolah aja sampe hormat banget sama lo karena orangtua lo saking kayanya. Masa anaknya pelit banget sama temennya,” sindir Arnav yang tertawa puas melihat pria itu di hajar habis-habisan.
Tiga detik kemudian, Arnav jatuh tersungkur tatkala seseorang memukulnya dengan sebuah tas yang berisi banyak buku.
”PAK HERU! DI SINI ADA YANG MALAKIN TEMEN SAYA PAK!” teriak seorang gadis dengan lantang, lantas satpam sekolahnya pun langsung lari mengejar tiga anak nakal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Revenge✓
FanfictionBerawal dari balas dendam malah berakhir jatuh hati. Mampukah ia menjaga hatinya untuk tidak jatuh cinta dengan gadis bar-bar yang menjadi istrinya? Start: 08 Des 2020