TIGA PULUH TIGA

516 110 14
                                    

Follow: sugartea__


🔸

Seminggu tanpa Keenan, Jean merasa sangat bebas. Bahkan dia puas bisa main ke warnet seharian tanpa perlu pulang jam sembilan teng.

Dua Minggu tanpa Keenan, Jean masih menikmati kebebasannya, kembali menghabiskan waktu bersama Gavin di warnet dan juga beberapa kali di traktir makan.

Tiga Minggu tanpa Keenan, Jean mulai merasa bosan. Bahkan dia selalu melakukan kegiatan berulang bersama Gavin, kalau gak main warnet, ya jalan-jalan dan di traktir makan.

Empat Minggu tanpa Keenan, Jean mulai merasa kosong. Meskipun ia sering menghabiskan waktu bersama Gavin, tapi begitu sampai di rumah, ia merasa sangat kesepian. Bahkan, ia merasa ada bagian yang kosong dalam hidupnya.

Awal-awal kepergiannya, Keenan masih bisa di hubungi. Dia bahkan berulang kali menelpon Jean hanya untuk menanyakan kabarnya dan kondisinya. Tapi, semakin hari, Keenan justru sulit di hubungi dan teleponnya selalu di luar jangkauan.

Karena hal itu, Jean sampai minta tolong orang rumah untuk menghubungi Keenan barangkali di angkat, namun ternyata hasilnya nihil. Mereka pun bernasib sama seperti Jean.

Ini sebenarnya Keenan kemana sih? Dia baik-baik aja kan? Emangnya dia di kirim ke pelosok hutan sampai sulit di hubungi? Jean sampai kesulitan tidur beberapa hari memikirkan Keenan yang sulit di hubungi.

Dirinya yang berusaha untuk berpikir positif bahwa Keenan baik-baik saja, tiba-tiba di serang oleh pikiran negatif yang mengatakan kalau sesuatu hal buruk telah menimpanya. Sialan memang. Di saat seperti ini, pikiran buruk hanya memperkeruh keadaan.

Dan karena hal itu pula, Jean sampai tidak fokus kuliah.

Tapi sudahlah, Jean tak ingin stres memikirkan Keenan yang hilang di telan bumi. Dia berusaha positif thinking kalau Keenan baik-baik saja dan akan segera pulang begitu tugasnya selesai.

Keenan? Suara gue kedengeran kan ya? Dasar cowok brengsek! Bisa-bisanya ngilang tanpa kabar. Lo tau gak sih? Gue di rumah sendirian kayak orang bego, ngobrol sama tembok, kadang sama kulkas, kadang sama  guling. Lo kemana sih? Lo baik-baik aja kan? Harusnya gue seneng lo gak pulang, kalo bisa selamanya aja. Tapi di rumah gak ada lo itu, rasanya hampa banget. Kapan lo pulang? Gue kangen ...” Jean langsung mengirimkan voice note yang telah di rekam. Bisa di bilang, ini adalah voice note yang ke seratus. Gara-gara Keenan tidak ada kabar, Jean jadi bolak-balik menghubungi Keenan dan mengecek ponselnya setiap detik, meski ia tahu kalau Keenan tidak akan memberi balasan sama sekali.

Masih sama. Baik, pesan, panggilan, ataupun voice notenya tidak di lirik sama sekali.

Jean lantas melempar asal ponselnya ke sofa. Gadis itu menatap langit-langit dengan tatapan frutasi.

”Sebenernya Keenan di kirim kemana ya? Kalau dugaan gue bener dia di kirim ke pelosok hutan, jangan-jangan dia di makan buaya atau gak babi hutan lagi,” ucap Jean.

Beberapa detik memikirkan Keenan, tiba-tiba perutnya terasa mual. Sontak, Jean pun langsung berlari ke kamar mandi.

Uek ... Uek ... Uek ...” Jean muntah-muntah namun perutnya tak mengeluarkan isi sama sekali.

Perasaan, semalam AC nya tidak sebesar angin Bahorok. Kenapa mendadak jadi masuk angin gini sih? Mana rumah orangtuanya jauh, mau minta di kerik pun harus naik kendaraan.

Uek ... Uek ... Uek ...” Jean kembali muntah, namun tetap sama. Isi perutnya tidak keluar sama sekali.

Tidak detik kemudian, kepalanya menjadi pening dan matanya buram.

Sweet Revenge✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang