EMPAT

1.4K 241 19
                                    

Jean yakin seratus persen kalau Keenan akan mengoceh seperti ibu kos tatkala mengetahui Jean pulang malam. Sebenarnya tadi jam 8 Jean sudah ingin pulang, tapi Gavin mengajaknya mampir ke warnet untuk main game, ya jelas Jean langsung tergiur. Alhasil ia pulang jam setengah sepuluh.

Dengan sangat hati-hati Jean menyimpan sepatunya di rak, lalu dia berjalan mengendap-endap menuju kamar.

“Kemana aja jam segini baru pulang? Asik banget ya? Sampe di telponin gak di angkat?“ Jean menarik napasnya lalu memberanikan diri menatap Keenan.

”Teruntu Bapak Keenan yang terhormat, kan sebelumnya saya udah kirim pesan kalo saya pulang telat.” Keenan memasang wajah datar, lalu tiga detik kemudian pria itu menyentil dahi Jean.

Plak!

Aduh! Wah anjir ya lo,” protes Jean yang tak terima, gadis itu langsung mengusap dahinya yang panas.

”Sono masuk kamar.”

”Iye.”  Jean melenggang pergi meninggalkan Keenan.

Saat gadis itu sudah berada di kamarnya, dia melihat secarik kertas di atas nakas. Jean segera membaca surat tersebut.

Peraturan yang wajib di patuhi penghuni rumah

1. Rumah harus selalu bersih

2. Setiap celah dan ruangan, harus terbebas dari debu

3. Di larangan mengotori dapur dengan menaruh gelas bekas minum, jajanan ringan, kulit buah, atau bahkan tetesan air

4. Penghuni rumah wajib paling lambat pulang ke rumah pukul 09.00 malam

5. Kalau dari semua peraturan di atas di langgar, maka siap-siap uang saku di potong 50 ribu per hari

”TIDAK!!!” Jean berlutut, posisinya sudah seperti Godzilla yang akan menyemburkan jigong apinya ke langit-langit.

Kambing bandot sialan!

🔸🔸🔸

Kalau biasanya hari Minggu adalah hari yang di idam-idamkan Jean setiap sekolah, tapi kali ini dia sangat membenci hari Minggu. Karena apa? Karena Jean akan cosplay jadi mbok Inem seharian penuh. Mana si Keenan hobi banget gonta-ganti baju, Jean sampai malas mencucinya.

Selain mencuci baju, Jean juga harus membersihkan seisi rumah sendirian. Dan memastikan kalau rumah terbebas dari debu yang bertebaran di mana-mana seperti ibu-ibu senam.

Oh ya, sampai lupa. Kalau kemarin ia sempat membuat janji dengan Gavin. Biasalah, masalah hati. Jean jadi mitra Gavin untuk menolak Nada.

Maka dari itu, Jean harus mempercepat tugasnya agar tidak telat bertemu dengan Gavin.

”Bersih-bersihnya nanti dulu, sekarang, kamu ikut saya.” Jean yang tengah membersihkan lantai menggunakan mesin pembersih, langsung berhenti sejenak menatap Keenan yang sudah rapi.

”Lo kan bisa pergi sendiri.”

”Justru saya butuh tukang bawa barang belanja, makanya saya ajak kamu.” Jean merotasikan bola matanya, tangannya menggenggam mesin pembersih dengan erat tanpa mau meluapkan emosinya.

Sabar Jean ... Si bandot ini harus di kasih pelajaran pokoknya

Keenan yang melihat gadis itu menahan emosi, hanya bisa menahan tawa yang ingin keluar. Rasanya menyenangkan sekali membuat Jean terus-menerus marah.

”Atau kalau kamu gak ikut saya, saya gak akan balikin hp kamu. Gimana?” Jean membulatkan bola matanya tatkala melihat Keenan memegang ponselnya sambil tersenyum mengejek.

”Balikin hp gue!” Jean langsung menyambar tangan Keenan, namun pria itu tak tinggal diam. Dia mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya sementara satu tangannya menahan kepala Jean agar gadis itu tidak dapat menjangkaunya.

”Ih, Lo kok ngelanggar peraturan? Lo mau curang ya? Mentang-mentang pemilik rumah, lo bisa seenak jidat?” Jean semakin mengamuk. Gadis itu tak pantang menyerah demi mendapatkan ponselnya.

”Saya gak langgar, lagian saya gak kepo sama isinya apa. Saya sengaja ambil buat pancingan biar kamu ikut sama belanja.” Jean terus berjinjit,sesekali dia menghela napas karena merasa lelah usahanya tak membuahkan hasil. Ini si Keenan tinggi banget sih? Emang waktu bayi dia minumnya susu jerapah apa?

”Keenan, Lo curang ya anjir. Mentang-mentang lo tinggi, lo naikin tangan terus——!” akibat tingkah Jean yang seperti reog, gadis itu tak sengaja menendang kemaluan Keenan dengan dengkulnya sehingga pria itu langsung ambruk ke lantai.

Bruk!

KEENAN?!” teriak Jean sambil membekap mulutnya.

”K-keenan, gimana dong? Kotak P3K. Kira-kira di simpen di mana ya?” panik Jean yang ngacir mencari kotak P3K.

”Sini Nan—— Eh anjir. Gue ngapain?!” Jean yang sadar ingin membuka gesper, reflek menjauh dari Keenan.

”K-keenan, masih sakit?” Keenan mengangguk lemah, saat Jean berusaha mendekat, tiba-tiba Keenan menarik kerah pakaian gadis itu.

Wajah keduanya terlampau dekat sampai-sampai Jean dapat merasakan hembusan napas tak beraturan yang keluar dari bibir Keenan.

”T-tanggung j-jawab ...” gadis itu otomatis membenturkan kepalanya di saat Keenan berusaha mempersingkat jarak di antara keduanya.

”Astaga Keenan?!” teriak Jean histeris tatkala mendapati Keenan pingsan.

🔸🔸🔸


Tiap chap, ada aja ulah mereka berdua, gapapa lah ya, biar ga serius" amat bacanya wkwk

Jangan lupa vote dan komennya bestieee

Sweet Revenge✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang