TIGA PULUH

640 105 11
                                    

Follow : sugartea__



🔸

Dokter bilang, setelah gipsnya di lepas, Jean masih harus hati-hati dan berlatih menggunakan tangannya agar tidak kaku. Tapi itu tak masalah bagi Jean karena kalaupun satu tangannya masih belum bisa di gunakan dengan baik, toh ia bisa mengandalkan orang-orang di sisinya. Gavin misal. Atau gak Keenan. Ah tapi si Keenan, akhir-akhir sibuk.

Sebelum pulang, Keenan mengajak Jean untuk mampir sebentar ke ruangannya karena ada  beberapa berkas yang harus ia ambil.

”Pulang dari sini mau makan apa?”

”Yang enak.”

”Ya apa?”

”Ya harus enak.”

”Yang enak tuh kayak apa?”

”Ya gak tau, lo tebak aja sendiri. Gue juga bingung.” Keenan berdecih. Pria itu hanya mampu geleng-geleng kepala saja.

Saat pria itu membuka pintu, keduanya terlonjak kaget tatkala melihat seorang gadis tengah duduk menanti kehadiran Keenan.

”Keenan?” Jean merotasikan bola mata sambil mendengus.

”Sebentar aja Nan, boleh ya Jean?” Keenan langsung menatap Jean dengan tatapan memohon.

”Kenapa lo?”

”Sebentar aja, saya gak akan ngapain-ngapain.”

”Ya bodoamat sih, awas ya kalo lama. Gue nanti pergi nyamperin Gavin!” Keenan mengangguk sambil tertawa kecil, pria itu mengusap puncak kepala Jean sejenak sebelum akhirnya masuk ke dalam, meninggalkan Jean di luar.

Jean duduk, gadis itu bersenandung sambil menggosokkan sepatunya , menunggu Keenan keluar. Pokoknya kalau lebih dari lima menit, Jean akan pulang sendiri. Meskipun itu terdengar sebentar, tapi bagi Jean, tiap menit dan jam baginya itu sangat penting karena semuanya tidak akan bisa terulang kembali.

Kan daripada nungguin si mantan sama suaminya asik curhat sana-sini, mendingan Jean ke warnet. Hitung-hitung sebagai usahanya untuk melupakan Elvano. Pokoknya Jean harus menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan agar bisa melupakan Elvano.

Yakali Jean mau terus - menerus naksir laki orang. Nanti kalau ketahuan pacarnya, bisa di hap Jean.

Akhirnya, lima menit berlalu, tapi yang di dalam tak kunjung keluar. Membuat Jean merasa bosan menunggu dan ingin cepat pulang saja.

”Ini sebenernya mereka lagi ngocok arisan apa ngobrol sih? Lama banget ...” keluh Jean yang beranjak dari bangku.

Jean yang tak sabaran, akhirnya membuka pintu dengan hati-hati lalu mengintip melalui celah yang ia buka.

Matanya membelalak hebat tatkala melihat kakaknya menangis di dalam dekapan Keenan.

”Semua omongan kamu bener Nan, ternyata Haedar gak sebaik yang aku pikirin. Selama ini, dia tega sama aku. Dia cuma mau uang aku doang habis itu dia pakai buat seneng-seneng sama selingkuhannya,” ungkap Jena sembari menangis.

Jean yang mendengar hal itu pun langsung terkejut bukan main, tangannya membekap mulutnya saking terkejutnya. Ia tak ingin menciptakan suara apapun yang dapat menggangu mereka.

”Aku harus gimana Nan? Undangannya udah di sebar dan aku bisa malu kalau gak jadi nikah karena Haedar ketahuan selingkuh.” Mata Jean memanas. Napasnya menggebu-gebu. Rasanya, perbuatan sang kakak sudah tidak dapat di toleransi. Bagaimana bisa dia asal peluk Keenan yang statusnya adalah suami adiknya? Apa karena dia menyesal selingkuh waktu itu makanya berniat menggoda Keenan? Cih. Tentunya Jean tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

Sweet Revenge✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang