SEPULUH

1.3K 220 14
                                    

Gavin membawa Jean ke warnet untuk mengobati beberapa lukanya. Untuk masalah bolos, tak apalah. Baru sekali. Asalnya besok-besok tidak bolos lagi.

Perihal Dania, dia anaknya memang begitu. Suka main hakim sendiri dan melakukan hal gila untuk mempermalukan lawannya. Padahal ya, Jean tak tertarik sama sekali dengan Ando. Jean berani sumpah.

Toh kalau kepergok berdua, harusnya Dania tahu siapa yang memulai duluan.

”Pelan-pelan, pea!” Jean memekik tatkala Gavin menekan luka di sudut bibir Jean.

”Tapi lo tadi keren banget sih, gue sampe gak bisa berkata-kata anjir,” goda Gavin sembari mengobati luka Jean lainnya.

Rata-rata luka Jean itu kebanyakan luka cakaran. Maklum lah, kan Dania itu spesies macam tutul betina. Jadi kukunya tajam-tajam.

”Kira-kira si Dania patah tulang gak ya?” Jean mengendikkan bahu tak peduli.

”Eh Jean, gimana kalo Dania ngomong yang enggak-enggak sama orangtuanya?” Jean dengan cepat menyingkirkan tangan Gavin usah menempelkan beberapa plester di tangan dan pipinya.

”Gue gak takut, lagian kita punya kartus AS Dania." Gavin mengerutkan dahi.

”Ando?" Terka Gavin dan Jean mengangguk.

”Gue tinggal ceritain semuanya biar Ando jelasin ke orangtua Dania, mereka kan udah temenan dari kecil, pasti orangtua mereka udah deket," ungkap Jean. Gadis itu kemudian beranjak dari bangku.

”Mau kemana?”

”Jalan-jalan, bosen gue di sini.” entah kenapa, Jean punya ide untuk datang ke tempat kerja Elvano. Meskipun ia tahu Elvano bisa saja mengusirnya, tapi Jean tetap ingin kesana.

”Thanks, udah obatin. Kapan-kapan gue traktir agar-agar SD, bye ...” Jean melenggang pergi. Gadis itu dengan penuh semangat berjalan menuju tempat kerja calonnya. Do'ain aja guys, semoga jadi.

Sepertinya Jean akan rutin memberikan Elvano susu almond sampai pertemanannya di ACC oleh pria itu.

Sebenarnya sih, Jean lebih suka memberikan secara rahasia tanpa ketahuan Elvano agar pria itu menerimanya secara cuma-cuma. Beda cerita kalau bertemu langsung, pasti akan langsung di tolak mentah-mentah.

Begitu tiba di sana, Jean memperhatikan tempat tersebut dengan teliti. Tampaknya mobil pengantar airnya tidak ada, itu berati Elvano lagi pergi.

Binggo!

Jean segera masuk ke dalam.

”Misi Pak?” tanya Jean pada pria yang tengah mengisi air galon.

”Eh, neng lagi. Mau cari Elvano? Orangnya baru aja pergi anter air, kalo mau nunggu, kira-kira masih lama,” katanya.

”Gapapa pak, saya cuma titip ini doang buat Elvano. Saya taruh meja ya, Pak.” Jean segera meletakan plastik putih bawaanya di atas meja.

”Kalo yang ini, buat bapak. Makasih ya pak udah di sampaiin ke Elvano, kalo gitu saya pamit.”

Hatur nuhun, yang neng.”

”Sama-sama, Pak.”

Jean akhirnya segera pergi meninggalkan tempat tersebut.

🔸🔸🔸



Sejak sore tadi, Jean tak kunjung keluar dari kamarnya. Entah apa yang tengah gadis itu lakukan sampai-sampai betah di dalam kamar.

Keenan yang kebetulan baru kelar masak untuk makan malam mereka, akhirnya pergi mendatangi kamar Jean.

Mengetuknya sekali, lalu membukanya.

Sweet Revenge✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang