D & C: [32]

225 14 3
                                    

Kejadian paling gila yang melibatkan sepasang saudara kembar. Telah sampai ke telinga para guru-guru yang tengah bersiap untuk pulang.

Bu Nara sudah bergegas ke tempat kejadian.

Saat hampir sampai, ia melihat Zio yang tengah dicekal tangannya oleh Agrel.

Tanpa berniat membantu, Bu Nara pun membuka suara dengan wajah penuh rasa kecewa.

"Yang kamu lakukan barusan, memperkuat tuduhan Sam bahwa kamu memang pelakunya," ucapnya yang membuat kedua orang itu menoleh.

Tanpa pikir panjang, ia langsung menarik tangan Zio dengan tenaga besar. Hingga ekspresi terkejut pun jelas dinampakkan.

"Ikut saya," ucap Bu Nara sambil mulai melangkahkan kaki.

Zio diam tanpa memberontak. Agrel pun tak memberikan pembelaan karena tahu Zio memang salah. Ia hanya mengikuti langkah kedua orang itu, memastikan sekaligus menemani Zio dalam proses penghukuman.

Hingga langkah mereka sampai di ruang BK. Agrel tak ikut masuk karena Pak Cukis mencegahnya.

"Kita akan memanggil keluarga Zio. Dan ini bukan kawasan kamu untuk ikut campur meski kamu pacarnya," ucap Pak Cukis yang diangguki oleh Agrel.

"Tapi Pak, bilang ke saya kalo Zio kenapa-napa," balasnya kemudian yang tidak direspons oleh Pak Cukis.

Lelaki itu memilih duduk di depan kelas di seberang ruang BK. Tanpa ada niat menguping, Agrel hanya ingin memastikan bahwa Zio baik-baik saja sampai selesai. Bagaimanapun, rasa khawatirnya untuk Zio tetap ada tanpa sisa.

Sedangkan di dalam, Bu Nara tengah mencoba menghubungi orang tua Zio. Beruntungnya pada panggilan pertama ia sudah mendapatkan jawaban.

Zio melihat bagaimana mulut Bu Nara menjelaskan apa yang ia lakukan pada Rea. Semua terdengar dijelaskan begitu jelas tanpa sepengurangan. Hingga akhirnya, Zio mulai dihampiri ketakutan.

~~~

Terlihat seorang wanita berjalan cepat dengan amarah yang memuncak. Saat melihat ruang yang ditujunya, ia membuka pintu kuat-kuat.

Saat matanya menangkap putrinya yang mulai berdiri karena keterkejutan, ia melanjutkan langkah hingga akhirnya, sebuah tamparan keras Dara berikan tanpa berpikir dua kali.

"Kamu pikir selama ini ibu lebih menyayangi kamu dibanding Rea? Sampai kamu berani berbuat kasar kayak gini, dan ngira ibu bakal diemin aja mentang-mentang kamu jauh di atas Rea? Nggak Zio, kamu salah. Ibu bener-bener kecewa sama kamu!" teriak Dara dengan wajah penuh amarah.

Setelahnya, Pak Cukis sedikit menahan bahu Dara untuk menjaga setiap pergerakannya.

Sedangkan Zio nampak diam menunduk. Tak berani menatap mata penuh kecewa dari sang ibu.

"Tenang dulu Bu Dara. Kami memanggil ibu untuk membantu menyelesaikan semuanya." Pak Cukis bersuara.

"Apa yang perlu diselesaikan? Apa yang bisa diubah setelah Rea kamu celakain? Kamu merundung kembaran kamu sendiri, Zio! Kamu sadar gak?!" Dara berteriak lagi pada Zio. Namun kali ini, dengan air mata yang menggambarkan jelas kekecewaan.

Bu Nara ikut melangkah untuk sedikit menenangkan Dara.

"Bu, kita bicarakan dulu, ya? Kita tentukan hukuman untuk Zio," ucap Bu Nara.

Dara malah bergerak memegang wajah Zio yang tengah menunduk agar melihat ke arahnya. Ia juga melihat mata Zio yang memerah disertai cairan bening yang sepertinya ditahan agar tidak terjatuh.

"Ngapain kamu nangis? Kamu gak berhak buat nangis. Kamu pelakunya Zio!" ucapnya setelah melihat wajah Zio kini.

"Bu, kita duduk dulu," ucap Bu Nara sambil menuntun Dara untuk duduk. Ia juga memandangi Zio, mengisyaratkan gadis itu agar melakukan hal sama.

Diamond & CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang