Ada kalanya si paling terluka merasakan bahagia yang tak terkira. Ada kalanya pula, si paling tanpa luka merasakan banyak kecaman untuknya merasa sengsara. Meski pada kenyataannya, manusia selalu memiliki luka yang disepelekan dunia.
Keadaan bisa berbolak-balik. Begitupun dengan hati yang belum pasti ke mana arah tujunya. Berlabuh hanya dengan membawa harapan akan bahagia, lalu digagalkan oleh hal yang melukai secara tiba-tiba.
Semua tak bisa kita kira meski telah berusaha. Karena yang kita usahakan pun, jalannya belum benar sempurna.
Tak pernah sekali pun Zio berpikir bahwa hubungannya akan berakhir saat ia mulai memperbaiki keadaan secara perlahan. Agrel meninggalkan seolah bukan masalah. Namun Zio sadar, jika menahan hanya akan memberikan luka untuk lelaki itu.
Zio tak mau lagi jadi egois dan tak peduli pada orang lain. Jika itu memang akan membuat Agrel merasa lebih baik, maka Zio harap, ia akan turut merasakannya.
Zio mencintai Agrel. Seperti rasa bersalah dan peduli yang ia sembunyikan, perasaan yang ia punya untuk lelaki itu pun sama. Ia tak bisa mengekspresikan apalagi menunjukkan secara terang-terangan.
Sama halnya dengan Rea yang turut merasakan bagaimana keadaan itu berbalik. Jika dulu ia merasa bahwa dirinya hanyalah seorang manusia penuh luka, perlahan-lahan dunia membawanya pada rasa syukur yang tiada tara.
Terlalu mengejar sempurna memang menyakitkan. Karena pada kenyataannya, kita diciptakan untuk saling menguatkan. Pada mereka yang tak tahu terima kasih, atau pada mereka yang selalu memberi kasih.
Rea telah mengerti bagaimana dunia membawanya berjalan. Sampai Rea dapat merasakan ini semua.
Bahagia yang terletak pada mereka yang juga menyayangi. Dan luka yang hanya Rea dapatkan dari mereka yang tak mengerti bagaimana menghargai.
Dua insan itu mendapatkan bahagia dan luka pada waktu yang berbeda. Tak perlu tanya kapan, karena semesta telah menyiapkan dalam waktu dan keadaan yang tak diperkirakan.
Pandangan keduanya bertemu, saat mereka sama-sama hendak turun ke bawah untuk membantu sang ibu mempersiapkan makan malam.
Salah satu dari mereka tak akan lupa tentang niatnya tadi pagi. Sejauh mana pun keadaan membalas setiap perbuatan buruknya, Zio tidak mau lagi pada hal-hal seperti dulu.
"Zi-"
"Rea."
Keduanya bersuara bersamaan.
Menyadarinya, membuat mereka sama-sama menundukkan kepala.
"Lo dulu aja."
"Kamu dulu saja."
Lagi, mereka bersuara secara bersamaan.
Zio memilih untuk diam, menunggu Rea berbicara lebih dulu.
"Kayaknya lo ngalah karena gue kakak, ya?" ucap Rea tersenyum kaku, "emm ... anu. Gue minta maaf soal semua omongan gue waktu itu."
Zio terlihat menggeleng. "Tidak. Saya yang meminta maaf atas apa yang saya lakukan waktu itu."
"Nggak, Zi. Lo gak bakal ngelakuin kalo gue bisa jaga omongan. Gue boleh iri, tapi nggak dengan nyalahin." Rea berucap penuh rasa bersalah.
"Tapi kenyataannya, saya memang memiliki sikap buruk. Saya tidak pernah peduli pada masalahmu. Saya tidak pernah membantumu. Saya membiarkan seolah saya tidak membutuhkanmu," ucap Zio terdengar menyalahkan diri sendiri, "tapi pada akhirnya, kamu yang membantu saya dalam keadaan kemarin. Saat papa melakukan hal yang tidak saya ingini, kamu tidak berpikir dua kali dalam membantu. Kamu memang baik."
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond & Crystal
Подростковая литератураRea Nanindita dipaksa dunia untuk menjadi sempurna. Zio Nanindya diprotes dunia karena dianggap sempurna. Nasib berbeda menimbulkan perlakuan berbeda. Karakter berbeda menimbulkan penilaian berbeda. Semua ucapan yang mereka dapati menghasuti keduan...