D & C: [04]

453 34 28
                                    

Siapa pun tidak akan mau menjadi gadis itu. Hidup tanpa aktivitas yang menyenangkan pasti membosankan. Namun inilah Zio, ia hidup dengan beraktivitas sesuai kepentingan saja. Bermain seperti siswa-siswi lain bukan suatu hal penting menurutnya.

Jika jam istirahat mereka akan menghabiskan waktu bersenang-senang, maka berbeda dengan Zio. Ia terus belajar tanpa peduli atau bahkan sekedar memperhatikan kegiatan orang lain.

Mungkin perpustakaan satu-satunya tempat yang akan dikunjungi. Terkesan memuakan karena perpustakaan merupakan sebuah tempat dipenuhi buku yang tak jarang berdebu. Zio tetap betah, karena lingkungan luar tak pernah menarik perhatiannya.

Sebelum menuju perpustakaan, ia berniat pergi ke arah toilet untuk membasuh muka karena matanya yang kian terasa kantuk dan hawa wajah yang cukup terasa panas.

Di tengah-tengah perjalanan, Zio justru melihat sebuah keributan yang terjadi. Ada sekitar empat siswa di sana. Tiga orang mengepung satu siswa yang dengan lincah membalas serangan.

Awalnya Zio tidak berniat untuk berbalik karena hal itu sama sekali tidak memengaruhinya. Namun ia tak mau membuang waktu jika seandainya nanti terlibat. Dengan tampang datar, Zio mulai berbalik arah.

Suara panggilan sekaligus seseorang yang menarik lengan, serta menutup mulutnya mampu membuat ia terkejut.

Zio tidak bisa melepaskan. Bahkan tubuhnya sudah terseret oleh orang yang menariknya itu.

Sampai Zio membuka mata kembali dan sadar bahwa dirinya sudah berada di dalam toilet. Gilanya, ia bersama seorang lelaki yang masih membungkamkan mulutnya.

Refleks Zio memberontak melepaskan.

"Apa yang membuatmu membawa saya ke sini?" tanya Zio.

"Lo lihat gue mukulin mereka. Gue gak bakal biarin lo sampe ikut campur," jawab lelaki itu.

"Saya bahkan tidak peduli," ucap Zio santai.

"Bisa aja lo ngomong yang nggak-nggak ke Pak Cukis. Orang pinter modelan lo, gue yakin punya mulut cepu." Mungkin karena keterkejutan yang membuatnya emosi, lelaki itu dengan enteng mengucapkan kalimat barusan seolah lupa gadis ini merupakan pacar dari sahabatnya sendiri.

"Kamu memukuli mereka karena mereka menjelek-jelekkan Rea, 'kan? Mereka juga yang kemarin membuat sekolah diselidiki polisi atas kasus pengeroyokan di sekolah lain," ujar Zio masih terkesan santai.

"Sory." Sam sudah sadar. "Lo tahu semuanya?" Ia dibuat tak percaya karena gadis ini bukan sekedar tahu perkelahian yang disaksikannya saja, melainkan dengan akar dari permasalahan yang membuat perkelahian itu terjadi.

Zio tidak menjawab, ia hanya menyunggingkan senyum miring.

Detik selanjutnya, pintu di sana dibukakan untuk keluar. Tidak mungkin ia berlama-lama di dalam toilet dengan seorang lelaki. Beruntungnya saat keluar, ia tidak melihat siapapun yang bisa mencurigai kejadian gila barusan.

Sam ikut keluar. Tanpa mengeluarkan suara lagi, lelaki itu benar-benar pergi dari hadapan Zio yang kini tengah membasuh wajah seperti niat awalnya ke sana.

~~~

Sebelum kegiatan pembelajaran kembali dimulai, Sam memilih untuk pergi ke kelas Rea. Meminta gadis itu untuk sedikit mengobati beberapa luka di bagian wajahnya.

Diamond & CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang