D & C: [42]

132 1 0
                                    

Apa yang dirasakan setelah diperlakukan baik oleh seseorang yang pernah kamu perlakukan buruk?

Bagaimana bisa, Rea malah ikut membantunya pada malam itu, saat pertama kali papa mereka tahu tentang video yang terdapat dirinya dan Rea di sana.

Zio sungguh tak mengerti dengan pola pikir Rea. Namun, siapa yang tak akan tersentuh akan hal itu? Bahkan Zio sekali pun, ia mulai berpikir untuk terbuka dalam menunjukkan rasa bersalahnya.

Tak ada keraguan lagi. Ucapan sang ibu saat itu turut membuatnya berpikir, bahwa ada rasa bersalah yang memang sengaja ia sembunyikan.

Ya, Zio berniat untuk meminta maaf. Setidaknya jika itu hal yang membuat keadaan menjadi lebih baik seperti sekarang, lantas apalagi yang harus Zio tahan?

Hari ini ia kembali bersekolah. Saat tengah fokus melangkah melalui lorong-lorong yang masih sepi, sebuah panggilan dari arah belakang membuatnya menghentikan langkah, serta membalikkan tubuh untuk melihat siapa.

"Zio!" panggil Sam. Lelaki itu tak sendiri, ia di temani adiknya yang tengah melontarkan senyum pada Zio.

Zio masih belum bisa tersenyum. Padahal ia ingin melakukannya. Namun, Sam dan Lily mengerti dengan sikap yang Zio miliki.

"Sekali lagi, makasih banget, Zi. Adek gue udah sembuh, pelakunya juga udah dikeluarin dari sekolah. Sekarang gue bakal lebih merhatiin Lily biar tahu siapa aja yang interaksi sama dia," ucap Sam penuh terima kasih.

"Makasih, Kak. Kalo gak ada Kakak waktu itu, mungkin sekarang aku tetep di bawah rundungan temenku. Meski harus masuk ke rumah sakit dulu, kalo akhirnya semua berubah, aku bener-bener terima semuanya," ucap Lily sedikit kaku. Tak ada yang berubah, Lily masih terlihat sama seperti dulu. Saat senyum pun, ia masih dengan pandangannya yang menunduk.

"Bilang juga dong kalo lo seneng karena gue jadi lebih merhatiin lo," ucap Sam pada Lily.

"Iya," balas Lily pelan yang dibalas dengan pergerakan mengacak rambut oleh Sam.

"Saya tidak merasa pantas diberikan terima kasih," ucap Zio jujur.

"Mungkin lo gak sadar kalo kesalahan yang disengaja justru ngubah pemikiran orang," balas Sam, "lagian, Zi. Gue juga ngerasa gak pantes bisa ngerasa terima kasih ke lo. Sebelumnya kita saling ngelontarin rasa benci."

"Kita? Kamu lebih tepatnya," balas Zio membuat Sam terkekeh.

"Iya. Sory, ya." Zio mengangguk.

"Omong-omong soal video lo sama Rea, udah gue hapus kok. Bareng Rendy sama si Bimbim," ucap Sam mengalihkan pembicaraan.

Zio ingin bertanya, mengapa nama Agrel tak disebutkan? Namun, ia tak mungkin menanyakannya langsung.

"Terima kasih. Saya juga akan berterima kasih pada Rendy dan Bimbim," ucap Zio berterima kasih.

"Sama-sama, Zi," balas Sam, "jadi ceritanya kita baikan?"

"Saya tidak pernah menganggapmu musuh," sarkas Zio yang lagi-lagi membuat Sam terkekeh.

"Iya. Emang gue-nya yang keterlaluan. Jangan dibahas lagi, malu gue," ucap Sam.

"Iya," balas Zio.

"Kalo gitu gue duluan, ya. Mau nganterin si Lily ke kelasnya," ucap Sam meminta izin.

"Gak usah, Kak. Aku bisa sendiri. Jangan jadi ngemanja." Lily berprotes, tetapi masih terkesan lembut.

"Gue masih tahu batasan, Ly. Sekarang 'kan hari pertama lo masuk sekolah lagi, biar mereka tahu kalo sekarang pawang lo udah bangkit," ucap Sam tak kalah lembut.

Diamond & CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang