D & C: [25]

237 11 33
                                        

Agaknya Deon masih kesal dengan ketidakacuhan Zio. Saat sudah keluar dari ruang guru pun, lelaki itu mempercepat langkah karena tak sudi hanya untuk terlihat berdekatan dengan Zio.

Dari arah berlawanan, seseorang tiga langkah darinya memberikan pertanyaan yang tertuju padanya. "Lo atau si Zio yang keajak lomba?"

Deon tidak berani untuk mengatakan bahwa dirinya akan menang dari Zio. Meskipun gadis itu memang berperilaku aneh, tetapi untuk kemampuannya, siapa saja tak akan ada yang bisa menutup mata.

"Gue yakin bakal lo yang kepilih," ucap Sam pada Deon.

Deon tentu dibuat bertanya, ia kira Sam akan lebih memihak Zio seperti Rendy. Namun jika diingat, ia pernah mendengar perkelahian Agrel dan Sam yang penyebabnya adalah Zio.

"Temen lo tolol apa gimana? Pacaran sama cewek gak pedulian modelan si Zio," celetuk Deon dengan wajah kesalnya.

Sam dibuat tersenyum. Lihatlah, bukan hanya dirinya yang beranggapan bahwa Zio tidak memiliki rasa peduli. Ia yakin, semua orang yang kenal padanya menyadari itu. Hanya Agrel yang seakan menutup mata.

Pandangan Sam kini tertuju ke arah gadis yang kini tengah berjalan di belakang Deon. Melihat arah pandang Sam, Deon ikut menoleh untuk melihat siapa yang temannya itu lihat.

"Lo denger, Zi? Gak cuma gue yang nganggep lo gak punya rasa peduli," ucap Sam pada Zio yang kini menghentikan langkah.

"Saya sudah sering mendengarnya," balas Zio datar.

"Lo tahu maksud mereka ngomong kayak gitu? Buat nyadarin kalo lo gak sehebat itu buat bersikap sok bisa hidup sendiri sampe gak mau terlibat orang lain," tutur Sam melontarkan penilainnya.

Melihat wajah Zio yang masih datar tak peduli, membuat Sam tak ragu untuk mencengkram wajahnya dengan tenaga yang disalurkan hanya untuk melihat bagaimana gadis itu merintih.

Zio mencoba melepaskan dengan rintihan yang sudah ia tahan.

"Ngomong ke gue kalo gue harus ngelepasin lo," ucap Sam yang memandangnya dengan penuh rasa benci.

"Dia cewek, bego!" Deon yang akhirnya melepaskan tangan Sam dari wajah Zio. Entah dorongan dari mana padahal jelas-jelas ia sendiri tengah merasa kesal pada Zio. Namun untuk bertindak kasar, ia tak setega itu karena tahu Zio adalah seorang perempuan.

Sam tak memedulikan ucapan Deon, ia terus menatap wajah Zio.

Hingga akhirnya, Zio membuka suara dengan berkata, "apakah saya harus mulai peduli?"

"Ya. Saya akan mulai peduli."

~~~

Pikirannya berlabuh tentang sang ibu yang tengah sakit. Ditambah pertanyaan papanya tadi pagi. Tidak mungkin ia tak khawatir. Zio hanya tidak tahu cara menunjukannya. Ia juga tidak hadir melihat ibunya karena di sana ada Rea. Namun sang papa malah mengira bahwa Zio tidak menyayangi dan tidak peduli pada ibunya sendiri.

Apakah ibunya masih sakit? Zio harap sudah mulai membaik. Pasti membaik karena ada Vano--kakak lelakinya yang begitu peduli terhadap apa pun. Berbeda dengan dirinya, banyak saksi mata bahwa ia merupakan manusia tak berperasaan yang tidak memiliki rasa peduli.

Di jam istirahat seperti biasa, langkah gadis itu selalu terarah ke arah perpustakaan. Kali ini tujuannya bukan ingin membaca buku atau meminjam buku, ada hal lain yang ingin ia lakukan.

Sampailah ia di dalam perpustakaan yang kali ini, terihat sedikit lebih ramai seperti biasanya. Zio tidak tahu ada apa, tetapi ia tidak menyukai keramaian ini.

Namun, itu takkan menghentikan tujuannya ke sini. Ia mulai berjalan menghampiri sang pustakawan untuk membicarakan hal kemarin, saat dirinya ditawari menjadi panitia lomba literasi yang akan segera diadakan.

Diamond & CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang