D & C: [11]

264 19 29
                                        

Akhir-akhir ini, mereka sengaja memberi waktu pada Sam yang mungkin ingin sedikit berjarak karena rasa kesalnya. Namun sekali lagi, mereka tak akan membiarkan keadaan ini berlanjut. Secepat mungkin mereka akan atasi.

Sebuah rencana telah ketiganya sepakati. Jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Lagi pun, tak enak rasanya jika pertemanan lelaki hancur hanya karena hal sepele. Meski ketiganya tahu bagaimana sifat Sam, bukan berarti mereka akan terus membiarkan seolah mengerti.

Melihat Sam yang kini selalu melontarkan pandangan tak suka saat melihat Zio, membuat mereka berpikir bahwa hal kemarin masih belum terselesaikan. Bagaimana mereka bisa membantu, sedangkan masalahnya pun mereka tak tahu.

Sepulang sekolah ini, Agrel berniat ingin mengajak Zio berbicara. Tidak ada lagi yang ditunda, ia ingin segera tahu.

"Zi, ada yang mau gue omongin," ucap Agrel pada Zio yang tengah berdiri seperti hendak mengirimkan pesan.

"Saya harap tidak membuang waktu," ujar Zio datar.

"Gak bakal," jawab Agrel.

"Kita cari tempat yang sepi aja gimana? Gak enak dilihatin orang." Zio mengangguk saja menuruti.

Refleks, Agrel menyekal tangan Zio dan menariknya ke tempat yang ia tuju. Tanpa sadar Zio pun tidak memberontak melepaskan.

Ternyata Agrel membawa Zio ke halaman belakang sekolah yang sudah sepi. Tak ada orang di sana, tetapi tidak terasa karena taman ini begitu terjaga dan selalu terlihat asri. Agrel menyuruh Zio untuk duduk di salah satu bangku di sana, Zio menurut. Agrel pun mendudukkan tubuhnya di samping Zio.

"Gue boleh tahu masalah lo sama si Sam? Biar gue bisa lurusin semuanya. Gue tahu gimana si Sam, gak ke cewek atau ke cowok, kalo ada masalah dia gak mikir dua kali buat bertindak seenaknya. Khawatir aja dia gimana-gimanain lo," ujar Agrel langsung pada inti.

"Saya rasa kamu tidak perlu tahu urusan saya." Jawaban itu membuat Agrel berdecak kasar.

"Ini buat kebaikan lo, Zi. Gak ada salahnya lo libatin orang lain buat bantu lo. Lagian ini ke gue, pacar lo sendiri," geram Agrel.

"Hanya karena itu, kamu jadi merasa bebas bertindak?" tanya Zio dingin.

"Pola pikir lo gimana, Zi? Gue bukan mau ngatur lo, gue cuma pengen bantu nyelesain masalah lo sama si Sam," jawab Agrel mulai kesal.

"Saya tidak peduli jika kamu akan memukuli atau membunuh Sam. Tapi jika itu atas dasar saya, tolong hentikan," ujar Zio tajam.

Zio berdiri hendak pulang. Menoleh ke arah Agrel yang juga mulai berdiri untuk saling berhadapan dengan pacarnya.

"Agrel, tidak perlu menghabiskan waktumu untuk orang yang bahkan tidak pernah peduli padamu."

~~~

Karena sudah sepakat, kini Agrel, Rendy, dan Bimbim tengah berada di sebuah tempat yang sudah biasa dijadikan tongkrongan. Biasanya ada juga teman-temannya yang lain. Kali ini tidak, mereka melarang semua temannya untuk ikut berkumpul. Ini masalah mereka berempat, mereka akan menunggu Sam untuk datang.

Sam juga sudah setuju akan datang. Ini peluang besar untuk meluruskan semuanya.

"Nanti kalo si Sam ngomong yang gak bener tentang si Zio, biarin dulu jangan sampe langsung lo kasih bogem. Kalo gitu kapan selesainya?" Bimbim memeringati.

Agrel hanya bergumam dengan ekspresi malas.

"Iya kagak lo? Jangan hm hm hm mulu." Rendy berucap.

"Iya iya," balas Agrel terpaksa.

Diamond & CrystalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang